Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Cemburu
Juwita secepat kilat mengalihkan pandangan ke arah Calvin, yang saat ini belum menyadari kehadiran sosok lain di sekitar mereka.
"Pak, berdirilah!" Sekali lagi Juwita berseru sambil berusaha mendorong dada Calvin.
Namun, Calvin tak menuruti perkataan Juwita. Sementara sosok di depan pintu ruangan, diam-diam mengepalkan kedua tangan, menahan amarah yang membuncah di relung hatinya sekarang.
"Tidak mau! Riasanmu belum hilang," balas Calvin kemudian.
Juwita makin terlihat kesal. "Ada Lina di belakang kita sekarang!" serunya seraya menoleh ke atas. Di mana Lina masih berdiri di antara pintu ruangan dengan raut wajah menahan geram.
Begitu mendengar ada Lina. Calvin lantas bangkit berdiri dengan cepat, diikuti Juwita setelahnya yang terlihat memanyunkan bibir karena riasannya dihapus barusan.
Dalam sekejap urat-urat di wajah Calvin mulai menegang tatkala melihat Lina berdiri di antara pintu ruangan.
Lina langsung mengubah ekspresi wajah dengan melempar senyum tipis. "Permisi Pak, maaf menganggu wak—"
"Bukankah sudah kukatakan tadi, aku tidak mau diganggu dan jangan masuk jika belum kusuruh!" potong Calvin cepat.
Membuat Lina membeku di tempat. Untuk pertama kalinya, mendapat tatapan tajam dari Calvin, yang menurut Lina begitu menyeramkan, hingga membuat anggota tubuhnya mendadak lumpuh. Namun, sebagai bawahan Lina harus bersikap profesional. Lina berusaha meregangkan otot-otot tubuh, berharap mau diajak berkerjasama saat ini.
"Ma—af Pak, aku benar-benar minta maaf, aku terpaksa masuk ke ruangan, karena ingin mengingatkan bahwa dua puluh menit lagi ada pertemuan dengan para investor, tadi aku mencoba mengetuk pintu ruangan tapi tidak ada jawaban," ujar Lina kemudian lalu melirik sinis Juwita sekilas.
Juwita mengerutkan dahi, melihat cara pandang Lina ke arahnya. Juwita memilih tidak peduli.
Namun, bukan hanya itu saja alasan Lina masuk ke ruangan, tapi karena keberadaan Juwita, yang akhir-akhir ini membuat Lina menahan kesal. Lina adalah sekretaris presdir terdahulu, dan saat pergantian presdir baru dia sangat senang, terlebih atasannya adalah pria tampan. Seperti karyawan wanita lainnya, Lina juga jatuh hati pada Calvin sejak pandangan pertama. Meskipun sudah mengetahui status Calvin.
Calvin mendengus dingin. "Keluar dari ruanganku sekarang! Aku tidak akan lupa dengan pertemuan itu!"seru Calvin.
Lina terpaksa mengangguk, lalu menutup pintu dan melenggang pergi dari situ. Selepas kepergian Lina, Juwita tiba-tiba membuka suara.
"Kalau begitu aku juga akan keluar dan melanjutkan pekerjaanku Pak," sahut Juwita.
Sebelum menjawab, Calvin membuang napas berat sesaat. "Lipstikmu masih merah Juwi, aku tid—"
"Cukup Pak, mengapa Bapak dari tadi mempermasalahkan riasanku? Bapak tidak memiliki hak mengatur-atur hidupku! Karyawan lain saja boleh memakai riasan, lalu mengapa aku tidak boleh!" Tingkah laku Calvin yang aneh hari ini membuat Juwita tidak bisa menahan sabar lagi.
Calvin lantas terdiam. Tadi, saat melihat ada banyak pasang mata memandang ke arah Juwita, ada sensasi aneh menyeruak ke dalam dadanya. Calvin pun heran dengan suasana hatinya hari ini. Dia pun tak bisa menjelaskan apa yang dirasakannya kepada Juwita.
"Sudahlah Pak, aku permisi!" Tanpa mendengar balasan, Juwita bergerak cepat keluar, sebelum ditangkap lagi seperti tadi.
Calvin berdecak, memandang pintu ruangan yang mulai tertutup rapat. Lelaki itu tiba-tiba membalikkan badan kemudian memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit karena tidur larut semalam. Sementara itu di luar ruangan, langkah Juwita terhenti kala melihat Putri di hadapannya sekarang.
Juwita enggan menyapa Putri. Begitu pula dengan Putri, terlihat malas menatap Juwita. Putri malah memutar mata ke atas lalu menabrak pundak Juwita seketika.
"Aw!' Juwita terperangah hendak mengumpat. Namun, Putri melangkah lebih cepat menuju pintu ruangan Calvin. Dalam hitungan detik, Putri pun menghilang dalam pandangannya.
Juwita mendadak cemburu dengan kehadiran Putri di kantor pribadi Calvin. Entah apa yang dilakukan keduanya di dalam sana, membuat pikiran Juwita mulai berkeliaran ke mana-mana sekarang.
Di lain sisi, di ruangan Calvin. Putri perlahan melangkah, menghampiri Calvin. Calvin tak menyadari keberadaan Putri, sedang berdiri membelakanginya sambil menyentuh kepala.
"Calvin, aku mencintaimu, aku sudah lama jatuh cinta padamu, maukah kamu menerima aku menjadi kekasih sunggguhanmu!" Dalam hitungan detik, Putri memeluk Calvin dari belakang sambil menempelkan kepalanya ke punggung Calvin.
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang