Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 26 - Janji
“Bukan apa-apa Chen’er…”
Yin Song terlalu larut dalam perasaannya sampai lupa keberadaan Xiao Chen yang sedang mengantarkan minum untuk mereka.
“Ah, Baik…” Xiao Chen memasang ekspresi yang menarik perhatian Yin Song dan Fang An.
“Chen’er, Apa kau mengetahui sesuatu tentang Tubuh Dewa Perang?” Fang An mengetahui Xiao Chen sangat senang membaca jadi mungkin mengetahui sesuatu.
“Aku…” Xiao Chen terlihat ragu.
“Chen’er katakan yang ingin kau katakan, tidak perlu takut.” Yin Song merasa perkataan sebelumnya membuat Xiao Chen merasa tidak boleh ikut campur.
Xiao Chen mengangguk pelan sebelum menjelaskan dia pernah membaca catatan tentang Tubuh Dewa Perang di salah satu buku yang ada di perpustakaan Vila Pedang Bambu namun dia yakin Fang An dan Yin Song pasti sudah membaca catatan tersebut.
“Catatan di Vila Pedang Bambu?” Fang An kaget mendengarnya.
“Saudara Fang, Kau tidak mengetahuinya?” Yin Song bisa melihat reaksi Fang An.
Fang An mengelengkan kepalanya, dia memang bukan pemilik pertama Vila Pedang Bambu dan dirinya sibuk menjalankan misi sehingga belum membaca semua koleksi buku di Vila Pedang Bambu. Fang An kemudian meminta Xiao Chen mengambilkan buku yang dimaksud olehnya.
Xiao Chen pergi ke rak buku dan mulai mencari, tidak lama dia menarik salah satu buku berwarna biru yang sedikit usang dari deretan buku tersebut. Tertulis pada sampul buku adalah Catatan Tubuh Dewa Perang.
Yin Song dan Fang An bersama-sama memeriksa isi buku tersebut, saat membuka halaman pertama, keduanya mengerutkan dahi.
Xiao Chen menyadari reaksi keduanya lalu menelan ludahnya. Baik Fang An maupun Yin Song adalah orang yang cerdas, mereka pasti menemukan keanehan dari buku tersebut dalam sekali lihat. Biarpun buku yang ditangan mereka sudah tua, berusia sekitar 20 sampai 30 tahun tetapi tinta yang menjadi judulnya serta mengisi halaman-halaman terlihat begitu baru.
Semua itu wajar karena buku tersebut baru dibuat oleh Xiao Chen dan dia sisipkan dalam ruang belajar pagi ini. Untungnya Fang An dan Yin Song memutuskan untuk terus membaca isi buku tersebut terlebih dahulu.
“Ini…” Mata Fang An melebar setiap kali halaman baru dibacanya.
Yin Song juga sama terkejutnya, bukan hanya buku ini berisi catatan lengkap tentang kondisi Tubuh Dewa Perang tetapi juga memiliki solusi sementara serta solusi seutuhnya.
“Memperkuat organ menggunakan tenaga dalam dari orang lain, serta mengolah tanaman obat menggunakan bantuan luar. Solusi ini masuk akal tetapi tidak mudah dilakukan…” Fang An bisa dengan cepat mengambil kesimpulan dari catatan tersebut.
Buku tersebut juga berisi cara latihan yang membuat Xuehua lebih bisa mengendalikan kekuatannya serta mengurangi beban pada organ tubuhnya. Jika diikuti dengan ketat maka Yin Xuehua mampu hidup sampai usia 30 tahun.
“Dalam sepuluh tahun begitu banyak yang bisa terjadi, waktu yang bertambah juga berarti menambah harapan…” Tubuh Yin Song bergetar hebat karena menemukan cara untuk menambah usia Xuehua meskipun tidak banyak tetapi ini sebuah kemajuan.
“Chen’er, Terima kasih! Ini semua berkatmu!” Yin Song tidak bisa menahan diri dan memeluk erat Xiao Chen.
Xiao Chen merasa canggung, sementara Fang An hanya tersenyum bangga pada Xiao Chen yang telah menemukan cara ini. Keduanya tidak lagi peduli asal buku tersebut ataupun tintanya yang masih baru karena semua yang tertulis dalam buku ini adalah nyata.
