Adrian adalah seorang pemuda yang tanpa sengaja mendapatkan kekuatan mata yang super hebat. Selain dapat menembus setiap benda, mata itu juga memberikan Adrian kemampuan medis legendaris dan juga bela diri kuno.
Seketika nasib Adrian berubah dan banyak di sukai oleh para wanita cantik.
Sekilas cahaya keemasan terlintas di mata Adrian.
"Apa ini, mataku mampu menembus pakaiannya," ucap adrian.
Bagaimana kelanjutannya bisa langsung di baca di novel ini ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18 VANESA MABUK
Vanesa terlihat kesal dengan alasan tidak masuk akal dari Adrian. dirinya bukanlah anak SD yang bisa di bohongi, bahkan anak kecil saja tahu itu bekas apa, pikir Vanesa.
"Benar di gigit semut," ulang Vanesa.
Vanesa ingin sekali menghajar Ardian, namun Vanesa juga sadar dia tidak memiliki status apapun dengan Ardian. Jika dia melakukan itu mungkin saja Ardian akan membencinya dan menjauhinya.
Untuk sekarang ini Vanesa sudah sangat jatuh hati kepada Ardian. Pertemuan Vanesa dan Adrian beberapa hari ini telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi Vanesa.
"Ya di gigit semut, kamu mempercayai ku bukan?" balas Ardian.
Ardian langsung memeluk tubuh Vanesa dari belakang, namun Vanesa langsung mendorongnya.
"Kamu memelukku sembarangan Ardian," ujar Vanesa berpura-pura marah.
"Jika kelak tidak akan ada pria yang mau kepadaku karena pernah di peluk olehmu, bukankah aku akan menjadi gadis tua," sambung Vanesa.
"Aku tidak ada maksud lain, aku hanya akan memberikanmu sesuatu," balas Adrian.
"Sesuatu...?" Ulang Vanesa.
Ardian mengeluarkan sebuah pil berwarna emas dan memberikannya kepada Vanesa.
"Ini apa?" tanya Vanesa sambil memandangi pil di tangannya.
"Ini aku sebut pil ajaib, pil ini memiliki banyak manfaat, selain buat kesehatan juga bisa menambah kecantikan," jelas Ardian.
"Masa bisa seperti itu?" ujar Vanesa.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa menelan nya," ujar Adrian.
Vanesa tampak ragu sekali, Vanesa baru melihat pil seperti ini dan seolah tidak percaya dengan manfaat yang di katakan oleh Ardian. Vanesa justru berpikir jika dia menelan pil ini malah mungkin akan menjadi masalah di tubuhnya.
"Tenang saja, jika terjadi sesuatu kepadamu aku akan bertanggung jawab," ujar Adrian.
"Apa kamu yakin aku akan baik-baik saja?" tanya Vanesa.
"Aku yakin sekali," jawab Ardian.
Vanesa mulai menelan pil itu setelah Ardian meyakinkannya. Vanesa mulai merasakan tubuhnya menjadi hangat. Vanesa merasakan kulit tubuhnya mulai mengencang dan semakin bertambah cerah.
Vanesa mulai melihat wajahnya di kaca dan mendapati wajahnya semakin bertambah cantik dengan kulit putih merona.
"Ardian ini pil hebat sekali," ujar Vanesa.
"Bahkan operasi plastik pun tidak akan sebagus ini hasilnya, darimana kamu mendapatkan pil ini, aku mau membeli beberapa lagi," sambung Vanesa bersemangat.
Wanita memang selalu memperhatikan penampilannya. Walaupun wajahnya sudah begitu cantik, namun tetap saja merasa kurang.
"Pil ini aku yang membuatnya sendiri, dan kamu tidak bisa mendapatkannya lagi karena sudah habis," jawab Ardian.
Ardian hanya membuat lima butir pil saja dan kini hanya sisa dua, jika dia memberikannya kepada Vanesa begitu saja tentu akan sangat rugi baginya. Di tambah lagi bahan-bahan yang di butuhkan untuk membuat pil itu juga cukup susah dan mahal.
"Benarkah kamu benar-benar hebat sekali, aku tidak menyangka kamu juga memiliki keahlian membuat pil ini," ujar Vanesa.
"Lalu kapan kamu akan membuatnya lagi?" sambung Vanesa bertanya.
"Entahlah, aku masih sibuk," balas Adrian.
Dirinya baru saja membeli sebuah mobil dan hampir menghabiskan seluruh uang yang dia miliki. Dari pada membuat pil lebih baik dia memikirkan cara untuk menghasilkan banyak uang.
"Jika kamu membuat pil ini dalam jumlah banyak, pasti akan menghasilkan banyak uang," ujar Vanesa.
"Maksudmu?" seketika Ardian langsung penasaran begitu mendengar uang.
"Pil buatanmu ini hasilnya begitu sangat luar biasa mengalahkan semua kosmetik yang pernah ku pakai, bahkan operasi plastik saja juga tidak bisa sebagus ini," ujar Vanesa.
"Aku sudah tahu itu, jadi menurut penilaian mu, pil buatanku ini jika pasarkan akan memiliki harga berapa?" tanya Ardian.
"Menurut ku sih, pil mu paling tidak satu butirnya bernilai 200 juta," jawab Vanesa.
"200 juta," seketika Ardian terlihat begitu bersemangat.
Jika dia membuat 1000 butir pil bukankah dia akan kaya raya. Hanya saja Adrian merasa bahan baku pembuatannya cukup sulit di dapatkan.
Adrian berpikir sejenak dan seolah mata hebatnya memberikan sebuah jalan yang lapang untuk Adrian. Bahan yang susah di dapat adalah komposisi utama untuk pembuatan pil sebagai kesehatan dan sedangkan yang di maksud Vanesa adalah sebuah pil kecantikan.
Kemudian muncul macam-macam bahan pil kecantikan di benak Adrian. Setiap bahan yang di butuhkan juga sangat mudah di dapatkan. Pil itu bisa di buat oleh siapapun, namun hanya Adrian lah yang bisa meraciknya menjadi pil yang luar biasa dengan bantuan kekuatan matanya.
"Ardian jadi bagaimana?" tanya Vanesa.
"Baiklah aku akan membuatnya," jawab Adrian.
"Aku akan membantumu memasarkannya, tapi untuk sekarang aku akan meminta kakek untuk mengurus ijin dan lain-lainnya, paling cepat 1 bulan pil buatanmu sudah bisa di pasarkan," ujar Vanesa.
"Baiklah," balas Adrian.
Dengan waktu 1 bulan Adrian bisa mengumpulkan dulu bahan bakunya dan mengerjakannya dengan tidak buru-buru.
Selangkah demi selangkah Adrian mulai menemukan jalan untuk sukses.
"Karena aku sudah memberikan ide bagus untukmu, jadi hari ini kamu harus mentraktirku makan besar," ujar Vanesa.
"Ya tentu saja," balas Adrian.
Karena hari masih siang dan mereka berdua belum lapar jadi memutuskan untuk jalan-jalan sambil berbelanja terlebih dahulu.
Vanesa tampak begitu senang dan bahagia menghabiskan waktu bersama dengan Ardian. Selain asik, Ardian orangnya juga begitu perhatian. Dia saat Vanesa capek berjalan kaki Adrian menawarkan diri untuk menggendongnya. Begitu juga ketika Vanesa terlihat lelah Adrian langsung pergi membelikan minum untuknya.
Mereka berdua terlihat sangat serasi dan seolah sedang berkencan.
Vanesa sudah benar-benar jatuh hati kepada Adrian. Namun Adrian tidak akan menyangka bahwa selain dirinya yang semakin sukses, tapi kisah cintanya akan sangat rumit kedepannya.
Malam hari mereka berdua makan di sebuah kedai di pinggir jalan. Di atas meja penuh dengan makanan dan beberapa botol bir minuman.
"Adrian, hari ini aku begitu senang sekali," ujar Vanesa sambil mulai meminum bir.
"Apakah kita berdua ini bisa di katakan sedang berkencan?" tanya Adrian.
"Hem... itu si tergantung kepadamu," balas Vanesa sambil meminum bir lagi.
"Vanesa apa kamu kuat minum?" tanya Adrian.
"Tidak, ini pertama kalinya aku minum," jawab Vanesa.
Vanesa begitu senang dan bahagia sehingga dirinya mencoba untuk minum pertama kalinya. Hal itu Vanesa lakukan untuk mengimbangi Adrian yang minum.
"Kalau begitu sedikit saja, jangan terlalu banyak, tidak perlu memaksakan diri, nanti kamu bisa mabuk," ujar Adrian.
Tapi Vanesa seolah tidak mendengarkan Adrian dan terus minum. Bahkan Vanesa mampu menghabiskan segelas bir hanya dengan beberapa kali teguk saja. Benar saja wajah Vanesa terlihat memerah dan mabuk.
"Sudah cukup!" Adrian segera merebut bir di tangan Vanesa.
Namun Vanesa terlihat sudah teler dan sempoyongan. Adrian hanya menghela nafasnya melihat Vanesa ini dan segera memapah Vanesa lalu membawanya pergi dari sana.
"Baru pertama minum, tapi langsung begitu banyak, apakah tidak sayang kepada tubuhnya sendiri," ucap Adrian.
Adrian menaikan Vanesa ke dalam mobilnya. Adrian hendak mengantarkan Vanesa kembali ke rumahnya, tapi Adrian juga tidak tahu di mana rumah Vanesa. Di tambah lagi Vanesa sedang mabuk dan tidak bisa di ajak bicara.
Adrian tidak ada pilihan lain sehingga memutuskan untuk membawa Vanesa ke rumahnya. Sampai di rumah Adrian langsung memapah tubuh Vanesa dan membawanya ke kamarnya.
"Uwek," tiba-tiba saja Vanesa muntah.
Muntahan Vanesa begitu banyak yang mengotori pakaiannya sendiri dan juga Adrian.
"Haih..." Hela nafas Adrian.
Adrian meletakkan tubuh Vanesa yang sedang mabuk ke atas ranjang tempat tidurnya.
"Cantik sekali," ujar Adrian.
Pipi Vanesa yang memerah akibat mabuk membuatnya semakin manis dan terlihat imut.
Adrian mendekati tubuh Vanesa, ingin sekali rasanya dia menciumnya. Namun Adrian segera mengurungkan niatnya karena itu adalah perbuatan seorang pria cabul.
Adrian melihat baju Vanesa yang basah karena bekas muntahannya, sehingga membuatnya tidak tega.
"Bila dia memakai baju basah seperti ini, bukankah bisa sakit," ucap Adrian.