~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Guru Les
Hari libur Senja memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan. Dia benar-benar bertekad untuk membantu Bu Asri.
"Duh, susah banget cari kerja sampingan. Banyak yang gak mau nerima, karena gue masih sekolah." gumam Senja dengan peluh yang menetes disekitar pelipisnya.
Gadis manis bergigi gingsul itu melanjutkan perjalanannya. Dengan menaiki sepeda, ia melihat ke sekitar. Pandangannya melihat ke kanan dan ke kiri mencari kiranya tempat yang sedang membutuhkan seorang pekerja.
Sudah belasan tempat ia hampiri dan semuanya menolak dirinya. Rasanya ingin menyerah, tapi ia tak boleh. Ini semua demi Bunda dan adik-adiknya.
Satu tempat yang kini menjadi harapan terakhirnya. Sebuah cafe bergaya modern namun juga nampak klasik, sangat pas untuk tempat nongkrong anak muda.
"Semoga kali ini diterima" gumam Senja sembari melangkahkan kakinya ke cafe Oland.
Sejenak yang ia rasakan saat masuk ke cafe tersebut adalah perasaan nyaman. Entah kenapa, rasanya ia akan sangat senang jika bisa diterima untuk bekerja di tempat tersebut.
"Permisi mbak, saya mau melamar pekerjaan di sini. Apakah bisa ?" tanya Senja kepada seorang pegawai cafe tersebut.
"Oh kalau soal itu, mending tanyakan ke pemilik cafe ini saja. Kebetulan beliaunya lagi ada kok. Sebentar saya panggilkan dulu." Senja tersenyum mengiyakan.
"Bu, ada yang ingin melamar pekerjaan."
"Siapa ?"
"Itu Bu orangnya" pegawai tersebut menunjuk Senja dan sang pemilik langsung menghampiri seseorang yang ditunjuk oleh pegawainya tersebut.
"Kamu yang ingin melamar pekerjaan di sini ?" tanya perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.
"Iya Bu betul. Tapi, maaf Bu sebelumnya."
"Kenapa ?"
"Saya masih bersekolah Bu, jadi saya bisanya selepas pulang sekolah."
"Oh, kamu masih sekolah ternyata." Senja mengangguk membenarkan.
"Iya Bu. Saya masih sekolah, tapi saya juga butuh uang buat bantu Bunda saya."
"Kalo boleh tahu, memang Bunda kamu kerja apa ?"
"Bunda membuka jasa laundry sambil berjualan kue. Terus juga, Bunda harus menghidupi saya dan adik-adik saya."
Ada raut kesedihan yang terpancar dari gadis tersebut. Hal itu membuat Marta, pemilik cafe tersebut merasa sakit melihatnya. Entah, dirinya juga tidak tahu kenapa sampai merasa seperti itu. Seperti tidak rela jika gadis muda dihadapannya ini tengah bersedih.
"Begini saja" Marta memegang kedua bahu Senja.
"Kamu saat ini masih SMA ?"
"Iya Bu"
"Bagaimana kalau kamu jadi guru les anak saya saja. Dia masih SMP dan nilainya itu kurang memuaskan. Saya sampai lelah, setiap kali gurunya itu protes kepada saya. Saya juga sudah mencoba buat mencarikan dia guru les, tapi dia sama sekali tidak memberikan respectnya. Siapa tau dengan kamu yang lebih muda ini jadi gurunya, dia mau."
"Iya Bu saya mau" tanpa pikir panjang Senja menyetujuinya. Bagaimana mungkin dia menolak, sedangkan dia sendiri sudah sangat butuh pekerjaan. Urusan upah, itu masalah belakangan. Hal yang paling penting, sekarang dia sudah mendapatkan pekerjaan, walau dirinya masih sekolah. Jarang kan murid sekolahan yang bisa bekerja part time. Senja benar-benar bersyukur.
"Kapan Bu saya bisa bekerja ?" tanya nya dengan antusias, membuat Marta kagum dibuatnya, dengan semangat yang dimiliki gadis muda di depannya kini.
"Besok sore, kamu sudah bisa langsung menjadi guru les anak saya." jawab Marta dan diangguki oleh Senja, disertai senyuman manisnya.
"Siap Bu"
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Gimana sayang, pasti nggak dapat kan soalnya kamu masih sekolah." tebak Bu Asri yang mendapat gelengan dari Senja.
Ya, Senja jujur jika tadi ia pergi untuk mencari lowongan pekerjaan. Dirinya tidak bisa jika harus berbohong. Sempat ia tidak diperbolehkan oleh sang Bunda. Namun Senja berusaha meyakinkan, bahwa ia sanggup membagi waktunya.
"Nggak kok Bun. Senja dapat pekerjaannya." jawab Senja dengan tersenyum penuh semangat.
Adik-adiknya hanya mendengarkan percakapannya tanpa menyahuti dan sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Serius ?"
"Iya Bunda, Senja serius."
"Nak, apa kamu yakin. Kamu gak lelah, sehabis pulang sekolah lalu pergi bekerja ?" tanya Bu Asri kembali memastikan.
"Bunda tenang aja, pekerjaan Senja gak berat kok. Senja jadi guru les anak SMP."
"Kok bisa ?" tanya Bu Asri lagi dan Senja mulai menceritakan semuanya dari awal.
Bu Asri mengangguk paham setelah mendengar cerita dari Senja, dan kemudian mengelus puncak kepalanya dengan sayang.
"Kalau kamu nanti nya lelah, jangan terlalu dipaksakan ya sayang. Bunda ngeliat kamu belajar dengan rajin dan jadi juara kelas terus aja udah bikin bangga kok. Lagipula juga, yang seharusnya mencari nafkah itu kan Bunda. Kamu mestinya fokus ke sekolah." Senja meraih tangan Bu Asri, menggenggamnya penuh tulus.
"Bunda gak usah khawatir. Ini udah tugas aku juga buat bantuin Bunda. Masalah sekolah, Senja benar-benar yakin Bun, kalau Senja bisa membagi waktu dengan baik buat belajar sama bekerja. Pokoknya sekali lagi aku tegasin, Bunda gak usah khawatir oke ?"
"Hmm" deheman Bu Asri sembari menganggukkan kepalanya setuju. Dalam hati beliau sungguh tersentuh dengan kebaikan putrinya.
"Yasudah, kamu lanjut makan lagi." lanjut Bu Asri
*
"Arghhh, gue gak ngerti lagi sama pola berpikir kaum hawa."
"Sayang, kamu gak kenapa-kenapa kan ?" tanya Papi nya dari luar kamar Fajar, karena mendengar putra sulungnya itu berteriak malam-malam.
"Eh, Papi. Fajar gak kenapa-kenapa kok Pi." ucap Fajar saat Papi nya itu sudah memasuki kamarnya.
"Jangan bohong kamu sama Papi. Kali ini Papi gak salah denger."
"Itu, tadi ada kecoak."
"Rumah kita bersih gini kok dibilang ada kecoak. Udah deh, gak usah bohong sama Papi. Cerita aja udah." suruh Papi nya yang kali ini benar-benar tak bisa dibohongi. Jadinya, Fajar berkata jujur saja.
"Lagi kesel aja Pi sama cewek"
"Ehem, anak Papi udah mulai dewasa nih. Kenapa, dia nolak kamu ya ?"
"Nolak apa si Pi, orang Fajar cuma ngajak dia temenan. Eh iya juga si, Fajar ditolak." sangkal Fajar, namun akhirnya mengakuinya kalo dirinya habis ditolak karena mengajak berteman. Berteman saja ditolak, apalagi mengajak jadian. Sadboy wkwkw
"Hmm, temen apa demen nih ?"
"Temen Papi"
"Mungkin kamu kurang nunjukin perasaan kamu ke dia kali. Perhatian lebih misalnya."
"Duh, kalo soal itu mah, Fajar juga udah lakuin. Tapi tetep aja gak berhasil. Sampai bingung Fajar sama pola berpikir tuh cewek. Masalahnya tuh ya Pi, dia orangnya gak suka gitu kalo diperhatikan. Beda gitu sama cewek lainnya. Entah, dia termasuk spesies cewek yang kayak gimana Fajar juga gak tau."
"Kalo gitu, kamu harus bisa lebih mengenal dia itu seperti apa. Mencoba memahaminya. Seperti jaman dulu waktu Papi masih muda, ada cewek yang begitu mandiri. Papi jatuh hati sama dia, tapi dia orangnya juga sama kayak yang kamu ceritain barusan. Gak suka kalo diperhatikan."
"Wah, kok bisa pas gitu ya. Terus Papi gimana usahanya ?"
"Ya pokoknya deketin dia terus, selalu ada kalo dia lagi susah maupun senang. Kalo perhatian, Papi setelah tau dia orang yang gak suka diperhatikan, jadinya Papi beri perhatiannya diam-diam tanpa sepengetahuan dia."
"Terus terus Pi"
"Ya akhirnya Papi berhasil dapetin hatinya."
"Orang yang Papi ceritain barusan itu Mami Pi ?"
"Bukan"
"Lah terus"
"Mantan Papi hehehe"
"Hayolo, Fajar aduin nih ke Mami. Pantes kok mandiri, Mami mah mana ada mandirinya."
"Hehh, jangan. Nanti Mami kamu bisa cemburu tujuh hari tujuh malam. Gak boleh gitu kamu sama Mami sendiri."
"Iya Papi maaf"
"Yaudah kamu tidur gih udah malam. Jangan mikirin cewek terus."
"Iya Papi"
Inilah yang Fajar suka dari Papinya. Selalu meluangkan waktu, setidaknya sejenak untuk mengobrol sekedar menanyakan dirinya. Tidak seperti Maminya.