Tawanan Cinta Pria Impoten

Posisi intim ini membuat Keen menjadi lebih gairah dan Oliv sendiri menjadi teringat dengan malam itu. Pantulan kedua orang itu ada dicermin, Oliv dapat melihat Keen yang sangat bergairah menghirup aroma tubuhnya sendiri. Oliv semakin merinding kala kedua tangan Keen sudah menangkup bongkahan miliknya. 

“Hentikan, Kak!” Oliv terus menjauhkan tangan Keen dari area berbahaya itu. Tapi, Keen tetap memaksa untuk melakukan hal yang sangat ia inginkan. 

“Dengarlah, Oliv.. Kau harus bertanggungjawab atas setiap gairahku yang bangkit,” ucap Keen yang kini menangkup wajah Oliv untuk menatap kearahnya. “Dan gairah itu datang pagi ini, lakukan tugasmu dengan baik.” sambungnya. 

Oliv ingin protes tapi bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Keen dengan sangat terburu-buru. Kedua tangan Keen tidak tinggal diam disana, terus melakukan pergerakan yang membuat Oliv merintih disela pagutan itu. Keen sangat menginginkan sentuhan pagi ini dan tidak akan melepaskan Oliv. 

Salah satu tangan Keen turun ke inti pusat kehidupan Oliv, melakukan pemanasan disana dengan pergerakan brutal. Pagutan bibir itu terlepas, hingga Oliv melihat dirinya yang tidak berdaya diatas pangkuan Keen. 

Kepala Oliv mendongak karna kenikmatan yang Keen berikan, posisi ini membuat Oliv menjadi tidak terkendali. “Hentikan..” Lirih Oliv yang kini sudah menatap Keen yang tersenyum sinis padanya. 

“Hentikan? Tapi kau sangat menikmati ini semua, Baby. Sepertinya pagi ini aku tidak tahu caranya berhenti, maafkan aku..” ucap Keen sambil menambah kecepatan tangannya dibawah sana. 

Hingga tubuh Oliv melengkung kala mendapatkan pelepasan pertamanya, dan Keen tersenyum puas melihat itu. Menurunkan pakaian bawah lalu memasukkan senjata yang tegak sempurna itu kedalam sangkar yang hanya milik Oliv saja bisa merasakan seperti apa gagahnya Keen. 

“Kak, besar sekali.. Emmm..” Oliv memejamkan mata kala benda itu sudah masuk sempurna kedalam liangnya. 

Keen terus mengejar kenikmatan meskipun hanya dirinya yang bekerja tapi tetap saja ia menikmati setiap semua hal yang ada di dalam Oliv. Tanpa pil saja Keen sudah tidak terkendali apa lagi ditambah pil. 

“Pagi ini raungan kelelahanmu tidak akan membuatku berhenti, sayang..” ucap Keen sembari terus menghujam tubuh Oliv. 

Membawa Oliv dalam berbagai posisi yang memabukkan, tidak memperdulikan Oliv yang lemas karna sudah berulang kali mengalami pelepasan. Keen belum puas sama sekali, mungkin pagi ini akan sedikit menyiksa Oliv dengan gairah yang tidak henti-hentinya. 

•Beberapa jam kemudian.. 

Posisi saat ini Oliv yang berada dibawah dan Keen yang bergerak maju mundur diatasnya. Oliv sudah sangat lelah sebenarnya, bahkan sudah tidak mampu bersuara hanya mendesis saja dengan kedua tangan yang merangkul leher Keen. 

Sementara Keen masih terlihat sangat perkasa, pria itu hanya keluar sekali tadi. Dan sekarang adalah ronde kedua, dan sebentar lagi akan mendapat pelepasan yang dinanti-nanti. 

“Kak, berhenti.. Milikku terasa panas dan ngilu, aku tidak sanggup lagi..” ucap Oliv dengan suara yang sangat lemah. 

“Iya, sayang.. Sebentar lagi,” Keen menambah kecepatannya hingga sekarang merintih kuat bersama dengan Oliv. Tubuh pria itu melengkung kala mendapat pelepasan yang sangat dahsyat hingga Oliv merasakan miliknya yang sangat penuh. 

Oliv bernapas secara tersenggal, ia menjauhkan tubuh Keen saat pria itu ingin mencium keningnya. “Egois!” Teriak Oliv membuat Keen terkejut. 

