Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Dimas tidak terlalu memperhatikan film yang mereka nonton karena bergenre romantis berbeda dengan dua wanita yang lagi menatap layar besar dengan fokus.
"Maaf" ucap Dimas ketika tangannya menyentuh tangan Dini. Mereka sama-sama mau mengambil popcorn. Posisi Popcorn ada dipangkuan Dini.
Dini menoleh. "Santai aja, Pak".
Berbeda dengan Dini yang santai, Dimas yang pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta merasa perasaan itu kembali hadir.
"Apa aku sudah gila menyukai wanita yang bar-bar seperti Dini. Ah, mungkin bukan" elak Dimas membuang muka dan menatap layar didepan sana.
Menghindari Dini malah membuat muka Dimas merah padam, layar didepan sana malah menampilkan adegan ciuman tokoh utama. Dia lupa film yang bergenre romantis pasti tidak luput dari adegan ciuman.
"Astagfirullah" kata Dimas. Lain dimulut lain difikiran. Dimas malah membayangkan dia dan Dini sedang melakukan adegan yang sama.
"Waa, Filmnya seru" ucap Davina membuyarkan lamunan Dimas.
"Iya, keren habis dah" balas Dini menanggapi ucapan Davina.
"Ayo, kita pulang" seru Dimas berdiri dari bangkunya dan pergi meninggalkan Dini dan Davina.
"Kak Dimas, kenapa?" tanya Davina dan Dini hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Dini dan Davina langsung menyusul Dimas ke parkiran mobil.
"Kak Dimas, kenapa?" tanya Davina setelah mereka berada didalam mobil.
"Lain kali cari film itu yang ga ada adegan-adegan dewasanya, Davina. Kamu masih kecil, gak pantas kamu nonton yang kayak gitu" omel Dimas.
"Kak Dimas lupa kalau Davina sudah umur 18 tahun sebentar lagi kuliah. Dan filmnya buat umur 17 tahun keatas kok berarti Davina sudah boleh dong" bela Davina.
"Terserahlah"
Dini kembali menjadi penonton perdebatan kakak-beradik. Tidak ada lagi percakapan dimobil sampai Dini diantar kerumahnya.
***
Senin siang, di kantin kampus. Dini dan Gina sedang makan siang sebelum mata kuliah selanjutnya dimulai. Dini memesan bakso dan es capucino sedangkan Gina memesan siomay dan es jeruk. Baru saja mau menyuapkan makanannya ke mulut.
"Brakk" suara meja digebrak oleh seseorang. Dini dan Gina menoleh berbarengan.
"Roni, apa-apaan seh lo" ucap Gina, kaget.
"Eh.. Eh.. Gue punya berita" kata Roni langsung duduk tanpa dipersilahkan oleh dua wanita yang sudah menempati meja lebih dulu.
Sebelum cerita, Roni malah menyeruput minuman Dini dan menyisakan setengah gelas.
"Ron, Lo kurang ajar banget seh. Es gue tinggal setengah neh" omel Dini mengangkat gelasnya.
"Haus, Din"
"Gak modal banget jadi laki"
Roni hanya nyengir kuda dikatain begitu sama Dini. Roni bukan anak orang sembarangan, Bapaknya ketua dewan dikota tersebut. Tapi, emang dasar anaknya suka bikin rusuh.
"Jadi, sekarang lo punya berita besar apa?" tanya Gina sambil makan.
"Ehem..ehem" Roni berdehem seperti orang penting yang mau memberi sambutan disebuah acara.
"Jadi, kemarin Gue jalan ke Mall Y dan kalian tahu siapa yang gue temui?" Roni malah memberi pertanyaan. Dini yang sudah tahu arah pembicaraan Roni pura-pura menggeleng tanda tidak tahu.
Roni tersenyum. "Pak Dimas" lanjutnya.
"Kalau cuma ketemu Pak Dimas mah gue juga sering ketemu" kata Gina.
"Lo ketemu juga di Mall?"
"Bukan, dikelas" Gina tertawa. Dini ikut tertawa mendengar jawaban Gina. Benar kan?
"Bangsad Lo. Astaga, Mulut Gue" Roni memukul mulutnya. Sudah serius malah dicandain sama wanita jadi-jadian.
"Peace, Ron" ucap Gina sambil mengangkat dua jarinya keatas. "Emang kenapa dengan ketemu Pak Dimas dimall? Apa dia sama pacarnya?"