Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih cepat lebih baik.
Abimana berlalu begitu saja meninggalkan ibunya yang masih memendam sejuta kesal dalam hatinya.
"Dokter Fikar sedang memeriksa kondisi tuan besar, tuan." asisten Purba memberi laporan pada Abimana.
Abimana mengangguk, sambil melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. "Setelah selesai memeriksa kondisi ayah, katakan pada dokter Fikar untuk menemui ku!!."
"Baik, tuan."
Membukakan pintu ruang kerja tuannya, kemudian kembali ke kamar ayahnya Abimana.
Beberapa saat kemudian.
Dengan di antarkan asisten Purba, dokter Fikar menemui Abimana di ruang kerjanya.
Menyadari kedatangan Dokter Fikar, Abimana lantas menyudahi kegiatannya membubuhi tanda tangannya pada berkas yang membutuhkan.
"Bagaimana kondisi ayahku????." bertanya setelah dokter Fikar menempati kursi di depan meja kerjanya.
Menyadari helaan napas berat yang ditunjukkan dokter pribadi sekaligus temannya itu sudah cukup menjadi jawaban bagi Abimana.
Abimana terdiam, pria itu tak lagi menunjukkan kemarahan setiap kali mendengar penjelasan dokter Fikar tentang kondisi kesehatan ayahnya. mungkin kini ia sendiri sadar bahwa selama ini Dokter Fikar sudah berusaha semaksimal mungkin, namun tuhan belum membukakan jalan.
"Sampai saat ini pihak rumah sakit belum juga mendapatkan donor jantung yang cocok untuk paman, sementara setiap harinya kondisi kesehatan paman semakin menurun, Abi." Pria berusia sebaya dengan Abimana tersebut hampir pesimis dengan kondisi pria paruh baya yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri tersebut.
Abimana menangkup wajahnya.
"Apa benar kau akan segera menikah???." bukannya ingin mengalihkan pembicaraan atau semakin menambah beban pikiran Abimana, Dokter Fikar hanya ingin memastikan kebenaran atas berita yang didengarnya dari ayahnya Abimana. raut wajah pria paruh baya tersebut terlihat sangat bersemangat ketika bercerita tentang rencana pernikahan putranya.
"Hem".
"Ku harap kau tidak sampai mengorbankannya seseorang demi mewujudkan keinginan paman, Abi."
Thalia yang pergi entah kemana otomatis membuat Dokter Fikar berpikir temannya itu pasti akan menikah dengan orang lain, sementara selama ini ia tahu betul bahwa Abimana tidak pernah dekat dengan gadis manapun sebelum dan sesudah Thalia. Dengan begitu pasti ada seseorang yang akan dikorbankan di sini.
Ucapan Dokter Fikar membawa ingatan Abimana pada sosok Livia. Entah apa yang sedang dipikirkan Abimana tentang gadis itu saat ini yang jelas tanpa sadar bibirnya berkedut, hingga dokter Fikar geleng kepala dibuatnya.
Sebelum pamit undur diri, dokter Fikar tak lupa meresepkan beberapa obat kemudian menyerahkannya pada asisten Purba.
"Malam sudah semakin larut, sebaiknya anda segera beristirahat, tuan!!!." ucap asisten Purba setelah kepergian Dokter Fikar. seperti itulah asisten Purba, selalu memperhatikan tuannya. Jangankan waktu istirahat Abimana, setiap asupan makanan yang dikonsumsi Abimana saja selalu di perhatikan oleh pria itu, demi memastikan kondisi tuannya tetap baik-baik saja, karena mengurus Sanjaya group cukup menyita waktu, pikiran serta tenaga tuannya.
Tak menjawab, namun Abimana beranjak dari kursinya, hendak kembali ke kamarnya.
Berhenti sejenak di ambang pintu, menoleh pada asisten Purba. "Siapkan semua yang dibutuhkan, lebih cepat lebih baik!!!." setelahnya, Abimana kembali melanjutkan langkahnya.
"Baik, tuan." Asisten Purba masih setia beberapa langkah dibelakang Abimana.
Setibanya di depan kamarnya, Abimana berhenti sejenak. "Sekarang pulanglah, aku akan beristirahat!!."
"Baik, tuan." setelah memastikan Abimana masuk ke kamarnya, barulah asisten Purba beranjak dari posisinya.
Di lantai bawah Asisten Purba bertemu dengan ibunya Abimana. Lebih tepatnya wanita itu sengaja menunggu asisten setia putranya itu, Buktinya sejak tadi wanita itu mondar-mandir seperti setrikaan demi menunggu asisten Purba.
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya??." tanya asisten Purba di saat menyadari wanita itu menghalau jalannya.
"Siapa sebenarnya wanita yang akan di nikahi Abimana???." tanpa basa-basi ibu bertanya, berharap mendapatkan jawaban yang diinginkan dari pria itu.
"Maaf Nyonya, sebaiknya anda menanyakannya langsung pada tuan Abimana!!."
Asisten Purba masih dapat mendengar wanita itu berdecak, meski dengan suara lirih sekalipun.
Melihat nyonya tak lagi bertanya, Asisten Purba lantas pamit undur diri. namun baru beberapa langkah, pria itu kembali bersuara. "Daripada anda sibuk mencari tahu siapa calon istri tuan Abimana, akan lebih baik anda menjaga sikap nyonya!!!." setelahnya, asisten Purba kembali melanjutkan langkahnya.
Sejujurnya asisten Purba masih sangat kesal pada wanita yang berstatus ibu sambung tuannya itu, memilih wanita yang hanya bisa mengobrak-abrik perasaan tuannya.
*
Keesokan harinya.
Mobil mewah yang berhenti di dekatnya mau tak mau mengalihkan atensi Livia. Ia yang baru saja memasuki pelataran gedung Galaxy group dibuat terkejut dengan sosok pria yang turun dari mobil tersebut. Ya, sosok pria yang malam itu bersama Abimana di apartemen.
"Selamat pagi, Nona."
Livia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, khawatir ada yang melihat pria itu menunduk hormat kepadanya.
"Apa yang anda lakukan, tuan?? Jangan membuat saya jadi pusat perhatian seperti ini!!." tak suka dengan sikap pria itu padanya.
"Maaf Nona....Kedatangan saya ke sini ingin menjemput anda, Nona. Tuan Abimana ingin bertemu dengan anda." sama sekali tak peduli dengan wajah kesal Livia atas kedatangannya.
Mendengus kesal, dan itu pun hanya bisa dilakukan Livia dalam hati saja.
"Tapi saya harus bekerja, tuan. Apa anda mau saya di pecat akibat telat." ingin rasanya Livia berteriak sekeras mungkin bahkan kalau bisa sampai memecahkan gendang telinga pria dihadapannya itu. tapi kenyataannya berbeda, Livia justru berkata dengan begitu ramah, tak memiliki keberanian yang cukup untuk merealisasikan keinginan hatinya.
"Sepertinya itu ide yang bagus Nona, jika anda berhenti bekerja maka akan lebih mudah bagi tuan Abimana menemui anda."
Dengan entengnya asisten Purba mengatakan kalimat yang mampu membuat darah Livia semakin mendidih mendengarnya.
Livia menghela napas dalam-dalam untuk menetralkan perasaannya, lalu berkata. "Sekarang saya harus bekerja, tuan... Jadi tolong sampaikan pada tuan Abimana, saya akan menemuinya sore nanti setelah pulang kerja." suaranya terdengar lembut, senyumnya pun dibuat senatural mungkin. Padahal dalam hati, Livia ingin sekali menjambak rambut asisten pribadi Abimana tersebut sampai botak kalau perlu.
*
Sesuai dengan janjinya pagi tadi, setelah pulang kerja Livia hendak menemui Abimana. baru saja hendak memesan taksi online, tiba-tiba pandangan Livia menangkap sosok asisten Purba yang sudah berdiri di samping mobilnya yang terparkir cantik di depan gedung Galaxy group.
Berjalan menghampiri mobil asisten Purba. "Seharusnya anda tidak perlu menjemput saya, tuan. saya bisa naik taksi." Livia masuk ke dalam mobil setelah asisten Purba membukakan pintu mobil untuknya.
"Memangnya anda tahu, tuan Abimana mau bertemu dengan anda di mana, Nona???."
Gleg.
"Agh.... betul juga..." tersenyum masam, merutuki kebodohannya sendiri.
Setelahnya Livia tak lagi bersuara, duduk di bangku belakang dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Kurang dari setengah jam, akhirnya mobil asisten Purba tiba di depan gedung pencakar langit yang berlogo Sanjaya group. gedung yang tak kalah megah dengan gedung tempatnya bekerja tersebut mampu menghipnotis Livia untuk sesaat, sampai ia kembali tersadar bahwa kedatangannya ke tempat itu bukanlah untuk mengagumi keindahan gedung atau semacamnya, melainkan bertemu dengan pria tak berperasaan seperti Abimana. Pria yang tega mengancam akan memenjarakannya jika berani menolak tawaran gi-lanya.
Sayang-sayangku yang paling manis, imut dan tercinta, jangan lupa like, vote, komen, and subscribe (Favorite)....😘😘😘😘
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