NovelToon NovelToon
Kesalahan Fatal

Kesalahan Fatal

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: veli2004

Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Evan

"Maaf yah Sya aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini, aku takut kalau suamimu melihatku" ucap Tika.

Belum juga aku menjawab perkataannya, mobil itu sudah melaju dengan kecepatan tinggi. Semua barang serta pakaianku ku tinggal dirumah Tika.

Cleeeekkkk~~~

Pintu rumah tersebut ku buka, betapa terkejutnya aku ketika melihat pemandangan dihadapanku semua pelayan serta penjaga tengah berkumpul tak lupa juga Evan yang berada di antara mereka.

"Kau dari mana? " Tanya Evan membuka suara.

Nampaknya suaranya sangat bergema ditelingaku, aku bisa merasakan hawa amarahnya yang memuncak. Ekpresinya mengatakan bahwa ia benar-benar marah besar kepadaku.

Aku hanya menunduk tak kujawab pertanyaan Evan, sesaat kemudian ia melangkah mendekat kearahku dengan langkah kaki yang cepat.

Dia menarikku dengan kasar sementara semua orang yang melihatku hanya menunduk takut dengan perlakuan Evan tak ada satupun dari mereka yang menolongku.

Ditutupnya pintu kamar itu dengan kasar, dia melepaskan tanganku dengan membuang tubuh lemah ku ke atas kasur.

Aku menatap kepadanya, tatapan kosong serta raut wajah ingin membunuh semua terpancar diwajahnya seketika ia bukan lagi seperti Evan yang awal ku kenal.

"Katakan kamu kabur kemana" sentak Evan dengan mengayunkan cambuknya ke punggungku.

Stttaaakk~~~

Aku berteriak kencang, air mataku kemudian membasahi baju yang ku kenakan. Aku mencoba memohon kepadanya namun permohonan itu sama sekali ia tak dengar.

Berapa kali saja cambuk itu di hantam kan ke tubuhku sampai aku benar-benar seperti merintih kesakitan, kesakitan yang tiada tara dibandingkan dengan kesakitan perkataan yang ia lontarkan kepadaku.

"Sakit Van aku mohon hentikan, aku minta maaf" ucapku memohon ampun, seperti orang yang memujanya.

"Bukankah aku sudah bilang kepadamu untuk tidak keluar dari rumah ini hmm? " jawabnya dengan tenang.

Aku fikir semua ini sudah berakhir ternyata cambuk itu kembali di ambil olehnya dan dihantam kan ke tubuhku lagi seolah-olah dia memang ingin membunuhku atau menyiksaku.

Cambuk itu mengenai punggungku seketika darah segar keluar dari mulutku, aku sudah tidak kuat menahan semuanya.

Air mataku terus membasahi baju yang kupakai, baju itu berubah warna dengan bercampur nya noda merah dari mulutku.

Tubuhku menggeliat kesakitan diatas kasur itu, aku melihat Evan yang membelakangi ku tengah mengambil benda lainnya.Sesaat itu aku teringat akan sesuatu sebuah pisau yang berada di laci.

Dengan susah payah aku bangkit sebelum Evan membalikkan badannya, aku meraih laci tersebut dan ku ambil pisau itu dengan tangan kananku.

Tanpa basa basi pisau itu ku tancapkan kepada tubuh Evan, pisau itu tertancap tepat mengenai bahu Evan karena ia yang tiba-tiba balik dan terkejut.

Akupun kaget targetku salah, yang sebenarnya aku ingin menghantamkan ke lehernya namun itu meleset ke bahu nya.

"Argghhhhhhh" teriaknya.

Dia berhasil mencabut pisau yang tengah menancap di bahunya, dan dia menatapku seolah-olah ingin memakanku hidup-hidup.

"Rupanya kamu berani juga" ucapnya.

Lalu pisau tersebut dibuangnya, namun hal yang paling mengerikan pun terjadi. Ia memegang benda di tangannya yang tak lain itu adalah besi panjang yang runcing.

Mataku berkaca-kaca menatap Evan yang tengah berjalan kearahku, aku yang ketakutan berlari ke sudut dan ingin segera keluar dari kamar itu namun, ternyata kamar itu di kunci.

Pupus lah harapanku, dengan tubuh yang lemah dan beberapa luka yang perih sekali terasa di punggungku, Evan mendekatiku dengan tatapan kosong.