Beberapa hari berikutnya Yin Song masih tinggal di Vila Pedang Bambu untuk menyalin buku tersebut sekaligus berdiskusi dengan Fang An tentang latihan yang harus dijalani oleh Xuehua.
“Saudara Fang, Jika berkenan aku ingin dirimu yang mendidik Xuehua. Hatiku akan lebih tenang andai Xuehua berada dibawah bimbinganmu.” Yin Song merasa hubungannya dengan Fang An menjadi jauh lebih erat serta mempercayai Fang An.
Fang An tidak bisa langsung menjawab, menurutnya ini sebuah tanggung jawab besar dan bukan keputusan mudah baginya. Jika bisa Fang An ingin menolak permintaan ini namun akhirnya dia meminta agar Yin Song mendiskusikan semua ini pada Jiang Kun terlebih dahulu.
Yin Song hanya bisa menghargai keputusan yang Fang An ambil dan setuju untuk mendiskusikan tentang Yin Xuehua pada Jiang Kun.
Sehari setelah Yin Song meminta Fang An menjadi pembimbing Xuehua, sebuah surat datang dari Ibukota berisi sebuah perintah dari Kaisar Han yang mengharuskan Yin Song segera kembali ke Ibukota karena sesuatu yang besar telah terjadi.
Perebutan Tahta oleh para pangeran sepertinya menjadi semakin rumit serta panas, tidak ada pilihan akhirnya Yin Song memutuskan untuk segera kembali. Yin Song meminta Fang An mengawal dirinya kembali ke Ibukota, bagi Yin Song hanya Fang An yang sungguh bisa diandalkan.
“Masa depan kembali berubah…” Xiao Chen menghela nafas ketika melihat Fang An menyetujui permintaan Yin Song, dengan demikian Fang An akan meninggalkan Lembah Seratus Pedang selama beberapa bulan lainnya.
Xiao Chen tidak mengetahui ini perubahan yang akan berdampak baik atau buruk namun dia berpikir dirinya harus berlatih lebih giat lagi karena belum tentu masa depan kali ini akan sesuai dengan kehidupan sebelumnya.
“Chen gege! Kau ikut denganku ke Ibukota, disana ada banyak makanan enak dan lainnya. Kau pasti senang disana.”
Yin Xuehua langsung cemberut ketika mengetahui mereka akan pulang ke Ibukota karena dirinya tidak ingin berpisah dengan Xiao Chen. Xuehua kemudian berpikir untuk mengajak Xiao Chen ke Ibukota.
Yin Song awalnya mendukung Xuehua karena dia tidak pernah melihat putrinya begitu bahagia seperti saat bersama Xiao Chen tetapi Fang An meminta agar Xiao Chen tetap tinggal di Lembah Seratus Pedang.
Alasan Fang An sederhana karena situasi di Ibukota sedang tidak aman akibat perebutan tahta yang terjadi.
Butuh waktu yang lama untuk menghentikan Xuehua yang menangis karena tidak ingin berpisah dengan Xiao Chen, saat Xiao Chen berjanji akan pergi ke Ibukota setelah menyelesaikan latihannya barulah Xuehua menjadi lebih tenang.
“Chen gege berjanji?” Xuehua mengulurkan jari kelingkingnya.
“Iya, aku janji.”
Xuehua kemudian memberikan sebuah gelang giok pada Xiao Chen, “Ini gelang kesukaanku, Chen gege harus mengembalikannya padaku nanti.”
Xiao Chen sedikit kaget tetapi akhirnya mengangguk juga, dia tidak memiliki benda berharga jadi Xiao Chen memberikan satu buku yang berisi puisi buatannya.
Melihat sikap keduanya, Fang An hanya bisa mengelengkan kepala sementara Yin Song tertawa kecil. Kedua anak ini masih berusia 5 sampai 6 tahun tetapi sudah bisa melakukan hal yang begitu manis, membuat Mu Rong sampai kebingungan sendiri melihat tingkah putrinya.
Fang An menukarkan kontribusi yang dimilikinya menjadi sumber daya dan memberikannya pada Xiao Chen sebelum akhirnya berangkat menuju Ibukota. Fang An juga penasaran akan sejauh apa kekuatan muridnya berkembang setelah dia kembali nanti.