FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemegang Harapan Baru
Saat harapan memenuhi diri seseorang, barulah orang itu akan memiliki sinar kehidupan. Dalam keadaan terpuruk seperti apapun, melanjutkan hidup adalah pilihan yang benar. Sayangnya, banyak orang dibutakan oleh uang dan mengartikan hidup sebagai kesenangan pribadi tanpa mempedulikan adanya pihak yang dirugikan. Itulah perbedaan antara cara berpikir orang normal dan psikopat.
Hari Senin yang dijanjikan tiba dengan cepat, kini Clara tidak perlu menuruti perintah Debry Linardi dan hanya perlu bekerja untuk Presdir.
"Tugas pertamamu adalah menemui pengembang proyek yang sedang menjalankan aksi demo terhadap perusahaan kita," ucap bos besar itu, sembari menyerahkan arsip berupa kertas cetak kepada Clara.
Clara langsung menerima dan membaca singkat kertas rangkap tiga yang berisikan data pribadi orang yang dimaksud, foto dan detail mengenai demo yang tak kunjung berhenti selama berhari-hari.
Sepertinya ini tidak mudah.. Tapi aku akan berusaha.
Clara merenung sejenak, kemudian mengiyakan misi dari sang Presdir. Kini, Clara sudah berada dalam ruangan pribadi yang baru-baru ini tersedia untuknya.
"Seorang kenalan lama Presdir Linardi yang bernama Stefan Harianto, usia 54 tahun. Orang ini mendirikan jasa konstruksi dan pembangunan yang telah berhubungan bisnis dengan L-Group selama 6 tahun terakhir. Sejauh ini, L-Group bergerak sebagai pembeli dan investor properti yang terjamin secara hukum. Semenjak 3 hari lalu, klien dari CV Harianto mendadak bersikeras tidak mampu membayar biaya pembangunan proyek dikarenakan hutangnya kepada firma L-Group sehingga mengakibatkan kerugian pembangunan sebesar 500 juta rupiah. Karena itu, CV Harianto menggugat aktivitas pemberian pinjaman yang dilakukan oleh L-Group," simak Clara.
Setelah mempelajari mengenai kasus yang ditanganinya, Clara dengan tanggap memutuskan untuk menghubungi CV Harianto.
"Halo. Selamat pagi. Saya Clara, dari firma L-Group. Bolehkah saya berbicara dengan Bapak Stefan?"
"Selamat pagi, dari CV Harianto. Bisa dibantu dengan keperluannya?" sahut penerima telepon.
"Saya ingin bertemu dengan Bapak Stefan perihal diskusi pribadi," usul Clara.
"Baik. Saya bantu cek jadwal Bapak Stefan dulu ya. Mohon ditunggu sebentar."
"Ya," balas Clara.
"Bapak Stefan akan berada di kantor mulai besok pukul 9 pagi. Bila keperluan pihak Bu Clara mendesak, langsung datang saja ke kantor. Saya akan sampaikan kepada Bapak Stefan."
"Baik. Bapak atas nama siapa ya?" tanya Clara, sebelum menutup telepon.
"Bapak Kris. Besok mohon cari saya terlebih dahulu, biar saya arahkan ke Pak Stefan," jelas pihak telekomunikasi CV Harianto itu.
"Baik, Pak Kris. Terima kasih."
Baru selesai berbicara melalui telepon kantor, seseorang mengetuk pintu.
"Ya. Silahkan masuk," ucap Clara.
Ternyata, yang melangkah masuk adalah Bu Maya dari bagian layanan informasi dan litigasi.
"Clara. Ini kunci dari Pak Presdir untuk loker di alamat yang tertera pada kertas. Besok kamu harus membawa barang yang disimpan di dalamnya sebelum pukul 6 sore. Setelah beres, kamu harus menghubungi Bapak Presdir dan kamu akan ditunggu di depan lobby gedung ini," kata Ibu Maya yang nampak 10 tahun lebih tua dari Clara, sambil merogoh dan menunjukkan kertas kecil dari dalam kantong celana panjangnya.
Entah apa yang disuruh oleh Presdir kepada Clara, gadis itu hanya patuh dan tidak ingin membuat kesalahan. Sementara itu, pada saat yang sama Kent sedang beradu fisik dengan Rendra Rosario, ayah angkatnya yang dikenal dalam dunia gelap sebagai raja mafia. Setiap kali klan Rosario berkelahi, tidak ada yang namanya selamat. Pertarungan sengit tidak akan berhenti hingga salah satu pihak dibuat cacat atau mati di tempat.
