Retno adalah seorang istri yang baik dan setia, Retno selalu mengalah dalam hal apa pun walaupun tidak bisa di pungkiri sebagai istri ada rasa kesal dan emosi nya.
Retno terus bertahan dengan Rio suami nya hanya karena memikirkan ke dua anak nya dan juga memikirkan kesehatan ibu nya.
Lama kelamaan pertahanan Retno melemah, rasa sabar dalam diri Retno menghilang sehingga Retno memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua nya.
Bagaimana kisah Retno selanjutnya, apa yang di lakukan oleh Rio sehingga kesabaran Retno menghilang?
Dan bagaimana kehidupan Retno dan ke dua anak nya setelah Retno memutuskan untuk kembali ke rumah ke dua orang tua nya.
yuk baca cerita nya di Hilangnya Kesabaran Seorang Istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 HKSI
Waktu terus berjalan sehingga rumah tangga Rio dan Retno berjalan mulus walaupun kadang-kadang sesekali mereka berdebat masalah sepele.
Rio yang selalu cepat akrab dengan siapa pun kini dekat dengan seorang penghuni yang ada di perumahan tempat nya bekerja.
Rio mulai terhasut sehingga memutuskan untuk berhenti menjadi security.
"Mah ayah sepertinya mau berhenti menjadi security."
Retno sangat kaget mendengar nya, "Kenapa?"
"Ayah sudah ngga nyaman menjadi security."
"Terus ayah mau kerja apa? Anak-anak kita sudah mulai besar dan pastinya butuh biaya lebih besar lagi."
"Ayah mau kerja di rumah Bu Rasti, kemarin Bu Rasti bilang sama ayah kalau usaha ayam potong nya tidak ada yang mengelola dan nanti ayah yang mengurus semua nya selain mengurus usaha ayam potong Bu Rasti juga akan memberikan mobil untuk mengantar ke pelanggan, pelanggan nya juga sudah banyak sehingga ayah tinggal kirim saja."
Retno hanya menghembuskan nafas nya dan tidak banyak bicara, jujur Retno bingung harus setuju atau tidak.
Di satu sisi Retno merasa senang karena Rio akan jauh dari para perempuan pemandu karaoke, tapi di satu sisi lagi Retno merasa sedih karena sudah merasa hidup nya nyaman sehingga tidak pernah lagi kekurangan.
Melihat Retno yang hanya diam saja Rio kembali bertanya, "Bagaimana mah? Mamah tenang saja, ayah yakin usaha ini akan maju dan mamah tidak perlu lagi membeli ayam untuk Ardan dan Bela, setiap hari nya ayah pasti akan membawa ayam potong buat kalian terutama Ardan yang doyan sama goreng ayam."
"Terserah ayah saja lah, yang penting ayah kerja dan bisa memenuhi semua kebutuhan mamah dan anak-anak."
Retno pasrah dan membiarkan suami nya untuk keluar menjadi security, entah apa penyebab Rio ingin keluar jadi security dan memilih menjadi penjual ayam potong.
Beberapa kali Retno bertanya alasan Rio mengundurkan diri menjadi seorang security tapi jawaban yang di berikan Rio selalu saja membuat Retno tidak puas.
Retno diam dan pasrah dengan keputusan suami nya, entah karena ada masalah sesama teman seprofesi nya entah memang terhasut oleh Bu Rasti Retno sudah tidak mau ambil pusing.
Hari ini hari terakhir Rio bekerja menjadi seorang security, Retno hanya pasrah dengan keputusan suami nya meskipun ada sedikit rasa kesal.
Kini Rio kembali hidup tanpa kerjaan, Rio terus bolak balik ke rumah Bu Rasti sehingga membuat Retno kesal.
Suatu sore Retno melihat Rio yang baru pulang, "Bagaimana yah, kapan mulai kerja di Bu Rasti?"
"Ngga jadi? Maksud ayah?" Retno benar-benar kesal dengan suami nya, sudah enak kerja sebagai security malah memilih untuk berhenti dan ikut bekerja dengan Bu Rasti, tapi ternyata Rio tidak jadi bekerja di Bu Rasti.
"Iyah kata Bu Rasti sudah di kelola sama adik nya, jadi Bu Rasti tidak bisa memperkerjakan ayah."
