Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Xavier! Jangan membuat keributan di sini, telingaku sakit mendengar suara kalian berdua," ucap Lyra menatap mereka berdua sambil meringis.
Xavier membeku beberapa saat, menyadari kesalahannya yang sudah mengganggu waktu istirahat Lyra.
"Tian! Bawa wanita ini ke penjara bawah tanah. Jaga dia dengan ketat, jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi!" titah Xavier memanggil Tian yang berdiri di depan kamar Lyra.
Lelaki yang dipanggil paman oleh Lyra yang dulu itu pun masuk membawa seorang pengawal. Tanpa basa-basi ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa kepala pelayan ke penjara bawah tanah sekaligus memintanya untuk mengawasi langsung. Tanpa alasan.
"Masuklah! Tuan meminta kalian membawakan makanan untuk Nyonya," titah Tian kepada kedua pelayan Lyra yang menunggu di depan kamar.
"Baik, Tuan." Nira mengangguk, kemudian mengetuk pintu meminta izin untuk masuk.
"Masuklah!" seru Xavier tanpa mengalihkan tatapan dari wajah Lyra yang memberengut.
"Tuan, ini ...."
Xavier menoleh, menatap nampan berisi seekor ayam panggang utuh dengan semangkuk nasi yang masih mengepulkan asap.
"Apa ini? Kenapa ditusuk seperti ini? Apa oven di dapur rusak?" tanya Xavier mengangkat seekor ayam bakar yang ditusuk sebatang bambu.
"Ah, ini ...."
"Kau tidak perlu menjelaskan, Nira. Taruh di meja aku akan memakannya," ucap Lyra sambil tersenyum, kemudian melirik Xavier kesal.
Nira mengangguk, bersama Lusi yang membawa sup dan minuman, mereka meletakan semua itu di atas meja. Lalu, pergi keluar tidak menganggu waktu sang majikan.
"Apa ini rasanya enak? Kenapa primitif sekali? Serasa kembali ke alam kerajaan," ujar Xavier sambil tersenyum konyol. Ia pandangi seekor ayam yang mengeluarkan bau khas rempah itu penuh minat.
Lyra mencibir, beranjak turun dari ranjang tanpa peduli dengan Xavier yang terlihat aneh. Ia duduk di sofa, mengangkat semangkuk sup dan memakannya dengan pelan.
"Lyra, apa ini enak?" Xavier beranjak dan duduk di samping istrinya.
"Bukankah kalian sering bepergian ke dalam hutan? Kenapa bertanya soal rasanya?" sindir Lyra bergantian mengangkat nasi dan mulai memakannya.
"Tidak. Aku tidak pernah memakan makanan seperti ini. Boleh aku mencobanya?" Xavier melirik Lyra yang tengah menyantap makanan dengan pelan.
Lyra terlihat lebih berwibawa, sosoknya yang dingin tak tersentuh menarik rasa penasaran Xavier akan kebenaran yang tersembunyi pada dirinya.
"Makanlah. Itu milikmu malam ini," sahut Lyra tak acuh. Ia menyelesaikan makannya, nasi serta sup yang dihidangkan Nira tandas tak bersisa.
Lyra meneguk air putih lebih banyak, kemudian beranjak dari sofa. Meninggalkan Xavier yang sedang menikmati seekor ayam panggang seorang diri. Lyra pergi ke balkon, menatap langit malam yang gulita. Begitulah dia menghabiskan waktu sebelum pergi tidur.
Xavier melirik, melilau ke segala penjuru kamar. Tempat itu terasa dingin, tak pernah ada kehangatan. Malam itu adalah yang pertama bagi Xavier berdiam cukup lama di sana. Semua tentang Lyra yang sekarang, membuatnya tertarik untuk tahu.
"Ah, aku benar-benar menghabiskannya!" celetuk Xavier saat menyadari ayam di tangannya hanya tinggal menyisakan tulang belulang saja.
Ia melirik Lyra yang berdiri membelakangi. Punggung itu semakin terlihat kurus, hati Xavier tercubit karenanya. Selama ini dia dibutakan oleh sosok Myra dan tidak memperhatikan Lyra sama sekali. Angin malam yang berhembus, menebus kulit gadis bertubuh kurus itu. Ia mendekap tubuhnya sendiri, memberi rasa hangat.
Tiba-tiba sebuah pelukan hangat ia rasakan dari belakang tubuh. Lyra tersenyum, bayangan ibunya hadir memberi kekuatan untuk tetap bertahan hidup meski rasa sakit semakin menggerogoti tubuhnya.
"Ibu!" lirihnya bergetar, ia memejamkan mata beberapa saat, tapi kemudian terbuka lagi.
Lyra berbalik dan mendorong tubuh Xavier menjauh.
"Apa kau gila! Kenapa masih di kamarku?!" bentak Lyra dengan kedua mata melotot lebar.
Xavier salah tingkah, mengusap tengkuknya sendiri. Ia membawakan mantel untuk Lyra dan memakaikannya pada tubuh gadis itu.
"Jangan terlalu lama di luar sini. Angin malam tidak bagus untuk tubuhmu," ucap Xavier dengan lembut.
"Siapa peduli!" sahut Lyra ketus.
Lyra menepis tangan laki-laki itu yang menyentuh bahunya. Membungkus tubuh dengan mantel berbalik menatap halaman luas mansion yang dikelilingi pepohonan. Lyra dapat melihat penjagaan yang ketat di sekitar mansion itu. Ada banyak jebakan yang dipersiapkan oleh Xavier untuk mereka yang menyusup ke dalam. Ia tersenyum mencibir.
"Lyra! Sebaiknya kau tetap di mansion, jangan pernah pergi ke luar. Aku akan mencarikan dokter terbaik di dunia untuk menyembuhkan dirimu," ucap Xavier yang berdiri di belakang Lyra.
Dia tahu ke mana Lyra akan pergi. Hatinya tidak mengizinkan, ingin Lyra tetap di rumah menjadi istrinya yang baik. Entah mengapa dia rindu sosok Lyra yang dulu sering mengejar-ngejar dirinya, mencari perhatian, dan bertingkah konyol hanya agar tetap berada di sisi Xavier. Kini, semua itu telah hilang dan dialah yang penyebabnya.
"Tidak perlu. Aku tahu apa yang aku lakukan," ketus Lyra tanpa menoleh sedikit pun. Dia sedang mengawasi seseorang yang berjalan mengendap di kegelapan kebun.
Siapa orang itu?
"Tapi, Lyra ...."
"Diamlah!"
maaf Thor tambah kan tokoh cowoknya yg lebih baik dari segala-galanya dari Xavier...
kan tambah seru jadi y...
tambahkan lg up nya Thor