Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~14
Malam itu setelah mencari berbagai alasan yang bisa di terima oleh Ricko, Ariana akhirnya bisa meninggalkan rumahnya dan berlalu pergi ke bar.
Berkat bujukan Nina, akhirnya Ricko membiarkan ibunya bekerja malam hari. Tentunya Ricko tidak akan pernah mengetahui pekerjaan ibunya yang sesungguhnya.
Dan Ariana sangat bersyukur, Nina yang sedang sakit masih mau menemani putranya di rumah.
Sesampainya di bar tersebut, Ariana langsung menghela napasnya ketika melihat bangunan 3 lantai tersebut. Bar yang sama 8 tahun yang lalu pernah ia masuki, namun sepertinya tempat itu sudah banyak mengalami renovasi.
Dan ini kali kedua Ariana menginjakkan kakinya di bar tersebut, sungguh ia harus menguatkan hatinya demi mengais rezeki.
Semoga saja malam ini Tuhan berbaik hati padanya, agar keinginan sang putra memiliki laptop bisa terwujud.
Bukannya seorang ibu akan melakukan apapun demi anaknya, meskipun harus menantang maut sekalipun.
"Kamu yang menggantikan Nina ?" tanya seorang laki-laki yang Ariana ketahui sebagai manager di bar tersebut.
"Benar pak." sahut Ariana.
Laki-laki itu nampak memperhatikan penampilan Ariana dari atas hingga bawah. Meskipun hanya memakai pakaian pelayan kemeja putih dan rok span berwarna hitam, tak membuat kecantikan Ariana luntur.
Meski ia hanya memoles wajahnya dengan make up tipis, namun itu justru membuatnya terlihat seperti seorang gadis dan tidak akan ada yang menyangka bahwa ia adalah seorang ibu dari anak berusia hampir 8 tahun.
"Saya hanya akan mengerjakan pekerjaan Nina pak." imbuh Ariana lagi dengan tegas, ia tidak mau managernya itu salah persepsi atas dirinya.
"Iya saya tahu, Nina sudah bicara sama saya. Padahal kalau kamu mau penghasilan lebih, kamu bisa melakukan hal lainnya." saran manager tersebut.
"Terima kasih pak, tapi saya hanya akan melakukan pekerjaan yang biasa Nina lakukan." tolak Ariana dengan halus.
"Baiklah, hari ini Nina mempunyai jadwal menemani tuan Bram. Saya harap kamu bisa melakukannya sebaik Nina."
"Siap pak."
"Karena tuan Bram masih 2 jam lagi datang, lebih baik kamu kerjakan pekerjaan mu sekarang." perintah Manager tersebut.
"Siap pak."
Ariana segera melangkahkan kakinya menuju meja Bartender, ia mulai mengantarkan beberapa minuman pada setiap pengunjung yang memesannya.
Bahkan ia tak keberatan ikut membantu mencuci gelas-gelas yang kosong, sembari menunggu pesanan berikutnya dari para pengunjung.
Setelah dua jam berjibaku dengan pekerjaannya, tepat pukul 10 malam Ariana di panggil oleh manager ke ruangannya.
"Ganti pakaian mu." perintah Manager tersebut.
Ariana tersentak, bahkan ia reflek menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya yang langsung membuat managernya itu tertawa. Sungguh sangat polos wanita di depannya itu.
"Jangan berpikir macam-macam, kamu lihat pakaian mu sedikit basah. Jadi ganti pakaian mu yang baru, karena tuan Bram tidak suka wanita yang bau." ujar manager tersebut yang langsung membuat Ariana bernapas lega.
"Meskipun kamu hanya menemani minum, kamu harus dandan. Jangan polosan seperti itu." imbuhnya lagi seraya memanggil laki-laki gemulai dengan kotak make up di tangannya.
"Persiapkan dia, tuan Bram tidak suka menunggu." perintah Manager tersebut pada laki-laki gemulai tersebut dan setelah itu ia segera meninggalkan ruangannya.
"Aku kan hanya menemani minum, kenapa harus dandan segala. Bukannya di sana nanti juga pasti ada banyak wanita cantik." ujar Ariana selepas keluar dari kamar mandi.
Ia baru selesai mengganti pakaiannya, dengan pakaian yang baru tapi model yang sama kemeja putih dan rok span hitam.
"Tuan Bram tidak suka menggunakan jasa wanita penghibur dan selama ini setiap beliau berkunjung kesini hanya Nina yang cocok dengannya."
"Apa Nina juga berdandan seperti ini ?" Ariana melihat riasan wajahnya yang lumayan tebal dari pantulan cermin.
"Tuan Bram menyukai wanita yang bermake up."
"Tapi beliau baik kan ?" tanya Ariana khawatir.
"Kalau sama Nina sih baik, belum tahu kalau sama kamu. Mungkin akan langsung jatuh cinta kali." goda laki-laki tersebut.
"Apaan sih, dia laki-laki beristri kali." cebik Ariana.
"Tapi kalau lihat kamu, siapa yang tidak jatuh cinta."
