"STALKER CINTA"
adalah sebuah drama psikologis yang menceritakan perjalanan Naura Amelia, seorang desainer grafis berbakat yang terjebak dalam gangguan emosional akibat seorang penggemar yang mengganggu, Ryan Rizky, seorang musisi dan penulis dengan integritas tinggi. Ketika Naura mulai merasakan ketidaknyamanan, Ryan datang untuk membantunya, menunjukkan dukungan yang bijaksana. Cerita ini mengeksplorasi tema tentang kekuatan menghadapi gangguan, pentingnya batasan yang sehat, dan pemulihan personal. "STALKER CINTA" adalah tentang mencari kebebasan, menemukan kekuatan dalam diri, dan membangun kembali kehidupan yang utuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queensha Narendra Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Terjauh
Ryan Rizky menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang kerjanya, masih mengenakan kemeja putih yang ia pakai saat acara peluncuran buku. Matanya menerawang ke langit-langit, mengingat berbagai wajah yang ia temui hari ini. Namun entah mengapa, satu wajah tertentu terus muncul dalam benaknya – gadis dengan dress biru yang mengajukan pertanyaan terakhir.
"Pertanyaan yang bagus ya?" Mas Andi, manajernya, muncul dengan dua cangkir kopi.
"Yang mana?" Ryan menegakkan duduknya, menerima kopi yang disodorkan.
"Yang terakhir itu lho. Tentang ekspektasi publik. Jarang ada yang nanya sampai sedalam itu."
Ryan mengangguk, menyesap kopinya perlahan. "Ada yang beda dari cara dia bertanya. Bukan sekedar fan yang pengen dapet perhatian."
"Oh?" Alis Mas Andi terangkat. "Tumben kamu notice?"
"Bukan gitu..." Ryan menggeleng, tersenyum tipis. "Dari cara dia ngomong, keliatan kalau dia juga creator. Ada... resonansi gitu."
Mas Andi tertawa kecil. "Namanya siapa tuh? Naura ya? Dia desainer grafis kalau nggak salah."
Ryan menoleh cepat. "Kok tau?"
"Pas antri tanda tangan, dia sempet ngobrol sama tim dokumentasi kita. Katanya beberapa karyanya pernah menang kompetisi desain nasional."
Ryan meraih laptopnya, membuka Instagram. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan akun Naura – tagged photos dari acara hari ini membawanya ke profil @naura.designs.
"Impressive..." gumamnya, melihat-lihat portfolio desain yang dipajang. Ada sentuhan unik dalam setiap karyanya, perpaduan minimalis dengan detail-detail yang mendalam.
Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang ganjil. Di beberapa foto acara yang di-posting fans, ada sosok yang sama yang muncul di latar belakang, selalu dalam posisi mengamati ke arah yang sama.
"Mas Andi," panggilnya. "Coba lihat ini deh."
Manajernya mendekat, mengamati foto-foto yang ditunjukkan Ryan.
"Kayaknya ada yang... stalking salah satu fans?" Ryan mengernyitkan dahi. "Di semua foto ini, orang yang sama selalu muncul, dan arah pandangnya..."
"Ke arah cewek berbaju biru itu?" Mas Andi melengkapi.
Ryan mengangguk, perasaan tidak enak mulai mengganggunya. Ia teringat bagaimana Naura terlihat begitu tulus dan murni sebagai penggemar. Pikiran bahwa ada yang mungkin mengancam keamanannya membuat Ryan gelisah.
"Mau aku cek CCTV mall-nya?" tawar Mas Andi.
"Tolong, Mas. Mungkin bukan apa-apa, tapi lebih baik kita pastikan."
Setelah Mas Andi keluar, Ryan kembali mengamati profil Naura. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya – di beberapa desain terbarunya, ia menggunakan quotes dari buku-buku Ryan sebagai inspirasi. Caranya menginterpretasikan kata-kata menjadi visual sungguh kreatif.
Ponselnya bergetar – notifikasi dari Instagram. Seseorang dengan username @creative.shadow baru saja mengomentari salah satu foto dari acara:
'Indah ya moment-nya? Tapi dia lebih pantas dengan yang lain.'
Ryan mengerutkan kening. Komentar itu muncul di foto dimana ia sedang menandatangani buku Naura. Ada sesuatu yang mengancam dalam pilihan katanya.
Belum sempat ia mengecek lebih jauh, Mas Andi kembali dengan wajah serius.
"Ryan, kamu harus lihat ini."
Di laptop yang dibawa Mas Andi, rekaman CCTV menunjukkan sosok mencurigakan yang tidak hanya mengikuti Naura di dalam mall, tapi juga sampai ke parkiran. Bahkan ada footage yang menangkap orang yang sama mengambil foto dari kejauhan.
"Ini udah nggak bener," gumam Ryan. "Kita harus..."
Kata-katanya terpotong oleh notifikasi email baru:
Dari: shadows.and.melodies@gmail.com
Subjek: Peringatan
"Jangan terlalu dekat dengannya, Ryan Rizky. Dia milikku."
