Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Aturan pernikahan
Kamar Hotel
22.30
"Batas main kamu dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Di bawah jam itu, kamu harus sudah ada di rumah," ucap Davin tegas, sorot matanya menatap tajam ke arah Valerie.
"Saya gak akan pernah kasih izin kamu pergi ke bar. Jadi, jangan sampai saya lihat kamu diam-diam pergi ke bar di tengah malam tanpa sepengetahuan saya," lanjutnya.
"Buang semua pakaian kamu yang kurang bahan itu. Saya gak mau kamu pakai pakaian seperti itu di depan umum,"
"Gue bukan pembantu lo. Jadi, buat apa gue ngikutin semua peraturan gila lo itu," ucap Valerie santai, seolah tak peduli dengan aturan-aturan yang Davin buat.
"Terserah. Tapi kamu istri saya, saya berhak ngatur kehidupan kamu selagi kamu masih jadi istri saya, " ucap Davin santai.
"Tapi aturan lo itu kebanyakan, gue gak mau ngikutin semuanya," ucap Valerie dengan nada menantang, sorot matanya menatap tajam ke arah suaminya.
"Saya gak maksa kamu. Tapi jangan sengaja cari masalah sama saya," Davin menatap istrinya itu serius.
"Tapi gue pengen cari masalah sama Lo. "
"Kalau gue mau cari masalah sama Lo, kenapa? Lo mau marah sama gue? "
"Kalau lo mau marah, marah aja. Gak ada yang ngelarang. Mau mukul gue sekalian gak?" Valerie menodongkan pipinya.
"Ayo, pukul gue. Berani gak?" tantangnya.
Davin mendekat dengan langkah santai. Valerie spontan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok, merasa sedikit terintimidasi.
"L-lo mau ngapain hah?!" tanya Valerie gelagapan, takut dengan kelakuan Davin.
Davin menyandarkan satu tangan di dinding, tubuhnya tetap menjaga jarak. "Saya gak ngerti lagi, harus ngasih tau perempuan keras kepala kayak kamu itu pakai cara apa," ucapnya dengan suara pelan namun penuh makna.
"Gak usah ngasih tau gue. Gue gak suka diatur-atur sama orang asing kayak lo," jawab Valerie.
"Orang asing? Saya suami kamu," balas Davin, mencoba mengingatkan status mereka.
"Tapi gue gak nganggap status itu ada di hubungan kita," kata Valerie dingin.
"Acara tadi pagi itu mainan buat kamu?" tanya Davin, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran istrinya.
"Kalau iya kenapa? Gak terima Lo?! " jawab Valerie menantang.
"Lagian gue tau alasan lo nikahin gue itu apa. Lo nikahin gue pasti karena kasihan, iya kan?!" tuduhnya.
"Ada ya cowok kayak lo. Nikahin cewek modal kasihan," lanjutnya.
"Kalau saya cuma kasihan sama kamu, saya gak akan buang buang waktu saya buat berdiri di sini sama kamu sekarang," ucap Davin.
"Lo terima perjodohan ini pasti ada niatan buat nyakitin gue, kan? Iya, kan?" Valerie membalas dengan emosi yang memuncak.
"Ceraiin gue detik ini juga!" tuntutnya dengan suara lantang.
"Kamu mau kasih saya apa?" tanya Davin tenang.
"Apapun! Asal lo mau ceraiin gue!" teriak Valerie putus asa.
Davin menyunggingkan senyum tipis. "Tidur sama saya," ucapnya singkat.
"Kalau cuma sekadar tidur bareng, gue mau."
"Ngapain saya ngasih syarat segampang itu?" ucap Davin santai.
"Maksud lo apa, hah?!"
"Gak mungkin kamu gak paham sama apa yang saya maksud."
"Emang gue gak paham!" Valerie menatap laki laki itu penuh perlawanan.
"Lakuin kewajiban kamu sebagai istri saya," ujar Davin tanpa basa-basi.
"Gue. Gak. Mau." Valerie menekankan setiap ucapannya dengan jelas.
"Daripada tidur sama cowok kayak lo, mending gue tidur sama Jena," ucap Valerie, sebelum berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kamar hotel yang sudah dipesan khusus setelah acara pernikahan.