Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu mantan
"Alisa, kamu lapar gak?" tanya Roy.
"Lapar ayah," jawab Alisa tersenyum.
"Hari sudah sudah siang, kita makan siang dulu," kata Roy.
"Nanti kita lanjut main lagi," lanjut Roy.
"Ayo," jawab Alisa.
Lalu Alisa digendong oleh Roy.
"Mau pesan apa?" tanya Roy.
"Aku belum pernah ngerasain pizza," jawab Alisa.
"Baiklah, kita pesan pizza ya," kata Roy.
Alisa tersenyum bahagia.
"Roy, jangan terlalu memanjakan Alisa," kata Dinda tidak enak.
"Sudah seharusnya, seorang ayah memberikan apa yang anaknya inginkan," jawab Roy.
Dinda tidak percaya dengan jawabannya Roy.
"Kuatkan iman hamba, tuhan," gumam Dinda.
"Rasanya aku ingin sekali menikahi laki-laki ini, sudah tampan, baik, plus kaya lagi," gumam Dinda.
"Bagaimana kalo kita tinggal satu rumah," kata Alisa, membuyarkan lamunan Dinda.
"Tidak nak, karena ibu dengan ayah Roy belum menikah," jawab Dinda.
"Yasudah kalian menikah saja," ujar Alisa.
"Tidak semudah itu, sayang," kata Dinda.
"Mudah, kalian saja yang repot," ucap Alisa.
"Memangnya kenapa Alisa mau kita tinggal satu rumah?" tanya Roy.
"Karena aku mau merasakan kebahagiaan yang nyata," jawab Alisa.
"Jadi Alisa mau ayah dengan ibu tinggal dalam satu rumah?" tanya Roy.
"Iya ayah, aku sangat menginginkannya," jawab Alisa.
"Baiklah, ayah dengan ibu akan menikah, minggu depan," jawab Roy.
"Roy..." kata Dinda.
"Kebahagiaan Alisa yang paling utama, aku sangat menyayanginya," ucap Roy.
"Tapi, bagaimana bisa," kata Dinda.
"Semuanya bisa, kalo tuhan mengizinkan," jawab Roy.
"Yey, aku akan memiliki ayah, dan memiliki rumah," kata Alisa, bersorak bahagia.
"Tuhan, terima kasih sudah mempermudah jalanku," gumam Roy, dengan penuh rasa kebahagiaan.
"Dasar wanita miskin, gaya-gayaan makan ditempat seperti ini," sahut seorang wanita paruh baya, yang tiba-tiba datang.
Dinda hanya diam saja, karena ia tidak mau membuat masalah ditempat umum, apalagi mempermalukan Roy.
"Dia siapa?" bisik Roy.
"Neneknya Alisa," jawab Dinda.
Roy paham dengan ucapan Dinda.
"Pasti kau merayu pria kaya, supaya bisa mendapatkan uang!" Sungut Sulastri.
"Aku tidak seperti yang kalian pikir, aku tidak serendah keluarga kalian!" jawab Dinda.
"Jaga bicaramu, nenek tua," sahut Roy, yang tidak suka dengan hinaan yang Sulastri lontarkan.
"Heh! Siapa kau, mengatakan aku seperti itu!" bentak Sulastri.
"Saya tidak suka, ada yang merendahkan calon istri saya," jawab Roy.
"Pasti kamu cuman pria bayaran kan," sungut Sulastri.
Ada perasaan perih dalam hati seorang laki-laki yang berada disisi Sulastri, yaitu mantan suami Dinda, bernama Yanto.
"Apa benar, dia calon suami kamu?" tanya Yanto.
"Iya, dia calon ayah anak-ku, yang akan bertanggung jawab, atas diriku dan juga Alisa," jawab Dinda.
"Dasar wanita murahan, pasti tebar pesona kesana kemari, supaya mendapatkan laki-laki kaya," sungut Sulastri.
"Kau memperalat anak haram, untuk mendapatkan laki-laki kaya, ya!" sungut Sulastri.
"Selama ini aku diam, saat kalian menghina dan memfitnah aku, tapi kalian sudah menghina anak-ku, aku tidak bisa tinggal diam," ujar Dinda.
"Ibu, mereka siapa," kata Alisa, menatap takut kepada dua orang yang ada di depannya.
"Aku ayahmu," jawab Yanto.
"Bukan, ayahku ini, ayah Roy," jawab Alisan, memegang tangan Roy.
Karena Zia melihat perdebatan Dinda dengan mantan mertuanya, Zia memutuskan akan mengambil alih Alisa.
"Kak, biar Alisa denganku dulu," bisik Zia.
Roy mengangguk, mengerti dengan ucapan Zia.
"Sayang, kamu dengan tante Zia dulu, ya," kata Roy.
"Baik ayah," jawab Alisa, seolah mengerti dengan kejadian yang ia lihat.
Lalu Zia dengan Arka membawa Alisa jauh dari mereka, karena Zia takut, Alisa akan melihat kejadian yang seharusnya tidak ia lihat.
Dinda menatap tajam kearah keduanya!
"Kalian hidup senang-senang, tapi tidak ingat dengan darah daging kalian, Alisa itu anakmu, dan cucumu, Sulastri!" bentak Dinda, ia sudah tak bisa menahan emosinya.
