Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Kelulusan Sekolah.
Beberapa hari setelah kemping keluarga di tepi danau Sabur, kini kembali hari Senin lagi.
"Mamah! cepetan dong mah, ini udah jam berapa?" teriak Syafiq dari ruang tengah. Anak itu sudah siap dengan seragam putih merah nya.
Di dekat nya, nampak Hafizah sedang membaca buku komik seri anak anak.
Ridho melangkah keluar dari kamar, berjalan mendekat kearah sepasang anak kembar itu duduk.
"Pah! mamah mana sih?, kok belum kelihatan!" ucap nya.
"Mamah kan cantik, jadi perlu penyesuaian dengan dandanan nya, masa orang cantik dandan lusuh!" seru Ridho Sabil duduk di sofa disebelah putra nya itu.
"Iya ni anak, heran deh, mamah dandan aja didesak terus, ntar mamah celemongan dandanan nya, dia juga yang ngomel panjang lebar, kalau mau hasil maksimal itu, ya harus teliti, ya kan pah!" sahut Hafizah tanpa menoleh.
"Ho oh, yang sabar lah de, orang sabar disayang tuhan" sahut Ridho .
"Iya pah, saking sabar nya, saat mau berak kecipirit di celana" sahut Syafiq cemberut.
"Emang Ade pernah ya?" tanya Hafizah menatap wajah adik nya.
"ish kaka!" sewot Syafiq.
Anastasya muncul dari balik pintu kamar, "bagai mana pah?, sudah cantik kah mamah?" tanya nya sambil berputar didepan Ridho.
"Waaaoooo!, mamah meski tidak dandan sudah cantik jelita, apalagi kalau dandan, artis sinetron mah lewaaat!" sahut Ridho langsung bangkit memeluk tubuh sang istri dari belakang.
Sepasang anak kembar itu seperti tidak ingin kalah dengan sang papah, buru buru bangkit memeluk mamah nya dari depan.
Tawa lepas Anastasya berderai, kebahagian yang teramat sempurna dia rasakan.
Kemesraan seperti inilah selain menjadi panutan orang disekitar nya, juga ada orang orang yang sirik dengan tingkah laku mereka, sambil mulut perot kiri perot kanan, menggosip dan menggibah mereka.
Terutama Intan, janda beranak satu ini seperti pondok terbakar, bila kebetulan melihat Ridho dan Anastasya melintas di depan nya, berbagai macam hujatan lahir dari bibir manis nya ini.
Tetapi tentu saja keluarga kecil ini tidak terlalu ambil pusing, selama mereka tidak merugikan dan menggosip orang lain, biarkan saja.
"tadi mendesak terus, sekarang malah seperti anak kucing lagi nenen" celetuk Anastasya cemberut dikerjai tiga manusia kesayangan nya ini.
"Habis mamah cantik banget!" sahut Syafiq memeluk sang mamah.
Tubuh Anastasya yang tinggi semampai ini harus merunduk untuk mencium kedua pipi si bungsu Syafiq.
"Muah!" ....
"Muah!" ....
Kedua pipi si bungsu ini mendapat hadiah ciuman dari sang mamah.
Hafizah cemberut melihat itu. "masa Ade saja yang disayang, kakak tidak!" protes nya.
Kali ini Anastasya beralih kepada Hafizah si gadis tunggal.
"Mana ada mamah tidak adil, semua mamah sayang, sini mamah cium sayang" sanggah nya.
"Muah!" ....
"Muah!" ....
"Kok si papah tidak mah?" goda Syafiq.
"Ist!, nih anak, si papah kan setiap saat sudah mamah cium tuh" ungkap Anastasya jujur.
"Tapi tidak di depan kami kan?" goda Hafizah mendukung sang adik.
"Ist nakal!" Anastasya pura pura cemberut, namun merangkul tubuh Ridho lalu mencium kedua pipi pemuda itu.
"Muah!" ....
"Muah!" ....
"Nih bonus untuk si papah tanda mamah nya sangat sayang" ucap Anastasya seraya mengecup bibir Ridho sebentar.
"Cup!" ....
"Horeee!" sepasang anak kembar itu bertepuk tangan.
Memang satu kebahagiaan mereka adalah melihat kedua orang tua nya ini mesra, saling menyayangi.
Bagi Firdaus, Hafizah dan Syafiq, Ridho dan Anastasya adalah panutan paling utama di kehidupan mereka.
"Udah?, jadi pergi enggak?" tanya Anastasya lagi.
"Jadi mah!, ayo!" Syafiq menarik tangan sang mamah.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil, melaju kearah es de en Desa Paku untuk acara perpisahan kelulusan murid murid nya.
Hari itu adalah perpisahan murid kelas enam yang lulus dengan dewan guru serta murid murid yang masih harus meneruskan belajar di sekolah ini.
Beberapa ibu ibu menyambut Anastasya dengan hangat dan ramah, seraya mempersilahkan duduk di dekat mereka.
Namun ada juga yang menatap sinis kearah Anastasya seraya mencibir, "huh!, dasar pelakor tak tahu malu!" ujar nya.
Ridho dan Anastasya yang duduk tidak jauh dari tempat itu, mendengar dengan jelas, namun dia tidak ingin menanggapi gosip murahan seperti itu.
"Pelakor?, setahu ku Ridho itu perjaka saat menikah dengan Anastasya, belum punya istri, masih bujang ting ting!" sahut wanita di sebelah nya.
"Huh kau pura pura tidak tahu atau memang tidak tahu sih, sebelum dengan Anastasya, dia kan pacaran dengan kak Intan" kata wanita itu lagi.
"Itu kan baru pacaran Tanty!, belum suami istri, lagi pula siapa suruh kakak sepupu mu itu mencampakkan Ridho dan menikah dengan Rudy yang kata nya anak orang kaya, eh ternyata hanya seorang preman yang kerja di bengkel mobil, sekarang kebalik kan?, Ridho yang dicampakkan Intan, malah sukses, dan Rudy yang dipilih Intan, malah tewas ditembak polisi karena buronan!" cecar wanita itu membela Ridho dan Anastasya.
Mereka memang salah seorang penggemar Ridho dan Anastasya, mereka menganggap kedua nya mahluk yang paling beruntung, Ridho mendapatkan Anastasya, dan Anastasya mendapatkan Ridho.
Dua dua nya tampan dan cantik, yang paling utama adalah memiliki cinta yang demikian besar kepada pasangan nya.
Wanita bernama Tanty itu melengos marah, "huh kalian terlalu membela wanita itu, seandainya nya dia tidak ada, sudah pasti Ridho sekarang bersama kak Intan, aku tetap tidak terima dengan ada nya wanita jahat itu, dia itu pelakor!" umpat Tanty sebal.
Sekilas Ridho melihat perubahan di wajah sang istri, yang tadi nya tersenyum ceria, kini terdiam sendiri.
Ridho bangkit berdiri, dihampiri nya Tanty yang duduk tidak jauh dari tempat nya duduk.
"Heh! Tanty!, kau selalu menyebarkan isu jika istri ku itu seorang pelakor, itu arti nya dia perebut suami orang, tolong katakan siapa istri ku sebelum bersama Anastasya?, katakan Siapa?, heh siapa?, aku bisa saja menuntut mu membuat fitnah dan masalah didalam rumah tangga ku, dengarkan baik baik Tanty!, seandainya nya dahulu aku tidak bertemu Anastasya, aku juga tidak mungkin balik kembali dengan Intan, apa kau pikir di dunia ini wanita hanya Intan seorang?, untuk kelas desa Paku, intan memang paling cantik, tetapi coba kau keluar dari desa Paku, berjuta juta banyak nya wanita yang lebih cantik dari Intan, apalagi di Ibukota sana!" bentak Ridho marah karena wanita bernama Tanty ini selalu menyebarkan gosip dan fitnah murahan seperti itu.
Tanpa menjawab apapun, dengan muka pucat,wanita bernama Tanty itu bangkit berdiri, dan pindah ke tempat yang jauh dari Ridho.
