"Apa-apaan ini?" teriak Alexa.
"Nikah sama gue!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa.
"Lo nolak siap-siap gue hancurin karier lo!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Baru
Nicholas menarik lengan Alexa agar wanita itu berhenti berjalan, juga memaksanya untuk melihat ke arahnya.
"Lo pulang dulu. Gue masih ada urusan," ucap Nicholas.
"Terserah lo!" Alexa menjauhkan tangan Nicholas dari lengannya.
Alexa melangkah ke dekat mobil, tetapi saat akan masuk ke mobil, langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil Nicholas.
"Ayo kita pergi sekarang, Nicho."
Rupanya Emma.
Alexa berdecih, jadi urusan penting itu pergi bersama mantan kekasihnya.
Tatapan Alexa dan Emma sempat bertemu. Perempuan itu menunjukkan senyum penuh kemenangan. Mungkin dia merasa menang karena bisa membawa Nicholas bersamanya.
Alexa tidak peduli dengan itu. Ia memilih masuk ke mobil, tetapi Nicholas mencegahnya.
"Lepas!" pinta Alexa.
"Tunggu di rumah." Nicholas mengecup pipi Alexa.
Tidak bicara lagi Alexa memilih masuk ke mobil, lantas menutup pintu cukup keras.
Dasar pria munafik! Setelah menghabiskan malam dengan istri, siangnya pergi bersama mantan.
"Jalan!" perintah Alexa kepada Arif
"Baik, Nyonya," sahut Arif.
Mobil yang membawa Alexa melaju meninggalkan area hotel. Dari kaca spion Alexa melihat Nicholas masuk ke dalam mobil yang sama dengan Emma.
Pandangan Alexa beralih pada Arif, kemudian bertanya pada asisten pribadi sang suami, "Lo pasti tahu ke mana mereka pergi, 'kan?"
“Maaf, Nyonya saya tidak tahu?” jawab Arif seraya mengemudikan mobilnya.
Tidak mungkin!
"Lo tahu!" tebak Alexa. "Hanya saja lo gak mau kasih ke tahu gue, 'kan?" sambung Alexa.
"Anda sudah tahu jawabannya, Nyonya," sahut Arif.
"Huh, kalau begitu untuk apa tadi gue bertanya! Membuang-buang tenagaku saja," kesal Alexa. "Kenapa juga lo gak pergi sama dia. Gue bisa pulang sendiri."
"Ya sudahlah, lain kali gue gak akan bertanya apapun lagi tentang mereka. Gue juga gak peduli jikalau mereka masih memiliki hubungan," beo Alexa.
"Terserah Anda saja, Nyonya. Tapi …." Arif menggantungkan ucapannya membuat Alexa penasaran dengan apa yang akan Arif katakan.
"Tapi apa?" tanya Alexa.
"Sebenarnya, tuan melarang saya bicara. Tapi saya tidak ingin ada kesalahpahaman antara Anda dan tuan." Arif menggaruk kepala yang tidak terasa gatal. Ia masih ragu untuk bicara.
"Katakan dengan jelas, Arif!" perintah Alexa.
"Tuan pergi bersama nona Emma bukan karena mereka masih memiliki hubungan. Tapi … tuan ingin menyingkirkan masalah," jelas Arif.
Menyingkirkan masalah?
Kening Alexa mengerut, masih belum paham dengan perkataan Arif.
"Ya, Nyonya. Sebenarnya nona Emma yang menyebar berita jika tuan itu gay," ungkap Arif.
"Oh my god. Wanita itu!" Alexa nampak geram dengan hal yang baru saja diungkapkan oleh Arif. "Perempuan itu munafik sekali. Dia menyebar berita bohong, tetapi pada kenyataannya dia mengejar Nicholas."
"Nona Emma sengaja melakukan itu agar tidak ada perempuan lain yang mendekati tuan, Nyonya," jelas Arif.
Alexa manggut-manggut mengerti. Jelas berita itu tidaklah benar. Dirinya sudah merasakan betapa perkasanya pria itu.
Suasana menjadi hening, Arif kembali berkonsentrasi mengemudi, sedangkan Alexa memilih membuka account sosmed miliknya melalui ponselnya. Alexa ingin melihat komentar-komentar para netizen mengenai pernikahannya dengan Nicholas.
Ada senyum di bibirnya dan perasaan haru saat teman-temannya memberikan selamat padanya atas pernikahannya.
Terlihat di dalam foto itu dirinya dan Nicholas saling memandang dengan perasaan yang sangat bahagia. Andai saja kebahagiaan itu benar-benar nyata? Pasti itu akan sangat indah.
Mereka berkomentar di salah satu foto yang ia unggah ke akun sosial medianya. Ada juga komentar negatif.
Bahagia di atas penderitaan orang lain.
