NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 5

Lama memperhatikan Al yang dari tadi tidak bisa mengikat dasinya, Alin pun mengambil alih dasi tersebut dari tangan Al.

"Saya bilang nggak usah ya nggak usah!" bentak Al kesal karena Alin telah berani ikut campur urusannya.

Namun, Alin tetap memasangkannya sambil berjinjit karena Al cukup tinggi baginya.

"Emang Bapak mau telat? Nggak, kan? Kalau bapak telat ke kantor apa kata karyawan Bapak nanti? Masa bos kok telat, bikin malu Pak," ujar Alin tenang walau sebenarnya dia ketakutan saat Al membentaknya tadi.

"Saya akan bunuh orang itu kalau dia berani ngomong gitu," sahut Al enteng.

Alin pun tak membalas ucapan Al. Dia lebih memilih diam sambil mengikat dasi Al.

Karena Al terlalu tinggi membuat Alin kehilangan keseimbangan, dia pun hampir terjatuh ke belakang. Namun, dengan sigap Al memegang tangan Alin lalu menariknya ke pelukannya.

"Ma---makasih, Pak. Dasinya udah selesai, saya pergi dulu." Alin lalu pergi meninggalkan Al karena ia tak mau merasakan sebuah perasaan aneh yang datang ketika ia tak sengaja' memeluk pria itu.

"Apa gue udah salah ya sama dia? Alin itu baik, nggak seharusnya gue lakuin ini ke dia. Tapi gue harus balas dendam karena ayahnya udah bunuh adik gue. Argh! Gue pusing mikirin ini semua," batin Al frustasi melihat kepergian Alin.

Di dasar hatinya yang paling dalam, sejujurnya dia merasa kasihan pada Alin dan juga merasa bersalah padanya. Namun, semua itu tertutup dengan kebencian dan niat balas dendamnya untuk membuat Alin menderita.

Al pun keluar dari kamarnya untuk sarapan. Namun, saat menuruni tangga, dia melihat secarik kertas lalu dia membaca isi kertas tersebut.

"Kertas apaan, nih? Kok ada di sini? Mungkin ini punya Alin, gue baca aja deh," ujar Al lalu membaca isi kertas tersebut karena merasa penasaran dengan kertas tersebut.

***

Saat sampai di kampus Alin langsung menemui Putri yang sudah menunggunya di depan kelas mereka.

"Pagi, Put."

"Pagi, Alin. Ayo, Lin, kita masuk, keburu dosennya datang," ucap Putri yang hanya di balas anggukkan kepala oleh Alin. Mereka pun duduk di kursi mereka sambil mengobrol sembari menunggu dosen yang akan masuk.

"Alin, kamu di panggil Bu Aty sekarang," ucap seorang mahasiswa mendekati meja Putri dan Alin.

"Iya terima kasih, ya, nanti aku ke sana," jawab Alin, lalu mahasiswa itu pun pergi.

"Aku ke ruangannya Bu Aty dulu ya, Put."

"Aku temenin ya, Lin?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok."

Alin pun pergi ke ruang Bu Aty. Karena merasa penasaran kenapa Bu Aty memanggil Alin, Putri memutuskan mengikuti Alin dari belakang dan tak mendengar larangannya.

"Permisi, Bu. Ada apa ya, Ibu manggil saya?" tanya Alin saat sudah di ruangan Bu Aty.

"Silahkan duduk dulu Alin." Alin mengangguk kemudian ia pun duduk di kursi berhadapan dengan Bu Aty.

"Kamu pasti sudah di kasih surat keterangan untuk membayar uang semester, kan?" tanya Bu Aty.

"Sudah, Bu," jawab Alin menunduk sambil memilin ujung bajunya.

"Lalu? Kapan kamu aku bayar uang semester? Kamu tau, kan, bentar lagi ujian? Kalau kamu nggak bayar, terpaksa kamu nggak akan ikut ujian, Alin," ucap Bu Aty lembut.

"Iya, Bu, saya tau. Tapi izinin saya ikut ujian, Bu, saya janji, secepatnya saya akan bayar semua," mohon Alin.

"Nggak bisa, Lin. Ini sudah peraturan kampus, apa lagi kamu juga belum bayar uang bangunan selama lima bulan. Kalau kamu nggak bayar uang bangunan, kamu bisa di keluarin dari kampus ini."

"Kamu punya waktu sampai lusa untuk bayar uang ujian, dan uang bangunan Ibu akan kasih waktu sampai bulan depan. Kalau nggak kamu akan di keluarin dari kampus," tambahnya.

"Baik, Bu. Kalau gitu saya keluar dulu." Alin bangun dari duduknya dengan wajah yang sedih. Dari mana dia bisa dapat uang untuk bayar uang ujian dan uang bangunan secepat itu? Sedangkan ini belum waktunya dia gajian.

Seorang wanita yang seumuran dengan Bu Aty langsung masuk ke ruangan itu lalu membisikkan sesuatu ke telinga Bu Aty. Bu Aty kemudian memanggil Alin yang sebentar lagi akan keluar dari ruangannya.