Anastasya menarik tangan Ridho dengan lembut, "paah!, sudahlah sayang, jangan di perpanjang lagi masalah ini, ayo duduk, sebentar lagi acara nya dimulai, malu di dengar orang" ucap Anastasya melihat orang orang memperhatikan mereka.
"Tidak Tasya!, aku sudah lama memendam kekesalan dengan gosip murahan ini, aku muak mendengar kau selalu disudut kan, seolah olah kau manusia paling bersalah dalam hal ini, kita tidak pernah mengganggu kehidupan siapapun juga, kita juga tidak pernah menyakiti siapa pun juga, dan kita tidak pernah mengurus kehidupan siapapun juga, tetapi kenapa mereka senang mengganggu hidup kita!" suara Ridho menggema nyaring di tempat itu, membuat semua mata menatap kearah mereka.
Anastasya segera menarik tubuh Ridho kedalam pelukan nya, menenangkan pemuda itu dari emosi nya.
Wajah Tanty semakin kelam melihat pemandangan itu, ingin bicara, tetapi orang orang disekeliling nya, sedang memperhatikan diri nya.
Acara perpisahan pun dimulai, dengan kata sambutan dari kepala sekolah, wali kelas, dan wakil dari wali murid.
Setelah itu, barulah tari tari kreasi yang dibawakan murid kelas lima.
Setelah selesai tari kreasi, pembawa acara kembali maju ke depan.
"Kali ini ada persembahan dari anak kita yang sudah menyelesaikan pendidikan nya di es de negri satu desa Paku, Si kembar, dengan lagu nya terimakasih guru ku, waktu kami persilahkan" ucap pembawa acara.
Syafiq maju kedepan membawa gitar nya, di ikuti oleh Hafizah di belakang.
"Guru ku tersayang!, terimakasih dari kami semua, atas jasa dan jerih payahnya mendidik kami, sedari kami tidak tahu baca tulis, hingga sekarang, terimakasih bapak ibu guru, lagi ini persembahan dari kami, mewakili semua murid yang hari ini sudah menyelesaikan pendidikan nya di tempat ini" ucap Hafizah memberikan sepatah dua patah kata.
Syafiq mulai memainkan kan gitar nya dengan baik, di iringi suara dendangan dari Hafizah yang sangat merdu sekali.
Beberapa orang murid, sambil meneteskan air mata nya, maju kearah wali kelas mereka masing masing, memberi sekedar bingkisan kenang kenangan.
Syafiq ternyata sangat pandai bermain gitar, maklum dia rajin belajar gitar dengan Ridho papah nya.
Sedangkan Hafizah, memiliki suara yang sangat merdu, membuat beberapa murid dan orang tua murid meneteskan air mata mereka karena rasa haru yang mendalam.
Setelah penampilan Hafizah dan Syafiq, beberapa murid lain nya juga tampil, ada yang bernyanyi, dan ada pula yang berpuisi.
Acara ditutup dengan doa, lalu dilanjutkan acara hiburan bebas.
Saat hiburan bebas, Ridho sekeluarga mohon diri, untuk pulang.
"Fizah!, mantap kah sudah masuk es em pe saja?" tanya Ridho pada Putri nya itu.
Hafizah meskipun baru tiga belas tahun, tetapi sudah terlihat aura kecantikan nya, mewarisi sang mamah.
"Iya lah pah, Fizah sekolah di desa Paku ini saja, Fizah tidak tega ninggalin papah sama mamah!" sahut dara yang baru beranjak remaja alias ABG itu.
"Kau Syafiq?, tidak ada niatan untuk menyusul Abang ke pondok?" tanya Ridho lagi.
"Ogah ah pah, kasihan papah tidak ada yang nemenin main catur nya!" sanggah si bontot Syafiq yang lebih suka bermain musik itu.
Anastasya tersenyum bahagia, namun di sudut hati nya yang paling dalam, ada rasa sedih yang tidak dia mengerti kenapa.
...****************...