Mendengar ucapan laki-laki tersebut, Ariana nampak menghela napasnya. Semoga nanti tidak akan ada masalah, tapi kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak.
Semoga ini hanya karena ia nervous saja, karena ia yakin Tuhan akan melindunginya berkat doa sang putra sebelum ia berangkat tadi.
Beberapa saat kemudian Ariana nampak melangkahkan kakinya menuju ruangan vip dengan membawa nampan berisi dua botol minuman dan 4 gelas kosong.
Setelah mendapatkan sahutaan dari dalam dan nampak seseorang membuka kan pintu untuknya, Ariana segera masuk ke dalam ruangan tersebut.
Deg!!
"Demian ?"
Ariana tersentak, dari keempat laki-laki yang sedang duduk di dalam ruangan tersebut. Ia melihat Demian dan asistennya Victor yang terlihat sama terkejutnya seperti dirinya.
Sejenak bayangan-bayang 8 tahun yang lalu memenuhi kepalanya, semoga ini bukanlah dejavu dan ia memastikan tidak akan mengulangi kebodohannya lagi.
Ariana langsung cepat menguasai keterkejutan, ia nampak tersenyum ramah menyapa beberapa tamunya tersebut.
"Jadi kamu adalah penggantinya Nina ?" tanya seorang laki-laki yang Ariana perkirakan berumur 40 tahunan.
"Benar tuan, perkenalkan nama saya Ariana." sahut Ariana ramah.
"Saya sangat suka kamu, ayo kemarilah duduk di sini." ujar Tuan Bram, beliau nampak menepuk sofa di sebelahnya agar Ariana duduk di sana.
"Terima kasih, tuan." Ariana segera membuka salah satu botol minuman tersebut, lalu menuangkannya pada keempat gelas kosong tadi.
"Silakan, tuan-tuan." tawar Ariana, setelah itu ia mendudukkan dirinya di sebelah tuan Bram.
Sedangkan Demian nampak menatap sinis Ariana, ia masih tidak menyangka ternyata wanita itu bekerja di barnya tersebut dan sejak kapan? sungguh ia sangat penasaran.
Sudah beberapa kali Ariana menuangkan minuman pada mereka yang terlihat serius membahas masalah pekerjaan.
Bahkan Ariana sedikitpun tak mempedulikan Demian yang sedari tadi menatapnya dengan sinis.
"Jadi siapa namamu tadi ?" tanya tuan Bram setelah selesai dengan urusannya bersama Demian.
"Ariana, tuan."
"Nama yang sangat cantik." puji tuan Bram.
"Terima kasih."
"Berapa umur kamu ?" tanya tuan Bram lagi.
"27 tahun, tuan."
"Benarkah? saya pikir kamu seumuran Nina."
"Benar tuan, bahkan putra saya sudah berumur 8 tahun." sahut Ariana jujur.
"Oh astaga, tapi kamu terlihat seperti seorang gadis. Beruntung sekali suami kamu, apa kamu bisa minum ?" tuan Bram menyodorkan gelasnya yang tersisa sedikit.
"Tidak tuan, terima kasih. Saya tidak terbiasa minum dan jika saya melakukannya pasti akan merepotkan anda atau justru nanti akan terjadi hal-hal yang tidak semestinya terjadi." sahut Ariana sembari melirik Demian yang pandangannya sedikitpun tak lepas darinya.
"Ya, ya kamu benar. Sepertinya, selain cantik kamu juga sangat pintar." puji tuan Bram dengan memandang lekat Ariana dan itu membuat Demian langsung mengepalkan tangannya.
Ehmmm
Victor nampak berdehem, seolah memberikan peringatan pada atasannya agar tidak terbawa suasana.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.30, beberapa botol minuman pun sudah kosong. Kini ke empat pria tersebut nampak bangkit dari duduknya dan mengakhiri meetingnya malam itu.
"Ariana, terima kasih untuk malam ini. Kamu sangat asyik melebihi Nina, semoga lain kali kita bisa berjumpa lagi." ucap tuan Bram.
"Dan Ambillah ini." Tuan Bram mengambil sebuah amplop yang di berikan oleh asistennya tersebut, lalu memberikannya pada Ariana.
"Terima kasih banyak, tuan." sahut Ariana dengan bahagia, apalagi amplop yang dia pegang saat ini terasa begitu tebal.
Setelah semua tamunya keluar dari ruangan tersebut, Ariana bergegas membersihkan sisa-sisa minumannya tadi.
Rasanya ia ingin segera pulang dan menghitung uang tips yang di berikan oleh tuan Bram.
Namun ketika ia akan membuka pintu ruangan tersebut, ia terkejut ketika melihat Demian sudah berada di depan pintu.
Bukannya memberikan Ariana jalan untuk lewat, justru laki-laki itu mendorong tubuh Ariana masuk kembali lalu ia segera mengunci pintunya dari dalam.
"Tu-tuan apa yang sedang anda lakukan di sini, kenapa pintunya di kunci ?" Ariana nampak menelan salivanya ketika melihat Demian memasukkan kunci ruangan tersebut ke dalam kantong celananya.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar