Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.
Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.
Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
peri Hutan
Arlina berjalan santai di taman istana, menikmati sinar matahari yang hangat menyinari kulitnya. Hari itu terasa lebih cerah dari biasanya, dan kebunnya penuh dengan bunga yang bermekaran, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Ia menyusuri jalan setapak yang tertutup bunga mawar berwarna-warni, aroma harum mereka memenuhi udara. Namun, meskipun taman ini menenangkan, pikirannya tak bisa berhenti memikirkan kejadian kemarin di hutan Yamg.
Teringat akan sosok peri yang ia lihat bersama Kael saat berkuda. Peri itu, meskipun hanya tampak sekelebat, meninggalkan kesan yang dalam di hati Arlina. Sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih dari sekadar makhluk magis. Keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang peri itu mengusik pikirannya. Apa yang sedang dilakukan peri-peri di hutan? Kenapa ia tampak begitu terlindung dan menghilang begitu cepat?
Saat berjalan, pandangannya tertumbuk pada sebuah bayangan kecil yang melintas di dekat semak-semak di ujung taman. Sejurus kemudian, ia melihat sosok yang familiar. Itu dia. Peri itu. Dengan sayap kecil berkilauan, sosoknya tampak bergerak lincah, tersembunyi di balik pepohonan dan bunga.
"Huh, itu dia," gumam Arlina pada dirinya sendiri. Ia segera berbalik, berjalan diam-diam mengikutinya tanpa mengeluarkan suara. Ada rasa ingin tahu yang begitu besar yang mendorongnya untuk mengejar sosok kecil itu.
Peri itu tampak tidak menyadari bahwa ia sedang diikuti. Dengan gerakan gesit, ia melompat dari satu cabang pohon ke cabang lainnya, seakan sedang bermain di antara pepohonan yang tinggi. Arlina tak ingin kehilangan jejak, jadi ia mengikutinya, menyelinap perlahan agar tidak menarik perhatian.
Langkah kaki Arlina semakin cepat saat peri itu semakin jauh menuju hutan yang lebih dalam. Udara semakin sejuk, dan pohon-pohon semakin rapat, menutupi sinar matahari. Ia terus mengikuti hingga akhirnya mereka sampai di pinggiran hutan, jauh dari taman istana.
"Kenapa aku mengikuti makhluk ini?" Arlina berbisik pada dirinya sendiri, sedikit ragu. Namun, rasa penasaran lebih kuat daripada rasa takut. Bagaimana peri itu bisa begitu bebas, begitu kuat, dan mengapa ia berada di sini?
Ketika Arlina semakin dalam masuk ke dalam hutan, ia mulai merasakan ketegangan di udara, seolah-olah dunia sekitar mulai berubah. Daun-daun yang jatuh bergerak sendiri, dan suasana hutan terasa lebih hidup, lebih magis dari sebelumnya.
"Tunggu..." bisik Arlina. Ia bisa melihat peri itu menghilang di balik beberapa batang pohon besar. Tanpa ragu, ia mempercepat langkahnya, berusaha tidak kehilangan jejak.
Di depan, ia melihat peri itu melompat ke dalam sebuah ruang terbuka yang dipenuhi dengan cahaya lembut, meskipun cahaya matahari sudah mulai redup. Tempat itu seolah terpisah dari dunia luar, dengan tanaman yang tak biasa, bunga-bunga aneh yang berkilauan, dan pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Arlina terpesona oleh keindahan tempat itu, seakan-akan dunia di sekitar hutan ini memiliki kehidupan yang jauh berbeda.
“Tempat ini...” Arlina berkata perlahan, matanya berbinar. Ia merasa seperti memasuki dunia yang benar-benar berbeda, dunia yang tak dikenal, penuh dengan keajaiban. Di depan matanya, peri itu berhenti dan tampak memandangnya. Untuk pertama kalinya, peri itu menatap Arlina dengan mata yang dalam, seperti memperhatikan apakah ia layak masuk ke dunia ini.
Arlina berhenti beberapa langkah dari peri itu, memandangnya dengan tatapan penasaran. “Kamu... siapa?” tanyanya dengan suara lembut, seolah berbicara kepada makhluk magis yang tidak biasa. "Kenapa kamu menghilang begitu saja kemarin?"