"Terus kita makan dari mana kalau ayah tidak kerja." Retno sudah mulai naik darah.
Retno memang bukan perempuan matre tapi Retno selalu memikirkan masa depan anak-anak nya apalagi setiap bulan nya harus bayar listrik, bayar air, bayar sekolah Ardan dan Bela dan juga bayar kartu kesehatan.
Sewaktu jadi security Retno tidak memikirkan kartu kesehatan karena sudah di bayar oleh perusahaan, tapi sekarang setelah mundur jadi security semua nya jadi kepikiran, Retno tidak mau sampai tidak bisa membayar kartu kesehatan karena setiap bulan nya Bela harus kontrol.
"Entahlah pusing ayah jadi nya, kemarin udah deal sama Bu Rasti tapi sekarang malah sudah di pegang sama adik nya, adik nya yang bikin pusing kemarin bilang ngga mau tapi setelah mau di pegang ayah malah sekarang dia yang ambil alih."
Entah benar atau tidak ucapan Rio tapi Retno hanya bisa menghembuskan nafas nya dengan pelan.
"Terus ke depan nya mau gimana?" Ingin sekali Retno marah-marah kepada Rio, tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, balik lagi jadi security juga belum tentu di terima.
"Mah minta uang Ardan mau beli es krim."
Sambil melirik ke arah Rio, Retno memberikan uang kepada Ardan, "Kamu jangan jajan terus kak, ayah belum dapat kerjaan."
Ardan hanya diam saja dan menerima uang nya lalu pergi bermain kembali.
"Sudah kamu tenang saja mah, ayah akan cari kerjaan besok."
Retno hanya diam saja dan tidak mau menjawab ucapan suami nya, setelah mengetahui kalau Rio tidak jadi kerja dengan Bu Rasti, Retno selalu diam dan tidak menampilkan senyuman nya.
Rio sudah paham dengan sifat Retno, tapi Rio hanya diam karena tidak mau bertengkar, Rio tahu kebutuhan mereka semakin hari semakin banyak tapi mau bagaimana lagi dirinya sudah memutuskan untuk mengundurkan diri jadi security, jadi Rio harus menerima nya.
"Mah kita sudah sampai." Ucap Bela membuyarkan lamunan Retno.
Retno melihat ke arah luar dan ternyata memang benar kalau mereka sudah sampai di depan rumah ke dua orang tua nya.
Ke dua orang tua Retno bersama adik dan keponakan nya menyambut kedatangan Retno dan Bela.
Retno sengaja pulang membawa Bela dengan sebuah mobil yang sudah di sewa nya.
"Ayah, ibu, Retno mau tinggal sama ayah dan ibu " Ucap Retno sambil mencium punggung tangan ke dua nya.
Ke dua orang tua Retno yang sudah mengetahui sebagian permasalahan nya menerima nya dengan tangan terbuka.
Ke dua orang tua Retno memang tidak tahu semua permasalahan yang sudah Retno alami karena Retno memang tidak pernah menceritakan nya sedikit pun.
Retno hanya bercerita kepada adik dan Tante nya saja, dan hanya Tante nya saja yang mengetahui kisah hidup Retno selama ini.
"Ngga apa-apa nak, rumah ayah dan ibu juga sangat luas untuk sekedar menampung kamu dan anak-anak kamu, Ardan kenapa ngga ikut?" Tanya Bu Tantri setelah sadar kalau Ardan tidak ada bersama Retno dan Bela.
Ke dua orang tua Retno memang tidak tahu permasalahan nya dengan Ardan, andai saja ke dua orang tua nya tahu kalau Ardan sudah bicara kasar kepada dirinya otomatis keluarga Retno akan marah besar terutama ke dua orang tua nya.
"Ardan tidak ikut dan ingin tinggal bersama nenek nya di sana."
"Ya sudah biarkan saja kalau memang Ardan memilih tinggal di sana, biar Ardan merasakan hidup jauh dengan ibu nya."
"Sudah kita bicara di dalam, biarkan Hendra yang menurunkan barang-barang kamu." Pak Aji menyarankan istri nya dan juga Retno untuk bicara di dalam rumah.
Retno memang mempunyai dua adik yang satu perempuan dan yang satu nya lagi laki-laki, adik-adik Retno sudah pada punya pasangan masing-masing.