Bahagia dari hasil rebut milik orang lain
Dan bla bla bla, masih ada banyak komentar negatif lainnya.
Siapa yang peduli. Pada kenyataannya dirinya tidak seperti itu.
Alexa mematikan ponselnya, menyimpan kembali ke dalam tasnya. Saat pandangannya mengarah ke luar mobil, Alexa baru sadar jika itu bukan jalan ke apartemen pribadinya maupun apartemen Nicholas.
"Arif, kita mau ke mana?" tanya Alexa. "Ini bukan jalan ke apartemen aku," sambung Alexa.
"Memang bukan, Nyonya," jawab Arif.
"Lalu?" tanya lagi Alexa.
"Anda dan tuan sudah menikah. Tidak mungkin kalian tinggal terpisah," jawab Arif. "Saya akan mengantar Anda ke mansion tuan, Nyonya."
Dan setelah Arif mengatakan itu, mobil melaju melewati gerbang. Pekarangan itu sangat luas, di tengahnya ada bangunan yang terlihat begitu kokoh. Bangunan yang di dominasi warna putih.
"Nyonya, kita sudah sampai," ucap Arif setelah menghentikan laju mobilnya. Arif keluar dari mobil, berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil untuk Alexa. "Silahkan, Nyonya."
Alexa keluar dari mobil, menatap takjub bangunan besar bak istana yang ada di hadapannya. Matanya berbinar saat melihat rumah atau lebih tepatnya istana yang akan ia tinggali bersama Nicholas.
"Ini mansion miliknya?" Alexa melepas kaca mata yang ia kenakan.
"Benar, Nyonya," jawab Arif.
"Besar sekali. Gue bisa berlarian di dalam rumah," seru Alexa membuat Arif menahan tawa.
Perempuan pilihan tuannya, memang unik. Menurut Arif Alexa itu lebih baik dari Emma. Meskipun Alexa banyak bicara, tetapi sikapnya apa adanya.
"Mari, Nyonya. Kita masuk," ucap Arif.
"Baiklah," seru Alexa.
Alexa berjalan di belakang Arif. Matanya terus memperhatikan sekeliling bangunan itu. Terhitung ada delapan pilar yang ada di depan pintu masuk, seolah memperlihatkan kemegahan dan kekokohan rumah itu.
"Selamat datang, Nyonya."
Alexa menghentikan langkahnya saat mendengar suara orang-orang yang menyapanya. Mungkin ada sekitar 10 orang dari laki-laki dan perempuan yang memakai pakaian berwarna putih dan juga hitam. Pakaian khas pelayan. Mereka berdiri berjejer di depan pintu masuk untuk menyambut kedatangannya.
"Mereka semua pelayan di rumah ini, Nyonya," jelas Arif. "Dan ..." Arif menghentikan ucapannya lalu mengarahkan pandangannya ke salah satu pelayan di sana. "Diana, kemarilah!"
Alexa mendongak kerika mendengar nama yang asing.
"Hei, Lo yang waktu itu bantu gue bersiap waktu pesta itu, 'kan?" tanya Alexa.
"Saya, Nyonya. Saya yang akan menjadi pelayan pribadi anda di rumah ini," ucap Diana.
Pandangan Elsa mengarah pada Arif. "Apa benar yang dikatakan olehnya?"
“Benar, Nyonya. Diana pelayan khusus untuk Anda," jawab Arif. "Tuan sengaja menyiapkan pelayan yang serba seperti Diana untuk Anda."
"Tumben dia baik sama gue?" Mata Alexa menyipit seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Arif. "Tapi tidak apa-apa. Aku happy." Alexa memeluk Diana.
Semua orang yang ada di tempat itu merasa terkejut saat nyonya di rumah itu memeluk seorang pelayan. Bagi mereka itu adalah sebuah kehormatan.
"Nyonya ...." Panggilan Diana membuat Alexa menarik diri memberikan jarak dengan Diana.
"Ada apa?" tanya Alexa.
"Saya pelayan di rumah ini. Jadi ... tidak pantas jika Anda memeluk saya," ucap Diana.
"Memang kenapa? Kalian juga sama-sama manusia, 'kan? Aku tidak akan sakit ataupun mati setelah memeluk kalian," beo Alexa.
"Bukan begitu, Nyonya. Status sosial kita berbeda," ucap Diana. "Kami takut tuan akan marah."
"Ya Tuhan. Apa laki-laki mesum dan berkepala es akan marah jika aku memeluk kalian? Jika benar begitu aku akan melakukanya." Alexa melangkah dan memeluk satu persatu dari para asisten rumah tangga yang berjejer di tempat itu. Terkecuali para pelayan pria.
Arif dan Diana yang melihat itu tersenyum, ternyata sikap Alexa lebih baik dan manusiawi dari pada Emma.
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang