Lembayung Dibalik Kabut.
"Pagi sayang!" .... Sapaan manis dari Anastasya seraya memberikan ciuman mesra di kedua pipi Ridho.
Ridho membuka mata nya sesaat, lalu menutup nya kembali karena silau oleh cahaya lampu, "pukul berapa sekarang mah?" tanya nya sambil mengucek mata nya yang masih terasa ngantuk.
"Pukul empat lewat sepuluh, Nyoh mandi dulu sayang, bentar lagi Ajan subuh" ujar Anastasya kembali mencium dahi Ridho.
Ridho duduk diatas tempat tidur, di peluk nya tubuh jelita sang istri, "terimakasih ya sayang!" ucap nya lembut.
"Terimakasih untuk apa?" ....
"Untuk cinta dan kasih sayang nya mamah pada papah, papah tidak bisa membayangkan jika kelak mama pergi meninggalkan papah, mungkin hidup papah benar benar hancur" jawab Ridho memeluk erat tubuh Anastasya istri nya.
"Papah sayang!, jangan begitu, kita semua mahluk Allah, yang senantiasa tunduk di dalam takdir nya, kalau kelak mamah sudah tiada, papah harus siap meneruskan hidup ini tanpa mamah, mamah akan menantikan papah di alam sana, mamah yakin, kelak Allah akan menyatukan kita kembali, karena cinta kita suci karena Allah!" ucap Anastasya membenamkan wajah Ridho di dada nya.
"Mamah jangan bicara seperti itu, papah takut, papah kepingin menua bersama mamah, tidak ada nama lain dihati papah yang mampu menggeser nama mamah, papah benar benar sayang mamah" suara Ridho bergetar.
"Paah!, papah sayang, papah pasti tahu jika satu satu nya laki laki yang mamah cintai itu cuma papah seorang, meskipun usia mamah lebih tua dari papah, tetapi yang mengajarkan mamah tentang arti cinta itu kan papah!" Anastasya memeluk tubuh Ridho erat sekali.
Cukup lama mereka saling berangkulan, seakan tidak ingin terpisah kan lagi.
Akhirnya Anastasya bangkit berdiri, di cium nya kembali kedua pipi Ridho dengan lembut, "ayo mandi sana, bentar lagi Azan subuh, kita sholat berjamaah, maaf mamah sudah mandi duluan tadi" ....
"Mandi lagi yok" .....
"Ogah, kalau mandi sama sama, bukan nya cepat selesai, yang ada kita sholat subuh kesiangan nanti sayang, kan tadi malam sudah mamah kasih" ucap Anastasya memencet ujung hidung Ridho dengan mesra.
"Kan cuma tiga kali!" sahut Ridho manja.
"Emang nya mau berapa kali sayang?, yang ada papah nanti lempo" sahut Anastasya tertawa kecil sambil berlalu menyiapkan pakaian Ridho.
Sambil tertawa kecil, Ridho melangkah menuju kearah kamar mandi, mengguyur badan nya dengan air dingin pegunungan.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah keluar dari kamar menuju ke arah musholla kecil di dalam rumah itu.
Di ruang tengah, Sepasang anak remaja kembar sudah menunggu mereka berdua.
"Kok lama mah, orang sudah pada Azan tuh" tegur dara cantik bernama Nur Hafizah Alam, putri kedua mereka.
"Tuh si papah susah dibangunin, di suruh mandi juga susah" sahut Anastasya sambil memberikan ciuman di kedua pipi putra putri nya.
"Lha iya lah mah, kemarin papah kerja ikut mikul pupuk bersama pekerja kebun, dilarang tidak mau!" sahut Ahmad Syafiq Nur Alam putra bontot nya.
"Fiq!, pekerja itu bukanlah budak kita, mereka partner kerja kita, kita butuh mereka, dan mereka butuh kita, sama sama saling membutuhkan, kita bukan lah raja mereka, wajar kita sesekali membatu mereka bekerja" sahut Ridho menasehatinya.
"Iya pah, Syafiq tau, tetapi Syafiq takut papah sakit nanti" ucap anak remaja usia dua belas tahun dan baru duduk di kelas enam es de negri Paku.
"Ah sudah lah, hanya sesekali kok, ayo Fiq, ayo azan!" perintah Ridho Pada putra bungsu nya itu.
"Coba Abang Firdaus ada, tugas azan pasti dia" gerutu anak remaja itu sambil masuk ke ruang Mushola untuk azan subuh.
Setelah beberapa saat, selesai sholat subuh berjamaah dan wirid serta doa, kini Ridho dan Anastasya kembali ke kamar mereka untuk berganti pakaian.
Selesai berganti pakaian, Ridho duduk di tepi tempat tidur menatap kearah Anastasya yang sedang berdandan di depan meja rias nya.
Meskipun sudah lebih dari sepuluh tahun mereka berumah tangga, tetapi seakan akan waktu tidak berdaya pada kecantikan wanita jelita ini.
Semakin lama, Anastasya justru semakin cantik saja, dengan tubuh yang semakin montok.
Anastasya menyelesaikan pekerjaan nya merias diri, ini kebiasaan nya setiap saat, karena Ridho sangat menyukai saat dia berdandan, pria muda itu akan semakin lengket seperti perangko bila dia berdandan mempercantik diri nya.
Tatapan mata Ridho Tidak lepas dari tubuh sang istri, hingga menghilang di balik pintu kamar. Pria ini meskipun kalem dan alim, namun pada Anastasya dia akan menjadi jalang, usil dan rada manja.
Wanita jelita itu masuk membawa secangkir kopi panas yang di letakan diatas nakas, dan dia sendiri duduk diatas tempat tidur di dekat Ridho.
Ditarik nya tubuh pemuda itu agar tidur berbantalkan paha nya, sambil tangan nya membelai rambut hitam berombak milik pria itu.
Tanpa disadari nya, beberapa tetes air mata jatuh menetes di wajah Ridho. Entah mengapa, pagi ini dia merasa begitu sedih menatap kearah sang suami yang amat di cintai nya itu.
Ridho tersentak kaget melihat pipi putih ke merah merahan milik istri nya yang tiba tiba basah oleh air mata itu.
"Apakah papah menyakiti hati mamah?, kalau iya, papah minta maap ya sayang?" ucap Ridho sambil menghapus air mata istri nya, lalu mencium kedua pipi itu.
Anastasya menggelengkan kepala nya, sambil memaksakan tersenyum lirih.
"Tidak sayang mamah, papah justru membuat mamah terbang ke angkasa setiap waktu, tidak pernah terbit ucapan kasar ataupun menyinggung hati mamah, mamah manusia paling beruntung di dunia ini pah, bertemu papah dan mendapatkan cinta kasih papah, adalah hadiah luar biasa dari Allah, terimakasih ya sayang mamah, kalau kelak mamah pergi mendahului papah, papah harus tegar menjalani ujian hidup ini, jangan pernah menyerah pada keadaan, ingat mamah menunggu papah disana, papah harus kuat ya sayang, jaga putra putri kita, mereka buah kasih sayang kita sayang" ucap Anastasya bergetar disela sedu sedan nya.
Ridho bangkit duduk sambil memeluk tubuh Anastasya, air mata nya jatuh satu satu.
"Tidak sayang!, jangan bicara seperti itu, papah takut, kalau mamah harus pergi, ajak papah ikut serta juga, mamah tahu kan, jika papah tidak akan lagi mampu meneruskan hidup ini tanpa mamah, papah yakin mamah akan hidup lebih lama lagi, menua bersama papah, menimang cucu cucu kita!" sanggah Ridho terisak.
Dengan air mata yang berderai, Anastasya memeluk tubuh pria yang sangat disayangi nya itu.
"Tidak pah, jangan berkata seperti itu, mamah tahu papah pasti mampu, papah lebih tahu agama ketimbang mamah, maafkan mamah ya sayang, bukan maksud mamah membuat papah bersedih, tetapi entah mengapa, pagi ini hati Tasya terasa sangat sedih sekali, ingat papah, ingat Firdaus, ingat Hafizah, ingat Syafiq, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang mamah, mamah ingin mendampingi kalian hingga tua, tetapi kita semua tenggelam dalam lautan takdirnya Allah, kita bersedia atau tidak, siap atau tidak, ikhlas atau tidak, semua tetap tenggelam didalam lautan takdir nya Allah sayang, jangan jadi penentang ketentuan nya sayang, tunduk, patuh dan ikhlas lah menjalani Takdir nya ini" ucap Anastasya memeluk tubuh Ridho erat sekali.
Disandarkan nya tubuh pria itu di dada nya, entah mengapa, tiba tiba air mata nya tumpah membasahi pipi mereka berdua yang sedang menempel erat itu.
"Papah Sayang!" .....
"Hm !" ....
"Maafkan mamah ya sayang, bila selama ini, ada kata kata ataupun tindak tanduk mamah yang membuat papah sedih, atau pelayanan mamah pada papah yang kurang baik, ampuni mamah ya sayang!" ucap Anastasya disela Isak tangis nya.
"Tidak!, tidak ada satupun yang kurang mah, malahan papah merasa sangat beruntung memiliki istri seperti mamah, cantik, baik hati, setia, kasih sayang, malahan papah yang merasa bersalah, mengajak mamah hidup menderita bersama papah, belum bisa membahagiakan mamah, maafkan papah ya sayang, papah yang mengajak mamah hidup seperti sekarang ini!" jawab Ridho sambil mencium kedua pipi Anastasya.
Kali ini Anastasya tersenyum manis menatap wajah Ridho dengan tatapan mesra nya.
Di putar nya tubuh Ridho Agar menghadap kearah nya, lalu kedua telapak tangan nya dia tempelkan pada kedua pipi sang suami nya itu.
"Dengarlah wahai kesayangan Tasya, kecintaan Tasya, buah hati nya Tasya, justru Tasya yang berhutang budi kepada mu sayang ku, kau sudah mengajak Tasya memasuki taman Surga, hidup bergelimang dengan cinta dan kasih sayang, tiada hari tanpa puja puji dan kemesraan dari mu, mereguk indah nya cinta, berenang dalam lautan asmara, kau selalu membuat Tasya melayang di Awang Awang, lalu terhempas di Mega Mega nan indah berdua, kau selalu membuat Tasya sibuk dengan kebahagiaan, tanpa sempat lagi memikirkan kemewahan Duniawi, tak ada artinya kemewahan Duniawi bila dibandingkan dengan sorga Dunia yang kau buatkan untuk Tasya selama ini, Tasya benar benar puas hidup bersama Ridho, biarkan ku pandang wajah mu lama lama, memahat nya dihati dan ingatan Tasya, agar kelak di Padang Mahsyar, Tasya bisa mengenali Ridho ku, kesayangan ku, kekasih hati ku" ucap Anastasya kembali menciumi kedua pipi Ridho lalu melumat bibir nya.
Setelah selesai, Anastasya mengambil cangkir berisi kopi panas, lalu mendekatkan nya ke bibir Ridho.
"Ah, secangkir kopi, semanis cinta!" ....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Makjlebz
2024-11-28
0