Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Salah Fokus
Ben menghela napas dalam-dalam melihat sikap El yang sangat keras kepala. Sepertinya untuk saat ini, El tidak akan bisa menerima pembenaran dari dirinya.
"Aku hanya berharap agar kamu gak menyesal nantinya, El." Begitulah kalimat yang bisa Ben katakan pada El sebelum El pergi meninggalkan ruangan kerjanya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, El kepikiran dengan perkataan Ben. Walau pun berusaha menampik pembenaran Ben. Namun, El tetap jadi kepikiran juga.
"Andika gak mungkin membohongiku. Gaya pacarannya dan Arneta saat itu juga sangat mendukung jika mereka sudah melakukan hal di luar batas." Kata El. Dia masih saja berusaha untuk yakin dengan pemikirannya sendiri.
Setibanya di rumah, El disambut dengan senyuman di wajah Arneta yang sedang mengepel lantai rumah. Wanita itu terlihat tidak bersedih lagi. Justru terlihat begitu semangat melaksanakan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga.
El sama sekali tidak mengeluarkan suara. Dia terus saja melangkah ke arah kamarnya berada dengan wajah dinginnya. Arneta pun demikian. Dia sama sekali tidak bersuara pada El untuk sekedar berbasa-basi.
"Kenapa dengan wajahnya? Kenapa dingin sekali?" Gumam Arneta dalam hati setelah El berlalu dari hadapannya. Lagi, Arneta berusaha untuk tidak memperdulikannya. Dia kembali melanjutkan kegiatannya mengepel lantai rumah.
**
Di kediaman Tuan Keenan, terlihat tengah terjadi perdebatan sengit malam itu. Oma Sukma dan Tante Lia nampak berada di sana untuk mengajak Tuan Keenan berdebat tentang Arneta.
"Mama gak habis pikir sama kamu, Keenan. Bisa-bisanya kamu meminta Arneta yang menjadi pengantin pengganti untuk El saat itu!" Oma Sukma akhirnya mengeluarkan uneg-unegnya pada Tuan Keenan setelah cukup lama menahannya.
"Memangnya kenapa, Mah? Apa yang salah. Arneta wanita yang baik. Tidak seperti yang Mama katakan tadi!" Tuan Keenan masih bersikeras dengan pendapatnya sendiri jika Arneta benar adalah wanita baik-baik.
Oma Sukma tersenyum sinis mendengarnya. "Wanita baik mana yang menjual tubuhnya di klub malam, Keenan? Apa kamu sudah tidak bisa menggunakan akal sehat kamu dengan baik untuk bisa berpikir lebih realistis!!"
Tuan Keenan terdiam sesaat. Bukannya tidak bisa melawan perkataan ibunya. Namun, Tuan Keenan berusaha meredup emosinya agar tidak meledak.
"Kenapa kamu diam? Apa yang Mama katakan itu benar, kan?!"
"Dia bukan wanita malam, Mah. Aku bisa memastikan itu?" Tegas Tuan Keenan.
Tatapan mata Oma Sukma semakin sinis saja menatap Tuan Keenan. "Memastikan bagaimana? Sudah jelas dia menjual tubuhnya. Kamu masih saja membelanya!"
"Cukup, Mah!!" Suara Tuan Keenan terdengar mulai tinggi. Dia tidak suka Oma Sukma terus menuduh Arneta yang bukan-bukan padahal Oma Sukma tidak mengetahui kebenarannya seperti apa.
"Selagi Mama tidak pernah melihat dengan mata kepala Mama sendiri Arneta menjual dirinya pada seorang pria, aku harap Mama bisa menarik perkataan Mama itu!"
Oma Sukma kali ini yang terdiam. Dia memang tidak pernah melihatnya. Dia hanya mendengar cerita dari El dan Cahya. Namun, Oma Sukma sangat yakin dengan hal yang satu itu.
"Jika kedatangan Mama ke sini hanya untuk mengajakku berdebat, lebih baik Mama pulang saja!" Tuan Keenan sudah berlalu dari hadapan Oma Sukma setelah mengatakan hal tersebut.
"Kamu ngusir Mama, Keenan?" Pekik Oma Sukma. Tuan Keenan bergeming. Terus melanjutkan langkah menuju kamarnya berada.
Nyonya Rossa jadi bingung harus berbuat apa. Dia memilih diam dari pada memperkeruh suasana. "Rossa, Mama harap kamu bisa nyadari suami kamu kalau wanita pilihannya bukanlah yang terbaik untuk El!"
Nyonya Rossa tak memberikan tanggapan. Sama seperti Tuan Keenan, Nyonya Rossa merasa jika Arneta bukanlah wanita murahan. Arneta adalah wanita baik yang mau mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan ibunya.
Perdebatan yang terjadi di kediaman Tuan Keenan malam itu akhirnya sampai ke telinga El. Entah kenapa, kali ini El tidak menyukai sikap Oma Sukma yang datang ke rumah orang tuanya hanya untuk menghina Arneta.
"Kenapa aku jadi merasa seperti ini. Apa perkataan Ben membuat pemikiranku jadi berbalik?" El menghembuskan napas kasar di udara. Ia sama sekali tidak bisa mengartikan perasaannya saat ini. Yang El tahu, dia tidak suka bila Arneta dihina seperti itu oleh Oma Sukma. Walau pun sebelumnya dia juga bersikap sama seperti Oma Sukma.
**
Semenjak kepergian ibunya, Arneta lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah di saat libur bekerja. Dia memanfaatkan waktu kosongnya untuk mendoakan ibunya dan tak lupa untuk dirinya sendiri. Tak hanya itu saja, Arneta juga membaca buku novel agar hari-harinya tidak terlalu terasa membosankan dan terus bersedih karena memikirkan kepergian ibunya.
Di tengah kegiatam Arneta yang sedang membaca novel malam itu, dia tiba-tiba saja teringat dengan sosok Lila yang sudah sangat lama tidak pernah terlihat oleh matanya.
"Lila, dimana dia sekarang. Apa hidupnya baik-baik saja?" Batin Arneta bertanya-tanya. Sebenarnya saat itu, Arneta ingin sekali menghubungi Lila untuk memberitahu tentang kepergian Bu Maria. Namun, rasa bersalahnya yang sangat besar pada Lila, membuatnya enggan untuk melakukannya. Bisa saja jika ia memberitahu Lila, wanita itu tidak akan peduli atau justru menertawai hidupnya yang sudah sebatang kara.
Mengingat sosok kakak tirinya itu, membuat batin Arneta jadi bersedih. Kegiatannya yang sedang membaca novel pun jadi ikut terhenti. "Apa ini adalah ganjaran yang diberikan untukku atas perbuatan jahat yang sudah aku lakukan pada Lila selama ini?" Lirih Arneta. Dia masih ingat betul sejahat apa dirinya pada Lila. Arneta rasanya ingin sekali meminta maaf pada Lila atas kesalahannya dan ibunya yang sudah mereka lalukan selama ini pada Lila. Namun, untuk melakukan hal tersebut, Arneta bingung harus memulainya dari mana. Arneta juga sedikit takut jika kedatangannya saat menemui Lila, tidak diharapkan oleh Lila.
Karena terlalu larut dalam pemikirannya, Arneta sampai tidak sadar jika di depan pintu kamarnya, El berulang kali mengetuk pintu kamarnya. Karena tidak mendapatkan sahutan dari dalam, El akhirnya membuka pintu kamarnya hingga membuat Arneta yang sedang melamun jadi terkejut.
"El?" Kedua kelopak mata Arneta terbelalak menatap sosok El yang kini berada di ambang pintu kamarnya. Ini adalah pertama kalinya untuk Arneta melihat El berdiri di depan kamarnya.
"Apa telingamu sudah tidak bisa dipergunakan dengan benar sehingga kau tidak menyahut panggilanku?" Tanya El dingin.
Arneta terkesiap. Dia sama sekali tidak mendengar panggilan dari El. Apakah karena terlalu asik melamun, membuat Arneta tidak bisa mendengarnya?
"Maafkan aku. Aku tidak mendengarnya." Balas Arneta pelan. Dia gegas bangkit dari posisi duduk menjadi tegak kemudian melangkah menghampiri El yang masih berdiri diam di ambang pintu.
"Ada apa kamu mencariku, El? Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya Arneta.
Bukannya menjawab pertanyaan Arneta, El justru fokus menatap wajah Arneta yang nampak sangat cantik jika berdekatan dengannya saat ini.
apa masih ada kelanjutannya kak