Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 15 - Durian Runtuh
Terlepas dari semua permasalahan yang terjadi di masa lalu, tapi sekarang Aruni dan Gio telah menjalani kehidupan masing-masing.
Sumpah demi apapun, Aruni tidak ingin terlibat lagi dengan pria ini dan seluruh keluarganya. Aruni sudah sangat puas untuk diinjak-injak.
Sekarang dia pun telah terlepas dari Hendra, jadi Aruni ingin secara perlahan memperbaiki hidupnya lagi.
Aruni tidak membenci Gio, dia hanya tak ingin terhubung kembali. Dengan begitu dia benar-benar bisa melupakan semua kenangan yang ada di masa lalu.
Secara perlahan Aruni menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Gio, tatapannya kini nampak begitu lelah seperti tak ingin berdebat.
Terpaksa, Gio melepaskannya.
"Kami pergi," ucap Aruni, hanya dua kata, kemudian dia menarik Adrian untuk segera pergi dari sana.
Selepas ibu dan anak itu menjauh Deni mendekati sang Tuan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Aruni, kenapa malah dia yang marah," gumam Gionino.
"Lalu apa rencana Anda sekarang Tuan?"
"Aruni tidak akan menerima bantuanku, kecuali aku melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi," jawab Gio. "Kata Adrian, Aruni sedang mencari kos-kosan dengan harga miring. Maka aturlah agar siang ini juga mereka mendapatkan harga yang sesuai."
"Baik Tuan."
"Kirim sebuah brosur lowongan pekerjaan sebagai pembantu, atur agar Aruni mengambil pekerjaan itu. Kelak dia akan bekerja di rumahku."
"Baik Tuan."
"Buat pekerjaan yang mudah , Aruni hanya perlu membantu bagian dapur. Cukup menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam. Selebihnya dia tetap bisa keluar dari rumah," ucap Gio lagi, dia paham Aruni belum bisa terikat dengan pekerjaan.
Aruni juga harus mengurus perceraiannya dengan pria bejat itu.
"Baik Tuan," jawab Deni patuh.
Gio terus menatap Aruni dan Adrian yang bejalan di ujung sana, dia tatap terus sampai benar-benar hilang dari pandangannya.
"Bu," panggil Adrian setelah mereka menjauh dari tuan Gionino. Meski pria itu tidak nampak lagi tapi langkah keduanya masih terlihat tergesa-gesa.
Adrian hanya mengimbangi langkah ibunya.
"Bagaimana bisa kamu bertemu dengan pria itu?" tanya Aruni.
"Pak Gio mendatangi sekolahku."
"Mulai sekarang jangan temui pria itu lagi. Ibu tidak tahu dan tidak ingin tahu apa saja yang sudah kalian bicarakan, tapi anggaplah semua hanya angin lalu," jelas Aruni.
Adrian terdiam mendengar perintah tersebut, dua cerita dia dapatkan dalam sekali waktu dan hal ini membuatnya bingung harus percaya yang mana.
Ketulusan tuan Gio tak mampu dia tepis tapi amarah sang ibu juga tidak bisa dia abaikan.
"Kamu sudah makan?" tanya Aruni.
"Sudah, aku tadi makan di kantin sekolah."
"Jam berapa?"
"Istirahat terakhir," jawab Adrian, agar dia bisa tahan tidak sarapan dan tidak makan siang lagi, jadi sisa uang jajannya bisa dia tabung.
"Kita cari kos-kosan sebentar, setelah itu baru makan di warung," jelas Aruni dan Adrian mengangguk.
Tak butuh waktu lama Aruni mendapatkan kos-kosan yang dia inginkan, Aruni senang sekali karena kos-kosan ini cukup besar sementara harganya sangat murah. Kata sang pemilik kos-kosannya masih baru, jadi masih harga promo.
Meskipun hanya ada 1 kamar tapi sangat cukup untuk ditinggali dia dan Adrian. Kos-kosan dengan tiga ruang yang bagi Aruni cukup besar. Ruang depan, kamar lalu dapur dan kamar mandi di belakang.
Aruni bahkan langsung membayar untuk satu bulan dan mendapatkan kunci kos-kosan tersebut.
Di perjalanan pulang untuk mengambil barang-barang mereka, Aruni mendapatkan sebuah brosur lowongan pekerjaan, seseorang memberikannya dengan terburu-buru.
Lowongan kerja untuk jadi pembantu di sebuah rumah mewah dengan gaji tetap yang begitu besar baginya, yaitu 5 juta per bulan.
"Ya ampun, sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan kamu Adrian," ucap Aruni yang merasa mendapatkan durian runtuh. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa beruntung.
Aruni sudah menghubungi nomor yang tertera di brosur tersebut dan besok dia bisa langsung datang ke rumah yang ada di alamatnya.
Aruni senang sekali, untuk membayar kos-kosan dia menggunakan uang tabungan yang telah dia persiapkan untuk Adrian. Namun siapa sangka, kini tuhan menggantinya dengan lebih banyak.
Tapi Adrian malah terdiam, entah kenapa merasa apa yang mereka alami kali ini persis seperti yang diucapkan oleh tuan Gio tadi.
Yang ingin membantu ibunya untuk bekerja sebagai pembantu di sebuah rumah.
'Jangan-jangan ini semua karena Pak Gio,' batin Adrian. Tapi dia diam saja, tidak memberi tahu sang ibu.