Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Menghadiri Undangan Reuni
El tidak merespon opsi yang Cahya katakan. Diamnya El, membuat Cahya berpikir jika El ingin menjalankan opsi dari dirinya. Sadar dengan kesibukan El, Cahya akhirnya berpamitan untuk pergi sebelum El mengusirnya pergi dari sana.
"Apa aku akan membawa Arneta?" El jadi kepikiran. Bukannya kembali melanjutkan pekerjaannya, dia justru memikirkan hal tersebut.
Pukul setengah enam sore, El sudah tiba di rumah. Dia melihat ke arah garasi dengan dahi mengkerut karena ada motor baru terparkir di sana. "Motor siapa itu?" Gumam El. Penasaran dengan pemilik motor tersebut, El gegas masuk ke dalam rumah. Namun, di saat dia sudah berada di dalam rumah, El sama sekali tidak melihat siap pun di sana. "Lalu motor siapa yang di depan?" Semakin penasaran, El gegas menuju lantai dua dimana kamarnya berada.
"El..." Arneta yang baru saja selesai mengganti baju kaget melihat kedatangan El. Pria itu juga kaget melihat Arneta yang baru selesai memakai baju barusan.
"Aku lihat ada motor baru di depan. Motor siapa itu?" El bertanya setelah berhasil menormalkan mimik wajahnya menjadi normal.
"Eng... itu motorku. Papa yang membelikannya. Sebenarnya aku udah menolak. Tapi Papa maksa buat tetap membelikannya."
"Buat apa Papa membelikan motor?" El penasaran. Pasti ada alasan Tuan Keenan sampai membelikan Arneta sebuah motor.
Arneta menjawab dengan jujur. Jika Tuan Keenan membelikannya motor untuk transportasinya ke kantor. Tuan Keenan tidak tega melihat dirinya selalu datang menggunakan ojek motor.
Jantung El terasa tersentil mendengarnya. Harusnya yang membelikan Arneta motor adalah dirinya sebagai suami Arneta. Bukan Tuan Keenan. Justru sekarang terlihat jika Tuan Keenan jauh lebih perhatian kepada Arneta dibandingkan dirinya.
"Oh, begitu." El menjawab singkat. Menampakkan ekspresi jika dirinya tidak mempermasalahkannya.
Arneta mengangguk saja. Kemudian melangkah ke arah ranjang berniat mengistirahatkan tubuhnya sejenak di sana. El yang masih bergeming di posisi yang sama gegas mengeluarkan sebuah undangan untuk Arneta.
"Ini ada undangan reuni dari Cahya." El menyerahkan undangan tersebut pada Arneta. Bukannya langsung menerima undangan dari El, Arneta justru menatapnya sejenak.
"Ambillah!" El berucap ketus. Kenapa juga istrinya itu tidak langsung mengambilnya.
Arneta gegas mengambil undangan tersebut dan membaca isinya. "Apa kamu juga datang, El?" Tanya Arneta setelah selesai membaca. Sebenarnya dia sangat ingin menghadiri reuni. Arneta sudah rindu dengan teman-temannya semasa kuliah dulu.
"Datang."
Arneta kembali fokus pada undangan tersebut kemudian menghela napas dalam-dalam. Walau pun dirinya ingin hadir di acara reuni tersebut. Namun, entah mengapa ada keraguan di dalam diri Arneta untuk menghadirinya.
"Datanglah. Cahya bilang kalau dia sangat berharap jika kita berdua bisa datang."
Arneta menganggukkan kepala. Sepertinya tidak ada masalah jika ia hadir di acara reuni. Toh bukan hanya ada Cahya di sana. Tapi teman-temannya yang lain juga. Biarlah nanti El menghabiskan waktu dengan Cahya. Sementara dirinya bisa berdekatan dengan teman-temannya yang lain.
Karena berpikir El tidak akan mau pergi bersama dengan dirinya ke acara reuni. Akhirnya, di saat hari acara reuni tiba, Arneta berniat untuk datang ke acara reuni menggunakan taxi online. El sebenarnya ingin mengajak Arneta pergi bersamanya. Namun, rasa gengsinya yang tinggi membuatnya membiarkan Arneta pergi menggunakan taxi online.
Bagaikan tidak terlihat, kedatangan Arneta di acara reuni sama sekali tidak disambut baik oleh teman-temannya di sana. Panitia penyelenggara pun seperti tidak melihat keberadaan Arneta sehingga mereka bersikap acuh saja. Arneta sedikit bingung kenapa mereka mengacuhkannya. Padahal, saat masih kuliah dulu, ia cukup akrab dengan teman-teman di angkatannya.
Arneta tidak ingin ambil hati dengan sikap mereka. Dia berusaha mengatur mood agar baik kembali hingga akhirnya memberanikan diri mendekat ke arah kumpulan wanita yang dulunya cukup dekat dengan dirinya.
"Hai, Nadira!" Arneta menyapa salah satu wanita di kumpulan itu. Wanita bernama Nadira sontak menoleh ke arahnya. Dia nampak tersenyum membalas sapaan Arneta. Sementara teman-temannya yang lain, nampak sinis menatap Arneta entah karena apa.
"Apa aku boleh duduk bergabung di sini?" Pinta Arneta. Nadira nampak mengiyakannya. Sementara yang lain, nampak enggan untuk melakukan hal yang sama. Arneta sadar diri jika keberadaannya di sana tidak diharapkan. Alhasil dia berjalan menjauh dan duduk di kursi yang berada di sudut ruangan.
"Dimana El. Kenapa dia gak kunjung kelihatan?" Semenjak berada di lokasi acara, Arneta tidak melihat keberadaan El. Padahal, pria itu sudah nampak siap di saat dirinya berpamitan untuk pergi lebih dulu tadi.
Pertanyaan yang bersarang di benak Arneta akhirnya terjawab saat melihat sosok El memasuki pintu masuk aula bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Cahya.
"Ternyata El menjemput Cahya dulu. Makanya dia sedikit lambat sampai ke sini." Arneta tersenyum meringis. Sebagai seorang istri, harusnya dirinya lah yang datang bersama El. Bukannya Cahya. Entah apa alasannya Cahya bisa datang bersama El saat ini. Arneta berusaha tidak memperdulikannya. Toh ia sudah biasa berada di posisi seperti ini.
Berbeda dengan dirinya, kedatangan Cahya dan El disambut dengan girang oleh teman-teman mereka. Bahkan beberapa dari mereka terdengar memuji keberhasilan El dan kecantikan Cahya.
"Loh, El. Bukannya kamu udah nikah sama Arneta, ya. Tapi kenapa kamu datangnya sama Cahya?" Salah satu teman mereka bertanya dengan dahi yang nampak mengkerut. Tadi ia sempat melihat Arneta datang seorang diri. Sementara kini, El datang bersama dengan Cahya yang jelas bukan istrinya.
Cahya tersenyum pada wanita yang barusan bertanya kepada El. "Tadi Arneta buru-buru mau datang duluan. Jadinya El pergi bersamaku karena mobilku tiba-tiba saja bocor di rumah." Kata Cahya lembut.
Wanita itu tak lagi banyak tanya. Toh El lebih cocok datang bersama dengan Cahya dibandingkan Arneta istrinya. Arneta yang melihat dan mendengar percakapan mereka tersenyum sinis. Pandai sekali Cahya merangkai kata yang bisa membuat semua orang percaya dengan dirinya.
"Kenapa aku merasa kalau Cahya itu adalah musuh di balik selimut? Dia tidak sebaik ucapannya saat bertemu denganku." Gumam Arneta dalam hati.
Di saat hampir semua orang tengah memusatkan pandangan pada El dan Cahya yang nampak sangat serasi malam itu, salah satu di antara mereka justru mengarahkan pandangan pada Arneta yang kehadirannya seakan tidak terlihat di sana. Sosok itu tersenyum sinis. Kemudian melangkah mendekati Arneta yang hendak bangkit dari posisi duduk.
"Hai Arneta. Sudah cukup lama kita tidak bertemu, ya." Sapa sosok tersebut.
Arneta menatap dingin wajah sosok yang tak lain adalah salah saty mantan kekasihnya. "Menyingkirlah. Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu!" Usir Arneta. Dia masih menyimpan rasa kecewa yang sangat besar pada pria di depannya saat ini. Karena pria itu bukan hanya pernah menduakan dirinya, tapi juga menjatuhkan harga dirinya sebagai wanita.
***
Siapa ya???
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
apa masih ada kelanjutannya kak