Besi itu lalu di arahkan ke wajahku, sontak itu membuatku ketakutan. Baru saja aku akan berlari untuk menghindarinya namun kakiku sudah lebih dulu di kait oleh kakinya yang mengakibatkan diriku tersungkur ke lantai.

Dia mendekatiku lagi, besi itu di goreskan ke pipiku dengan sekuatnya, sesuatu keluar dari irisan tersebut yang bisa aku rasakan.

"Arghhhhhhhhhhh" aku berteriak sekencang mungkin, tanganku memegang pipiku yang sudah terluka. Saat aku melihat tanganku sudah penuh dengan darah segar yang keluar dari pipiku.

Dia bukan lagi Evan yang ku kenal, dia sudah menjadi srigala yang kelaparan sontak itu membuatku sangat takut untuk menatap kedua mata Evan.

Aku tidak bisa melarikan diri dengan kondisi tubuh yang seperti ini, lemah, dan penuh dengan luka dan rasa nyeri disetiap bagian titiknya.

"Gimana? puas dengan hukuman ini? " ucap Evan dengan senyuman sinis menatapku yang terlihat lemah dihadapannya.

"Itu adalah hukuman untukmu" sambungnya lagi.

Wajahnya berubah terlihat menyeramkan bukan seperti manusia lagi, tanganku gemetar begitupun seluruh tubuhku mungkin hari ini adalah hari terakhir bagiku.

Aku pasrah didepan lelaki yang telah menjadi suamiku kalau saja dia akan menghabisi nyawaku hari ini juga.

"Bersihkan lukamu" ucap Evan membuangkanku sebuah kain berwarna cokelat diwajahku.

Aku mengambil kain tersebut lalu ku lap semua darah-darah yang masih menetes dari berbagai luka di tubuhku, rasanya sangat sakit dan perih sekali aku tidak bisa membayangkan hukuman yang ku alami begitu tragis seperti akan merenggut nyawaku sendiri.

Tak lupa juga aku mengobati luka pada bagian yang bisa kuraih, apalagi luka di pipiku yang sangat lebar.

Aku merebahkan tubuhku dengan perlahan-lahan sambil menahan rasa sakit di punggung ku, aku menatap langit- langit kamar itu.

“Aku ingin pulang Bu kerumah Ibu“ Batinku.

Tak terasa air mataku yang tak bisa ku bendung kini mengalir membasahi pipiku, aku tidak kuasa bila harus berada lama di rumah neraka ini. Bagaimana aku bisa hidup dengan penyiksaan tiap harinya.

Tok tok tok~~~

Suara ketukan itu membuatku sadar kembali.

"Masuk" ucapku.

Seorang wanita berpakaian pelayan masuk dengan membawa makanan untukku, makanan tersebut lalu ia letakkan di meja.

Tanpa mengucapkan apapun wanita itu langsung pergi begitu saja, aku menatap makanan itu perutku yang sudah keroncongan rasanya ingin sekali melahap habis makanan itu.

Rasa ingin ku tertahan saat aku berfikir lagi bagaimana jikalau makanan itu sengaja dibuatkan untukku agar aku bisa lenyap hari ini.

"Apa makanan ini ada racunnya yah? " tanyaku polos, aku menusuk-nusuk makanan itu dengan jariku.

"Makan saja makanan itu tidak ada racunnya" sahut seorang lelaki yang sudah berada di belakangku.

Ya orang itu tidak lain adalah Evan, dia berdiri sambil menatapku dengan seksama entah apa yang orang itu fikirkan.

Tanpa ragu lagi aku mencicipi makanan itu yang ternyata sangat enak, perutku juga sudah tidak bisa ku tahan lagi apalagi melihat makanan lezat yang berada diatas meja.

Makanku tidak serius sesekali aku berhenti sambil menengok kebelakang yang ternyata Evan masih berdiri sambil menatapku terus yang membuat aku canggung sekaligus aku tidak tau rencana apa yang selanjutnya ia akan lakukan.

1
Menteng Jaya
masih lanjut kan thor
vell: iya msih
total 1 replies
Menteng Jaya
thor lanjutin dong kebiasaan deh berhenti ditengah jln
Menteng Jaya
kenapa didalam rumah evan ga ada satupun yg ngobrol sama sya sih thor?.
♥\†JOCY†/♥
Terima kasih telah membuat kami terhibur dengan cerita yang luar biasa ini. Semoga terus sukses 🙏
Matsuri :v
Cerita seru banget, gak bisa dijelasin!
Myōjin Yahiko
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!