Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Tak Mau Hancur Sendiri
“Aku beneran enggak mau hancur sendiri! Kamu beneran harus terima balasanku, Mas!” batin Arini di tengah kedua matanya yang menatap murka isi map pemberian Ardhan.
Map pemberian Ardan nyatanya berisi foto-foto kebersamaan Akbar dan Killa. Tentu foto perselingkuhan keduanya. Yang mana di awal foto-foto di sana, masih ada foto Akbar dengan gaya yang masih tak banyak gaya. Kemeja panjang dan celana panjang, selain kancing kerah yang tetap dikancing. Termasuk juga gaya rambut Akbar yang disisir rapi lepek, melebihi kerapian rambut presiden.
Sementara untuk penampilan Killa istri Ardhan, meski tak semuanya dengan pakaian minim dalam artian dress, atau celana pendek, rok mini ngepas paha. Pakaian yang Killa pakai pasti selalu ketat. Hingga bagian badannya yang memang bagus, kencang, akan terlihat menonjol. Pria mana yang tidak menolak jika terus disuguhi begitu apalagi perempuannya juga kegatelan, bos pula.
“Lambemu, Mas! Cangkemu! Dari awal bilang aku harus menutup aurat, biar kita sama-sama masuk surga. Surga dengkulmu, padahal kelakuanmu sebejad ini. Nyesel aku ... sumpah aku nyesel banget pernah nikah sama kamu. Kenapa dulu aku mau nikah sama kamu! Hah! Awas kamu, Mas! Tunggu pembalasanku!” batin Arini sudah sangat emosi. Ia menutup map pemberian Aardhan, kemudian melemparnya ke bawah kakinya.
Penuh emosi, dengan gigi yang terus bertautan, Arini menginjak-injak map tersebut.
Di belakang Arini, Ardhan menghela napas pelan di tengah tatapannya yang jadi datar. Ia tahu apa yang tengah Arini rasakan. Karena sebelum Arini merasakannya, ia yang lebih dulu mengetahui juga sudah lebih dulu merasakannya. Kini saja, kedua punggung jemari tangannya masih ia perban. Kedua jemari tangannya terluka setelah ia meninju kaca wastafel maupun meja kerja yang ada di ruang kerjanya.
“Lagian ... Pak Ardhan bisa-bisanya punya istri kegatelan kayak si Killa! Memangnya Pak Ardhan mungut dia dari mana? Memang orangnya punya banyak kurab apa ... dia lagi kesurupan?” Setelah sempat mengomel-ngomel kepada sang bos sambil menatapnya, Arini mendadak tak bisa berpikir.
Kepala Arini mendadak terasa sangat berat sekaligus pusing. Namun alasan itu terjadi bukan karena ia merasa tak bisa hidup dengan Akbar. Alasan kepalanya pusing juga bukan karena ia iri bahkan cemburu kepada Killa.
“Najiz, enggak sudi aku punya pasangan enggak setia apalagi yang terbukti sudah celap-celup! Cemburu, iri ke Killa? Jiji–k iya ... sudah jadi istri orang kok kegatelan bahkan sampai mau berhubungan badan sama suami orang! Sssttt! Mas Akbar dan Killa memang cocok. Sumpah demi apa pun, alasan kepalaku berat, pusing banget. Murni karena aku harus menahan emosi. Aku sudah enggak tahan buat arak mereka kemudian nikahin mereka!” batin Arini.
Arini tak tahu, jika omelannya kepada Ardhan dan terjadi beberapa saat lalu, nyaris membuat Ardan jantungan bahkan stroke. Kini saja, Ardhan masih diam dan memang lupa bagaimana caranya agar dirinya bisa bernapas.
“Ya Allah ... baru kali ini aku bertemu wanita spek sangar melebihi mbah Septi. Dia berani marah-marah sampai segitunya bahkan itu ke aku yang bosnya. Apa kabar jika dia sudah bertemu Akbar dan Killa? Alamatnya mereka benar-benar pindah alam!” batin Ardhan yang seketika ngos-ngosan bertepatan dengan mobil mereka yang berhenti.
Mobil Ardhan berhenti tak jauh dari sebuah hotel yang ada di kota tetangga mereka tinggal. Sementara mobil hitam yang mereka ikuti, perlahan memasuki hotel tersebut. Kini sudah makin petang karena nyaris pukul setengah tujuh malam. Perjalanan mereka yang memakan waktu nyaris dua jam lamanya, benar-benar akan bermuara.
Mobil hitam milik Killa hanya dihuni oleh Akbar dan Killa. Killa duduk di sebelah Akbar yang menyetir. Keduanya yang sudah memarkirkan mobil di tempat parkir depan hotel, tak hentinya menebar senyuman. Ketika Killa yang memakai celana levis pendek ngepas sepaha mendekap manja lengan Akbar menggunakan kedua tangannya. Detik itu juga Arini yang masih duduk di sebelah sopir Akbar, mual-mual.
“Benar-benar manusia menji jikan!” kecam Arini.
Padahal Ardhan sudah sigap mengambil stok kantong kresek. Sebab Ardhan tak mau Arini benar-benar muntah di dalam mobil mahalnya. Entah muntah karena mabok kendaraan. Atau malah muntah karena kelakuan pasangan mereka.
“Dikiranya merek jalan enggak pakai kaki, enggak ingat sudah punya suami istri. Dunia serasa milik berdua, ... najizzz! Dasar manusia enggak pada ngotak! Otaknya cuma ngesek mulu!” kecam Arini lagi tak sabar untuk turun dari mobil. Sebab Ardhan wanti-wanti, mereka baru boleh menggerebek setelah keduanya masuk ke dalam hotel. Selain itu, Ardhan berdalih akan bekerja sama dengan pihak hotel untuk mengusut perselingkuhan Akbar dan Killa.
Ardhan masih tenang. Ia tak mau menyia-nyiakan hidupnya dengan emosi. Luka di kedua punggung jemarinya saja sangat ia sesali. Karena setelah ia merenung, pengkhianat seperti Killa wajib ia buang. Tentunya, ia akan memberi Killa kejutan sekaligus balasan setimpal.
“Pak!” sergah Arini sangat mendadak dan sampai melongok ke Ardhan.
Ardhan yang tengah merenung, lagi-lagi nyaris jantungan karena ulah Arini.
“Pak! Saya mau kasbon. KTP ini jadi jaminannya!” Arini memberikan KTP miliknya sebagai jaminan yang ia maksud. “Saya butuh banyak uang buat bikin poster, baliho, sama papan iklan di setiap keramaian. Depan masjid juga enggak apa-apa, Pak. Sepanjang jalan menuju rumah juga bakalan saya kasih. Semua poster, isinya pas si cunguk Akbar sama Killa telanja*ng duaan, Pak. Pokoknya, nanti kita wajib punya foto mereka yang seperti saya mau. Awas saja kalau Pak Ardhan sampai melindungi istri Bapak! Bapak akan berhadapan dengan saya!” kesalnya tak segan menunjuk-nunjuk wajah Ardhan.
Ardhan dibuat tak bisa berkata-kata. Ia menirukan gaya Arini menunjuk wajahnya, kemudian mengangguk-angguk. “Padahal dia mau kasbon ke aku, tapi ... sudahlah. Minimal dia bisa diajak kerjasama balas sakit hatiku!” batinnya.
***
Mohon maaaf, batreku abis. mati lampu, semoga cepat nyala ya biar bisa lanjut ngetik 😥✌️✌️
Oh iya ... buat yang berkenan, mampir ke novelku yang gagal retensi tapi aku ganti lapak sekaligus judul.
ga sadar baca nya, pikirjudul yg ini udh tamat.. ya wiss lah aku tunggu aja..kelanjutannya.
ya ampun PD amat grandong Akbar mw dikasih usaha sm ortu Kunti kill2 yg ad ortu Kunti kill2 mikir beribu² kali buat lakukan itu 😏😏😏 eee Kunti mes² kena karma lg 🤭🫣🫣
Semangat trs buat kak Rositi