"Bocah keparat! Kau sudah ikut denganku selama 15 tahun, masih saja tidak menurut!" amuk Rendra.
"Memangnya siapa yang mau menjadi penerus pria serakah dan haus darah sepertimu?!" gertak Kent balik.
"Kurang ajar!" sentak Rendra, masih saling memukul dengan Kent.
"Aku bukan putramu! Aku takkan pernah menjadi pembunuh sepertimu! Kudengar, kau bahkan sering menculik dan mencabuli banyak wanita tak bersalah! Rendahan sekali!" tegas Kent.
Mendengar makian Kent, pria setengah tua di hadapannya itu semakin naik darah dan melemparkan benda apa saja ke arahnya.
"Mati kau, brengsek! Seharusnya aku tidak menolongmu!" murka Rendra, tiba-tiba menarik keluar pisau yang ada di dekatnya sedari ia mulai melakukan penyiksaan korban, lalu menodongkannya ke arah Kent.
Rendra yang mengamuk memang terlihat seperti pembunuh berdarah dingin. Kent yang telah bertahan menghadapi ancaman mematikan selama ini sama sekali tidak takut dengan pisau. Entah sejak kapan, Kent mahir menghindari serangan dan mempelajari teknik bela diri. Selain itu, Kent memiliki alasan kuat membela pemuda yang telah disiksa oleh Rendra selama 4 hari berturut-turut. Dia bersikap baik dan sempat mengaku kepada Kent bahwa dirinya adalah detektif dari divisi kepolisian negeri. Enam hari lalu, tepatnya hari Selasa, pemuda itu sedang bertugas bersama 2 orang seniornya untuk menggerebek dan menangkap komplotan Rendra di arena parkiran basement sebuah gedung diskotik. Mereka dipergoki menjual narkoba dan melakukan kekerasan. Sayangnya, dari 3 orang polisi tersebut hanya seorang yang berhasil menyelamatkan diri, yang satu lagi dibunuh di TKP, dan yang terakhir dijadikan sandera yang hampir kehilangan akal sehatnya karena terus disiksa.
Kent bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk menganalisa mengenai polisi muda yang saat ini sudah terbaring di tanah setengah tak bernyawa. Walau Kent harus bertumbuh dewasa dengan menyaksikan kekejian yang tak termaafkan, dirinya tidak pernah membunuh siapapun. Dendamnya memang belum terbalaskan, karena dia tidak mengetahui siapa pembunuh kedua orang tuanya.
Menurut pengakuan Rendra, dirinya tidak mempunyai dendam atau alasan untuk membunuh Sean Wahyudi dan istrinya, serta bahwa ia tidak pernah mengganggu keluarga kaya. Sejauh ini ia menginginkan keturunan, namun tak berminat mempunyai istri. Alhasil, ia menculik dan meniduri para wanita atau janda miskin, lalu melepaskan mereka jika melahirkan seorang putra baginya.
Tentunya, alasan bejat sedemikian rupa takkan dapat diterima oleh Kent. Kenyataannya, sudah terhitung 9 orang wanita yang mengakhiri hidup dan atau tanpa janin mereka sendiri akibat perbuatan Rendra. Dengan semua ini, dapatkah Kent menjernihkan jiwanya yang telah kotor oleh kebencian dan dendam yang terpendam selama bertahun-tahun?
Berlawanan dengan Clara yang selalu merindukannya, Kent berharap untuk tidak pernah bertemu lagi dengan siapapun yang dikenalnya di masa lalu. Sebagai rasa tanggung jawab, Kent hanya mampu memperingatkan mereka untuk menghindari bahaya. Fokus terpenting baginya saat ini adalah melarikan diri.
"Ayo, serang aku. Kita bertarung sampai mati! Orang sepertimu tidak berhak merasakan hidup bahagia sedetik pun! Akan kubuat kau dihukum seumur hidupmu, akan kuhancurkan semua yang telah kau bangun!" tantang Kent, sengaja memancing emosi Rendra.
- Bersambung -
kutunggu up next nyaaa
semangatt thor SOI 🔥💜