"Alin, tunggu sebentar," panggil Bu Aty. Alin pun menghentikan langkahnya. Bu Aty pun menghampiri Alin yang tertunduk sambil tersenyum.

"Alin, Ibu ada kabar baik buat kamu," ucap Bu Aty.

Alin mendongak menatap Bu Aty penasaran. "Kabar apa, Bu?"

"Ibu baru di kasih tau kalau biaya ujian dan bangunan kamu sudah lunas," ucap Bu Aty tersenyum lebar.

"Lunas, Bu?" tanya Alin tak percaya. Bu Aty menganggukkan kepalanya.

"Siapa yang lunasin semuanya, Bu?" Alin sangat bahagia ada orang yang berhati baik sehingga mau melunasi biaya kuliahnya. Dia ingin tau siapa orang itu agar ia bisa bertemu kasih.

"Kamu nggak perlu tau siapa dia, kamu fokus aja sama kuliah kamu."

"Tapi saya ingin berterima kasih sama dia, Bu."

"Suatu saat nanti kamu akan tau juga. Cuman itu yang dia bilang."

Mendengar itu Alin hanya bisa menghela napas. Dalam hatinya ia mendoakan yang terbaik untuk orang yang sudah menolongnya.

"Yaudah kalau gitu saya balik ke kelas dulu, Bu." Alin lalu berjalan keluar. Saat Alin sudah keluar dia terkejut dengan Putri yang sudah berdiri di samping pintu. Alin pun langsung menarik tangan Putri ke arah taman biasa mereka datangi.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu belum bayar uang kuliah?" tanya Putri menatap Alin kecewa.

"Kalau kamu tau pasti kamu akan bantuin aku pakai tabungan kamu lagi. Aku nggak mau ngerepotin kamu lagi, Put," ucap Alin.

"Aku nggak merasa di repotin kamu kok. Malah aku senang bisa bantu kamu," ucap Putri tulus.

"Iya aku tau. Yang penting sekarang semuanya udah beres." Alin tersenyum. Putri yang awalnya kesal pun juga ikut tersenyum. Jujur saja dia tak bisa marah pada Alin.

"Tapi siapa ya, yang bayar semuanya?" tanya Putri penasaran.

"Aku juga nggak tau. Kalau aku ketemu orang itu aku akan ngucapin terima kasih sama dia."

"Mumpung dosennya nggak masuk, kita ke kantin yuk, hari ini aku yang teraktir," ajak Putri sambil berdiri.

"Okelah, ayo." Kedua bersahabat itu pun berjalan menuju kantin sambil berpegangan tangan

***

Mumpung hari libur, Alin memanfaatkan hari ini untuk membersihkan seluruh rumah sebelum dia pergi bekerja nanti siang.

Bukan hanya Alin, Al pun memanfaatkan hari ini untuk beristirahat di rumah

Saat Alin sedang mengepel lantai, seseorang membunyikan bel pertanda ada yang datang. Alin pun berniat membuka pintunya, tapi langkahnya terhenti karena Al menghentikannya membuka pintu tersebut.

"Biar saya yang buka," ujar Al yang menuruni anak tangga.

"Cepat kamu ke dapur, saya akan panggil kamu kalau saya butuh."

"Baik, Pak," sahut Alin dengan tersenyum lalu pergi ke dapur. Sementara Al yang merasa tamu yang datang adalah kekasihnya Bella segera mebuka pintu. Namun, dugaannya ternyata salah, yang datang bukanlah Bella melainkan dua pria yang langsung masuk ke dalam tanpa permisi membuatnya kesal saja.

"Kebiasaan," ucapnya mengikuti kedua pria tersebut duduk di ruang tamu.

"Maklumlah, Al," ucap salah satu pria.

"Ternyata kalian yang datang, gue kira siapa."

"Siapa? Bella? Ck, cewek matre itu lagi," ucap pria yang satunya lagi.

"Jaga mulut lo, dia itu nggak seperti yang lo pikirin," dengus Al kesal dan marah.

"Udah stop!" Pria pertama melerai Al dan satu temannya yang jika mereka berdebat pasti akan berakhir pertengkaran seperti biasanya. "Jangan mulai deh kalian berdua. Kita ini mau bahas hal penting janga mulai denga hal yang nggak penting," lanjutnya.

"Oke, gue diam nih,"ucap pria kedua.

"Gimana penyelidikan kalian? Udah ada titik terang?"tanya Al yang sudah kembali santai.

"Ya elah teman nggak ada ahlak lo, Al, tawarin minum dulu kek atau makanan kek, kita, kan, juga tamu," dengus pria kedua kesal.

"Tau nih anak. Nggak kasihan apa lo sama kita," ucap pria pertana.

"Iya-iya, bentar. Lin, Alin!" panggil Al kemudian.

"Alin? Nama pembantu lo Alin?" tanya pria pertama kaget saat Al memanggil nama Alin.

"Iya, kenapa emang?" tanya Al seraya menatap heran pada temannya itu.

"Nggak kok, gue cuman kaget aja dengar nama itu, soalnya namanya mirip sama teman pacar gue."

"Oh." Al manggut-manggut mengerti setelah itu kembali memanggil Alin.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!