NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:780
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

malam Penuh Janji

Keheningan malam yang menenangkan melingkupi ruangan. Kael memandang Arlina yang masih bersandar di dadanya. Jarinya dengan lembut membelai rambut hitam gadis itu, menyisir helai demi helai seolah mencoba menyerap setiap momen bersamanya.

"Kael," panggil Arlina pelan, suaranya terdengar seperti bisikan.

"Hm?" Kael menjawab tanpa henti mengelus rambutnya.

"Apa kau pernah membayangkan hidup berbeda? Tanpa kekuatan, tanpa beban sebagai pangeran?" Arlina mendongak, menatap wajahnya.

Kael terdiam, seolah pertanyaan itu menelusuri bagian terdalam dirinya. "Mungkin pernah, ketika aku masih kecil. Tapi hidupku sudah ditakdirkan untuk Umbrahlis. Tidak ada jalan lain selain menerimanya," jawabnya jujur.

Arlina tersenyum kecil, lalu menatap kalung obsidian yang baru saja diberikan Kael. "Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi aku akan memastikan kau tidak merasa sendirian lagi. Kau telah melindungiku, Kael. Sekarang, aku ingin melindungimu."

Kael menunduk sedikit, mempertemukan pandangan mereka. "Arlina, kau tidak perlu melindungiku. Kau cukup ada di sini. Itu sudah lebih dari cukup."

Arlina tidak menjawab, tetapi ada kilatan tekad di matanya. Ia meraih tangan Kael, menggenggamnya erat. "Aku ingin melakukan lebih dari itu. Aku ingin menjadi seseorang yang berarti untukmu, bukan hanya sekadar tamu di hidupmu."

Kael mendekatkan wajahnya perlahan, hingga jarak di antara mereka hampir tak ada. "Kau sudah lebih dari berarti, Arlina."

Tanpa ragu, Kael mencium Arlina dengan lembut. Sentuhannya begitu hati-hati, seolah ia takut melukai gadis itu. Arlina membalas dengan penuh kehangatan, tangannya naik ke leher Kael, merasakan kekuatan dan kelembutannya sekaligus.

Ciuman mereka semakin dalam, dipenuhi oleh perasaan yang tak terucapkan selama ini. Kael menarik Arlina lebih dekat, kedua tangannya melingkari pinggangnya dengan erat. Arlina membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan pria itu, merasakan detak jantungnya yang stabil.

Mereka berhenti sejenak untuk bernapas, tetapi mata mereka tetap terkunci satu sama lain. Kael tersenyum kecil, sesuatu yang jarang terlihat di wajahnya. "Aku tidak pernah membayangkan momen seperti ini. Bersamamu... rasanya berbeda dari apa pun yang pernah kualami."

Arlina tertawa pelan, wajahnya memerah. "Aku juga tidak. Tapi ini terasa... benar."

Kael tidak menjawab, tetapi ia kembali mencium Arlina, kali ini dengan lebih penuh gairah. Tangannya menyentuh wajah gadis itu, menyusuri setiap lekuknya seolah ingin menghafalnya. Arlina memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam momen itu.

Beberapa saat kemudian, Kael membaringkan Arlina dengan hati-hati di atas tempat tidur. Tatapannya begitu lembut, hampir tak menyerupai pria dingin yang dikenal banyak orang. "Aku takut kehilanganmu, Arlina," katanya pelan.

Arlina mengangkat tangan, menyentuh pipinya. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Kael. Aku di sini."

Kael mencium tangannya, lalu menatapnya dengan mata yang penuh rasa. "Jika saja aku bisa memberimu hidup yang lebih baik daripada di tempat ini..."

"Kehidupan ini cukup, Kael. Kau cukup." Arlina memotongnya dengan tegas, lalu menariknya lebih dekat.

Kael membiarkan dirinya tenggelam dalam momen itu. Ia menunduk, menyentuh bibir Arlina sekali lagi dengan lembut. Sentuhan mereka semakin dalam, penuh dengan keintiman yang tak butuh kata-kata. Arlina membalas setiap sentuhan Kael dengan ketulusan, menunjukkan bahwa ia merasa aman di pelukannya.

Kael berhenti sejenak, menatap Arlina dengan intens. "Kau yakin tentang ini?"

Arlina mengangguk tanpa ragu. "Aku yakin."

Kael mengusap rambutnya sekali lagi, sebelum kembali mencium gadis itu. Tangannya menyusuri lengan Arlina dengan perlahan, menunjukkan rasa hormat dan kasih yang mendalam. Arlina memegang tangan Kael, memberinya kepercayaan penuh.

Malam itu menjadi momen di mana dua jiwa yang berbeda dunia akhirnya menyatu. Tidak ada lagi keraguan atau jarak di antara mereka. Mereka hanya dua orang yang saling mencintai, melupakan segala beban untuk sementara waktu.

Beberapa saat kemudian, Kael menarik selimut untuk menutupi mereka berdua. Ia menarik Arlina ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar di dadanya.

"Arlina," panggil Kael, suaranya nyaris berbisik.

"Hm?" jawab Arlina, matanya mulai berat karena kelelahan.

"Aku akan memastikan tidak ada yang bisa menyakitimu lagi. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu," janji Kael.

Arlina tersenyum kecil, meski matanya tertutup. "Aku percaya padamu, Kael."

Kael mencium keningnya sekali lagi sebelum memejamkan mata. Di luar, malam semakin larut, tetapi kehangatan di antara mereka tetap ada, menjadi pengingat bahwa cinta bisa ditemukan bahkan di tempat tergelap sekalipun.

Kael terbangun beberapa jam kemudian, namun ia tidak bergerak. Ia tetap membiarkan Arlina tidur di pelukannya, memperhatikan wajahnya yang damai dalam keheningan malam. Ada rasa hangat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.

Kael jarang membiarkan dirinya tenggelam dalam emosi seperti ini. Sebagai pangeran, ia selalu menjaga jarak, tidak pernah menunjukkan kelemahannya kepada siapa pun. Tapi dengan Arlina, semua pertahanannya runtuh. Ia ingin melindunginya, bukan karena kewajiban, tetapi karena ia tak bisa membayangkan hidup tanpanya.

“Kael...” Arlina bergumam dalam tidurnya, suaranya hampir tak terdengar.

Kael tersenyum kecil, jarang sekali ia melihat seseorang begitu damai di dekatnya. Ia mengelus rambutnya dengan lembut, mencoba tidak membangunkannya. Tapi saat ia hendak meletakkan kembali tangannya, Arlina membuka mata perlahan, menatap Kael dengan tatapan bingung namun penuh kehangatan.

“Kau belum tidur?” tanya Arlina, suaranya serak karena baru bangun.

Kael menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Melihatmu tidur sudah cukup menenangkan.”

Arlina tersenyum malu-malu, pipinya memerah samar. “Kael, kau harus beristirahat juga. Jangan memaksakan diri.”

“Aku sudah terbiasa tidak banyak tidur,” balas Kael, namun ia menunduk dan menyentuh dahi Arlina dengan lembut. “Kau lebih membutuhkan istirahat daripada aku.”

Arlina ingin membalas, tetapi sesuatu di matanya menangkap kekhawatiran Kael yang lebih dalam. “Kael, ada apa? Kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.”

Kael terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Aku hanya berpikir... apakah aku layak bersamamu. Dengan semua hal yang telah kulakukan, semua keputusan yang kuambil untuk Umbrahlis... mungkin aku tidak pantas untukmu.”

Arlina segera mengangkat tubuhnya, duduk di sisi tempat tidur dan menatap Kael dengan serius. “Jangan pernah berkata seperti itu. Semua orang memiliki masa lalu, Kael. Apa yang penting adalah siapa dirimu sekarang. Kau adalah orang yang telah melindungiku, yang memberikan segalanya untuk negerimu. Bagiku, itu lebih dari cukup.”

Kael menatap Arlina dengan intens, ada sesuatu yang berubah di matanya. Ia mendekat, menyentuh pipi gadis itu dengan lembut. “Kau terlalu baik, Arlina. Kau selalu melihat sisi baikku, bahkan ketika aku sendiri tidak yakin itu ada.”

Arlina tersenyum kecil, memegang tangan Kael yang ada di wajahnya. “Aku hanya melihat dirimu apa adanya, Kael. Kau tidak sempurna, tetapi aku tidak mencari kesempurnaan. Aku hanya ingin kau menjadi dirimu sendiri.”

Kael menghela napas panjang, lalu menarik Arlina kembali ke pelukannya. Ia memejamkan mata, membiarkan kehangatan gadis itu mengisi hatinya. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menjalani hidup tanpamu lagi.”

Arlina terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Kael. Ia tahu hubungan mereka tidak mudah, bahwa ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Tapi mendengar pengakuan itu dari Kael, ia merasa segala sesuatunya layak diperjuangkan.

Pagi mulai menyingsing, cahaya matahari pertama masuk melalui celah tirai. Kael membuka matanya perlahan, menyadari Arlina masih tertidur di sisinya. Ia ingin membiarkan gadis itu tidur lebih lama, tetapi ketukan di pintu mengganggunya.

“Masuk,” perintah Kael dengan suara rendah.

Pintu terbuka, dan Eryx masuk dengan langkah hati-hati. “Yang Mulia, maaf mengganggu, tetapi ada laporan mendesak dari pasukan penjaga. Lady Seraphine terlihat di perbatasan barat.”

Kael langsung bangkit dari tempat tidur, matanya berubah tajam. “Apa yang dia lakukan di sana?”

“Kami belum tahu, tetapi pasukan tambahan telah dikerahkan untuk berjaga-jaga,” jawab Eryx dengan nada serius.

Kael mengangguk. “Aku akan segera ke ruang strategi. Siapkan peta wilayah.”

“Baik, Yang Mulia,” Eryx memberi hormat dan keluar dari ruangan.

Kael menoleh ke Arlina yang masih terlelap. Ia mendekat, menyentuh bahunya dengan lembut untuk membangunkannya. “Arlina, aku harus pergi sebentar.”

Arlina membuka matanya dengan bingung. “Ada apa, Kael?”

“Lady Seraphine muncul di perbatasan. Aku harus menangani ini,” jawab Kael singkat.

Arlina langsung duduk. “Apakah aku bisa membantu?”

Kael menggeleng pelan. “Tidak. Aku ingin kau tetap di sini, di tempat yang aman. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu.”

Arlina ingin memprotes, tetapi tatapan Kael yang tegas membuatnya mengalah. “Baiklah, tapi hati-hati.”

Kael tersenyum kecil, lalu menunduk untuk mencium keningnya. “Aku akan kembali segera. Tunggu aku.”

Dengan langkah cepat, Kael meninggalkan kamar, siap menghadapi ancaman baru yang mungkin muncul. Arlina menatap pintu yang tertutup dengan perasaan campur aduk. Ia tahu betapa berbahayanya situasi ini, tetapi ia juga tahu bahwa Kael tidak akan menyerah tanpa perlawanan.

Malam yang baru saja mereka lalui memberi Arlina harapan, tetapi pagi ini menjadi pengingat bahwa perjuangan mereka masih jauh dari selesai.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!