Ryan dan Mas Andi bertukar pandang. Ini bukan lagi sekedar feeling tidak enak – ini ancaman nyata.
"Mas," Ryan bangkit dari kursinya. "Besok pagi kita ke kantor polisi."
Di tempat lain, sosok dalam kegelapan tersenyum puas melihat reaksi Ryan membaca emailnya. Panel-panel di hadapannya menampilkan berbagai sudut pandang – apartemen Naura, ruang kerja Ryan, dan beberapa lokasi lain.
"Saatnya permainan dimulai..."
Sosok itu membuka laci mejanya, mengeluarkan sebuah album foto. Halaman demi halaman dipenuhi foto Naura – di kantornya, di kafe favoritnya, bahkan di lobby apartemennya. Tiga bulan pengamatan yang teliti terangkum dalam setiap gambar.
"Kamu pikir Ryan Rizky bisa melindungimu?" ia berbisik pada foto terbaru Naura. "Dia bahkan tidak tahu separuh hal yang aku tahu tentangmu."
Tangannya dengan cekatan mengetik di keyboard:
@creative.shadow: 'Besok pakai baju merah ya? Itu favoritku.'
Setelah mengirim pesan itu ke Naura, ia beralih ke email untuk Ryan:
"Apa yang akan kamu lakukan, Ryan? Lapor polisi? Mereka tidak akan menemukan apa-apa. Aku selalu selangkah di depan. Selalu."
Di apartemennya, Ryan masih terjaga. Laptop di hadapannya menampilkan berbagai artikel tentang kasus stalking dan cara penanganannya. Mas Andi sudah pulang sejam lalu setelah mereka menyusun rencana untuk besok.
Ponselnya berdering – nomor tidak dikenal.
"Halo?"
Hening. Hanya terdengar suara nafas.
"Siapa ini?"
"Tidur yang nyenyak, Ryan Rizky. Besok akan jadi hari yang... menarik."
Telepon terputus. Ryan segera mencoba melacak nomor tersebut, tapi hasilnya nihil – nomor tak terdaftar.
Sementara itu, di apartemennya, Naura terbangun oleh suara notifikasi. Tangannya gemetar membaca pesan dari @creative.shadow. Bagaimana orang ini bisa tahu besok ia berencana memakai baju merah untuk meeting?
Ia mengambil baju lain dari lemari – yang berwarna hitam. "Kita lihat seberapa banyak yang kamu tau," gumamnya, mencoba memberanikan diri.
Di sudut gelap ruangannya, sosok misterius itu tertawa pelan melihat Naura mengganti pilihan bajunya.
"Masih mau bermain-main rupanya..." ia membuka sebuah file di komputernya – denah lengkap kantor tempat Naura bekerja. "Baiklah, sayang. Mari kita buat permainan ini lebih... intimate."
Malam semakin larut di Jakarta. Tiga orang terjaga dalam pikiran masing-masing – Naura dengan ketakutannya, Ryan dengan kekhawatirannya, dan sang penguntit dengan obsesinya. Besok, takdir mereka akan mulai terjalin dalam cara yang tak terduga.
Di atas meja sang stalker, sebuah foto terakhir terpajang – Naura dan Ryan dalam satu frame, dengan tanda silang merah di wajah Ryan.
Jemari pucat itu bergetar mengusap permukaan foto. Sudah seminggu sejak Naura menolak pesan-pesannya. Tujuh hari penuh dimana setiap notifikasi ponsel yang berbunyi membuat jantungnya berdegup kencang, berharap nama gadis itu akan muncul di layar. Namun hanya kesunyian yang menyapa.
"Kau yang membuatnya menjauh," bisiknya parau, mata nyalang menatap sosok Ryan dalam foto. "Kau yang merebutnya dariku."
Ruangan itu dipenuhi puluhan foto Naura – di kampus, di café tempat dia bekerja paruh waktu, bahkan di depan apartemennya. Semuanya diambil dari jauh, tanpa sepengetahuan objeknya. Dan di setiap foto dimana Naura tidak sendirian, selalu ada tanda silang merah yang sama.
Ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi Instagram: Naura baru saja memposting story baru. Tangannya dengan cepat membuka aplikasi itu.
Napasnya tercekat.
Di sana, Naura tersenyum bahagia. Tangannya bertautan dengan Ryan, dan caption di bawahnya membuat darahnya mendidih:
"Finally saying yes to forever ♥️💍"
Foto di tangannya jatuh ke lantai. Pecahan kaca bingkai berserakan, memantulkan cahaya temaram lampu meja. Matanya terpaku pada notes kecil di sudut meja – alamat rumah Ryan yang dia dapatkan setelah berminggu-minggu mengikutinya.
"Kalau aku tidak bisa memilikimu," desisnya sambil meraih pisau lipat dari laci, "tidak akan kubiarkan siapapun memilikimu."
Dalam kegelapan malam, sebuah mobil hitam meluncur pelan meninggalkan kompleks apartemen. Di kursi penumpang, selembar foto sobek tergeletak – kali ini dengan dua tanda silang merah.
🤗