"Kalo bicara sama yang lebih tua harus sopan, tidak di ajarkan sama ibumu, ya?" ucap Sulastri.
"Bicara sopan hanya berlaku untuk sesama manusia, sedangkan kalian, tidak lebih dari seorang hewan!," jawab Dinda.
"Jaga mulutmu, wanita rendahan!" bentak Sulastri.
Dinda tersenyum menyeringai.
"Hanya karena aku melakukan satu kesalahan, kalian terus-terusan mengatakan kalo aku rendahan, lalu bagaimana dengan anakmu, yang hanya bisa menghamili seorang gadis, tanpa bertanggung jawab," ujar Dinda.
"Tidak sudi, anak-ku harus menikah dengan wanita miskin seperti dirimu," hina Sulastri.
"Aku memang miskin, tapi aku tidak bajingan seperti kalian," jawab Dinda.
"Jangan menghina ibuku," bentak Yanto.
"Berani juga kamu bersuara, Yanto," kata Dinda.
"Aku kira selama ini kamu bisu, tidak bisa bicara, selalu menuruti perkataan ibumu, sampai kamu menelantarkan anakmu sendiri," bentak Dinda.
Yanto terdiam, tidak bisa menjawab ucapan Dinda, karena memang selama ini ia selalu menuruti perkataan ibunya.
"Tapi tenang saja, sekarang aku sudah mempunyai calon suami, dan calon ayah yang baik untuk diriku, dan juga anak-ku," kata Dinda.
"Kalo gitu, berikan Alisa denganku, biar aku yang mengurusnya," kata Yanto, ia meminta Alisa, setelah dulu, Yanto menelantarkan anaknya.
Dinda tertawa mendengar ucapan mantan suaminya.
"Jangan mimpi, aku tidak sudi, memberikan anakku, kepada bajingan seperti dirimu!" pekik Dinda.
"Yanto, apa yang kamu katakan!" ucap Sulastri, tidak suka dengan ucapan sang anak.
"Jangan harap, aku akan mengurus anak haram itu, karena akan membuat keluargaku sial seumur hidup," sungut Sulastri.
"Bagus, karena aku tidak akan membiarkan, anak-ku bersama kalian," jawab Dinda.
"Dengarkan aku, baik-baik, bajingan. Aku akan membuat Alisa membenci kalian, dan kelak saat kamu tua, kamu tidak akan merasakan kasih sayang seorang anak."
Deru napas Dinda membara, gejolak amarah yang ia tahan selama bertahun-tahun, kini sudah tersalurkan, kepada orangnya langsung!
"Tidak sudi, karena Yanto akan menikah, dan akan memiliki anak dari wanita lain, yang jelas, wanita yang baik, dan tidak miskin," kata Sulastri.
"Aku bersumpah! Yanto tidak akan mempunyai anak, meskipun dia menikah berulang kali."
Sumpah serapah yang Dinda katakan, seolah membuat perasaan Yanto tertancap busur panah.
Duar..
Petir terdengar menggelegar, semesta, seperti mendukung sumpah serapah Dinda.
"Semoga itu pertanda, tuhan akan mengabulkan doaku," ucap Dinda, tersenyum sinis.
Dinda menyusut air matanya, bukan air mata terluka, melainkan rasa lega, karena sudah mengeluarkan emosinya, yang sudah tertahan lama.
"Ayo sayang, kita pergi," ajak Dinda, menarik tangan Roy.
Lalu Dinda meninggalkan mereka, sepeninggalan Dinda.
Mulut Sulastri terus ngoceh, sumpah serapahnya ia keluarkan dari mulutnya, Sulastri tidak terima dengan ucapan Dinda.
"Tenangkan dirimu," ucap Roy.
Dinda menangis didalam pelukan Roy, sungguh ia sakit hati dengan ucapan mantan suami dan juga mertuanya.
"Menangislah, kalo setelah ini kamu akan tenang," ucap Roy.
"Ya Tuhan, aku harus mengatakan apa ini, rezeki atau musibah," gumam Roy.
"Maaf, aku jadi menangis," ucap Dinda.
"Tidak apa-apa," jawab Roy, tersenyum.
Dinda menyusut air matanya.
"Yang tadi, mantan suami kamu?" tanya Roy penasaran.
"Iya, tapi kami menikah cuman seminggu," jawab Dinda.
"Seminggu, ko bisa?" ucap Roy, kaget.
"Karena kedua orangtuanya tidak setuju, dia menikah denganku," jawab Dinda.
"Alasannya?" tanya Roy.
"Aku orang miskin, tidak cocok dengan mereka yang kaya," jawab Dinda.
"Lagipula, dulu aku menikah dengan Yanto, karena suatu hal," lanjut Dinda.
"Karena apa?" tanya Roy, semakin penasaran dengan kehidupan Dinda.
***
Cepatlah bertindak ganti yg bs mencintai dan menghargaimu.😁
kadang bingung dgn laki2 ,mudah bnget bilang nikah dgn wanita yg baru di jumpai padahal hati sama pikirannya pd wanita lainnya ..sembrono