Peri itu terdiam sejenak, seakan mengukur keputusan yang harus dibuatnya. Akhirnya, ia melangkah mundur, tubuhnya berkilau dengan cahaya lembut yang datang dari sayapnya yang bersinar. “Aku hanya salah satu dari banyak yang tinggal di sini, Arlina,” jawab peri itu dengan suara yang lembut dan sedikit berbisik. “Kami menjaga hutan ini, melindunginya dari bahaya luar.”
"Melindungi dari bahaya luar? Dari apa?" Arlina bertanya, semakin penasaran.
“Dari orang-orang yang tidak mengerti kekuatan alam ini,” jawab peri itu. “Kami menjaga agar keajaiban tetap utuh. Manusia seringkali datang untuk mengambil, untuk mengubah, dan kami tak bisa membiarkan itu terjadi.”
Arlina mendengarkan dengan seksama, hatinya berdebar-debar. “Tapi, aku tidak berniat untuk merusak apa pun. Aku hanya penasaran dengan kalian... dengan dunia ini.”
Peri itu tersenyum, tapi senyuman itu tidak sepenuhnya ramah. “Kadang, rasa penasaran adalah ancaman terbesar. Kami tidak bisa mempercayai begitu saja siapa pun yang datang dari luar.”
“Tapi aku bukan orang jahat,” Arlina membantah, sedikit bingung. "Aku hanya ingin tahu lebih banyak. Tentang kamu, tentang hutan ini."
Peri itu terdiam, mengamati Arlina dalam diam. Akhirnya, ia mengangguk perlahan. “Kau mungkin tidak punya niat buruk, Arlina. Tapi ingat, dunia ini lebih besar dari yang kamu kira. Ada banyak yang tak terlihat. Kekuatan hutan ini bukan untuk dijadikan permainan.”
Arlina merasa sedikit tersinggung, namun ia mengerti bahwa peri itu berbicara dari pengalamannya sendiri. “Aku mengerti,” jawab Arlina, melangkah mundur perlahan. “Aku hanya ingin tahu, tak lebih dari itu.”
Sebelum Arlina berbalik untuk pergi, peri itu memandangnya sekali lagi. "Ingat, ada banyak rahasia di dunia ini, Arlina. Beberapa dari mereka akan tetap tersembunyi, dan mungkin lebih baik begitu. Teruslah berjalan dengan hati yang penuh pengertian."
Dengan itu, peri itu terbang menjauh, menghilang di balik pepohonan yang semakin rapat. Arlina berdiri terpaku sejenak, merenung. Ada begitu banyak yang masih harus ia pelajari, tentang dunia ini, dan tentang dirinya sendiri.
Namun, satu hal yang pasti: dunia ini penuh dengan keajaiban yang tak terduga.
Arlina berdiri di sana, merenung dengan pikiran yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Setiap kata yang diucapkan oleh peri itu terngiang di telinganya, seperti sebuah peringatan yang harus ia ingat. Dunia ini, hutan ini, ternyata jauh lebih dalam dan misterius daripada yang ia bayangkan. Ia tahu bahwa dunia Kael juga penuh dengan rahasia, tapi kali ini, rahasia itu datang dari sumber yang berbeda—dari makhluk-makhluk yang bahkan lebih tua dari manusia.
Langkah Arlina kembali terarah, meninggalkan tempat itu dengan hati yang sedikit ragu. Hutan yang sebelumnya terasa penuh keajaiban kini tampak lebih menakutkan. Setiap langkah yang ia ambil terasa lebih berat, seolah dunia itu sendiri mengamatinya. Namun, meski ragu, ia tak bisa menghilangkan rasa ingin tahunya.
Ketika Arlina akhirnya kembali ke istana, senja mulai menyelimuti langit. Keheningan malam mulai merayap, membawa perasaan tenang yang kontras dengan kegelisahan yang ia rasakan. Ia tahu, perjalanan ini baru saja dimulai. Mungkin, segala hal yang baru ia temui, termasuk makhluk-makhluk seperti peri itu, adalah bagian dari takdir yang lebih besar, sesuatu yang harus ia hadapi bersama Kael, meskipun penuh tantangan.
Dengan langkah hati-hati, Arlina memasuki istana, berpikir tentang apa yang baru saja ia alami dan apa yang akan datang.