Keen melepaskan penyatuan itu, ia menatap ke arah Oliv dengan tatapan penuh merasa bersalah. “Maafkan aku, sayang.. Aku benar-benar tidak terkendali kalau sudah soal dirimu,” jelas Keen dengan penuh merasa bersalah. 

Oliv tidak merespon apapun hanya diam dengan posisi membelakangi Keen, wanita itu memikirkan tentang benih Keen yang tertanam di rahimnya. “Kalau seperti ini terus aku bisa hamil..” gumam Oliv didalam hati. 

Tiba-tiba saja Keen mengecup pundak Oliv yang terbuka membuat Oliv terkejut. “Maafkan aku, sayang. Maafkan aku..” Keen terus mengucapkan kata itu lagi dan lagi sampai Oliv menatap kearahnya tidak membelakangi seperti ini. 

“Aku ingin minum dan laper banget,” Keluhan Oliv membuat Keen tersadar jika sebenarnya Oliv belum sempat sarapan apapun. 

Tentunya Keen menjadi panik, ia merutuki diri sendiri yang telah menggempur Oliv yang tengah kelaparan. 

“Maafkan aku, sayang.. Sebentar aku ambil minum dan memesan makanan,” ucap Keen tanpa mendapatkan respon dari Oliv karna masih sangat kesal. 

Cepat-cepat Keen memakai satu persatu pakaiannya, setelah itu mengambil ponselnya untuk mendapatkan makanan yang sangat diinginkan Oliv. Keen keluar dari kamar disaat itulah baru Oliv bangkit dengan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. 

Dari pantulan cermin Oliv dapat melihat tubuhnya yang banyak bekas kemerahan yang mana Keen lah pelakunya. Oliv memukul kepalanya terus menerus karna sering kali terbawa suasana seperti tadi. 

“Jangan terus memukul kepalamu terus menerus, Baby..” Suara itu mengejutkan Oliv. 

“Kepalamu milikku, aku suka mencium pucuk kepala itu. Jangan memperlakukan milikku sembarangan, mengerti?” 

Oliv melihat kearah CCTV yang ternyata ada didalam kamar sungguh Oliv tidak menyangka jika Keen akan sangat-sangat memantau dirinya seperti ini. 

“Pria gila!” umpat Oliv yang mungkin saja Keen mendengar disana. 

Dengan rasa kesal dihati Oliv bangkit untuk menuju bathroom, membersihkan diri dari keringat sisa percintaan berjam-jam tadi. Ternyata disaat bangkit pun milik Oliv terasa sangat sakit, wanita itu tidak sanggup berjalan lagi. Oliv kembali duduk, ia menghela napas panjang melihat diri sendiri yang selalu saja tidak berdaya dibuat Keen. 

“Untungnya ini tidak masa suburku setidaknya sedikit aman.. Tapi, aku tidak bisa terus seperti ini,” gumam Oliv didalam hati. Ia memikirkan sesuatu yang bisa dicegah dengan usaha tanpa sepengetahuan Keen. 

Kalau soal tidak melakukan hubungan panas itu, Oliv sungguh tidak bisa menjamin. Tapi, kalau soal mencegah hamil Oliv rasa hal itu sangat mudah ia lalukan. 

“Aku harus membeli pil KB di Apotek, setidaknya aku bisa minum itu sehabis berhubungan. Pertanyaannya.. Bagaimana aku membeli itu?”

“Membeli apa, sayang?” tanya Keen yang tiba-tiba saja muncul membuat Oliv terkejut. Oliv takut kalau Keen sudah mendengar apa yang ia katakan, maka sudah pasti akan mengamuk. 

“Beli vitamin, ya Vitamin,” jawab Oliv dengan cengirannya, tidak membuat Keen curiga. 

“Katakan vitamin apa nanti aku akan menyuruh Raga untuk mencari Vitamin itu,” ucap Keen yang mana mendapatkan tatapan keterkejutan dari Oliv. 

“Emm.. Aku lupa nama vitamin itu, sebaiknya aku beli sendiri aja. Kalau menyuruh Raga yang ada dia malah salah beli lagi,” Alasan yang cukup masuk akal yang tiba-tiba saja muncul di benak Oliv.