NovelToon NovelToon
Vin Araya

Vin Araya

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Perperangan / Kutukan / Roh Supernatural
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: faruq balatif

Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan

Araya yang sudah merasakan kehadiran Evlin sedari awal, tak mau gegabah, ia mendengarkan usulan Murais untuk memulihkan tenaga mereka terlebih dahulu. Walaupun di dalam dirinya masi memendam hasrat yang begitu besar untuk membalas Evlin. Namun ia berusaha tetap tenang. Araya yakin kakeknya mampu, setidaknya menahan Evlin.

Araya juga merasakan emosi yang meledak ledak tak terkendali saat mengunakan kekuatan sihirnya. Kekuatan itu seolah menghancurkan apapun yang ada dihadapannya.

Ramuan-ramuan sihir serta sihir pengobatan terus dilakukan tanpa hentinya, membuat mereka semua perlahan membaik.

Diluar kastil, Vincente dan Fergo mulai kewalahan menghadapi Evlin. Para Roh kegelapan yang membatunya sangat kuat, seolah tak bisa dilenyapkan. Tawa jahatnya yang menggema membuat geram semua orang yang sedang diobati membuat mereka tak mampu lagi menahan diri. "Sepertinya sudah cukup" ucap Vaneca kepada para tabib. Dom dan Murais yang mendengar itu berkata hal yang serupa. "Baiklah, aku juga juga tak tahan mendengar tawa sombong itu" sahut Murais.

Vaneca meminta penjaga untuk menjaga Araya. "Kau tetaplah disini nak" dengan nada pelan sambil tersenyum Vaneca meminta Araya untuk memulihkan tenaganya. Araya hanya diam dan mengangguk pelan.

Kehadiran Vaneca, Dom, dan Murais serta para tetua dan petinggi aliansi tak membuat Evlin merasa khawatir. Mereka yang bersatu melawan Evlin tak mampu memberikan serangan yang berarti. Seluruh kekuatan dan serangan bertubi-tubi dilancarkan untuk menjatuhkan Evlin. Namun, dia sangat kuat, serangan balasannya bahkan membuat Dom dan Fergo tak sadarkan diri.

Vincente yang memandangi Vaneca tak mampu mengungkapkan rasa rindunya ditempat itu, ia hanya diam melihat anaknya itu yang ternyata masih hidup. Dengan luka dan darah yang keluar dari mulutnya, dia tersenyum kepada Vaneca. Vaneca yang meneteskan air mata hanya bisa membalas senyuman ayahnya tersebut dengan senyuman yang haru.

Dalam pertempuran yang dasyat itu, Araya merasakan Energi dari Evlin sangatlah kuat. Kemudian ia mendengar teriakan Vaneca yang terlempar akibat serangan dari Evlin, membuatnya tak lagi bisa menahan diri. Separuh tubuhnya kembali memutih dan dengan kekuatannya, ia berpindah tempat dalam sekejab sudah berada di memara kastil.

Kerajaan yang berada di ambang kehancuran, dengan langit gelap yang berputar seakan menyiapkan badai besar. Aura energi sihir yang kuat terpancar dari dua sosok yang kini saling berhadapan di tengah-tengah medan pertempuran yang sunyi. Araya berdiri tegak, dengan sorot mata penuh tekad yang diarahkan pada sosok Evlin di kejauhan. Di sekeliling mereka, roh-roh jahat melayang dalam kegelapan, menunggu perintah dari tuannya.

Evlin yang terkejut melihat Araya berada di depannya berteriak marah, "Araya.." Kemudian Evlin mengumpulkan Roh-roh jahat, merasakan energi sihir kegelapan yang menyelimuti tubuhnya. Dengan satu gerakan tangan, ia menyerang Araya, semua Roh itu langsung melesat dari segala arah, mengelilinginya bagaikan badai bayangan. Namun, Araya tidak gentar. Ia memusatkan pikirannya, menciptakan lingkaran cahaya di sekitarnya yang memancarkan energi berputar, menahan serangan bayangan yang mencoba mendekat.

Roh-roh jahat menyerang lingkaran cahaya itu berkali-kali, berusaha menembus pertahanan Araya, namun gagal. Melihat ini, Evlin berdecak, dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Dalam sekejap, tanah di sekelilingnya bergetar, dan lingkaran gelap mulai terbentuk di bawah kakinya. Dari lingkaran itu, muncul roh-roh yang lebih besar dan kuat, siap menggempur Araya dari segala sisi.

Sadar bahwa ini bukan saatnya bertahan, Araya membalas dengan strategi berani. Ia menarik energi dari sekelilingnya, merasakan kekuatan yang mengalir kuat dalam dirinya. Dengan satu gerakan tegas, ia mengirimkan pedang cahaya dari tangannya yang membelah udara, menghantamkan energi itu ke arah roh-roh yang mengepungnya. Pertempuran pun berubah menjadi duel penuh serangan yang saling beradu. Cahaya dan bayangan berkelebat di sekitar mereka, memancar dan menghilang dalam hitungan detik.

Sementara pertahanan Araya kuat, Evlin memanfaatkan kecepatan untuk menyerang dari segala arah. Gerakan tangannya menciptakan tombak-tombak sihir kegelapan yang menyerang Araya dengan pola yang sulit ditebak. Setiap kali Araya mencoba menyerang balik, Evlin sudah melesat ke posisi baru, melepaskan serangan demi serangan.

"Kau hanya makhluk lemah seperti ayahmu. Tak sepantasnya mendapatkan kekuatan itu."

Dengan suara sombongnya yang sembari melancarkan sihir-sihirnya.

Araya tak meladeni ucapan Evlin, ia hanya berfokus menghindari jarum-jarum beracun yang terus ditembakkan oleh Evlin.

"Aku akan membunuhmu, sama seperti yang kulakukan pada ayahmu." lanjut Evlin, berusaha membuat Araya kehilangan konsentrasinya.

Mendengar hal tersebut, Araya kembali merasakan sesuatu dalam dirinya. Darahnya seolah mendidih, asap es yang perlahan keluar dari tubuhnya. Tanpa disadari, tubuhnya semakin memutih dan bola mata kanannya menjadi lebih terang, seolah tak terkendali. Awan tebal menyelimuti medan pertempuran dengan kilatan cahaya yang semakin besar.

Evlin menyipitkan matanya, menyadari bahwa kekuatan Araya telah berkembang lebih dari yang ia perkirakan. Marah karena merasa terancam, ia mengeluarkan serangan yang lebih besar, menciptakan formasi roh jahat yang melayang di udara, membentuk dinding bayangan yang menghentikan sinar terang dari Araya.

Merasa waktu semakin mendesak, Araya merasakan emosi dalam dirinya semakin menjadi-jadi. Ia merasakan kekuatan dari dirinya bergabung dengan energi alam di sekitarnya, menyatukan segala elemen cahaya yang ada di dalam dirinya. Dengan satu gerakan penuh dendam, ia melompat ke arah Evlin, melewati dinding bayangan yang diciptakan Evlin.

Tangan Araya yang bersinar terang menembus gelombang kegelapan dan menghantam perisai Evlin dengan kekuatan yang membuat getaran hebat. Evlin mundur, matanya penuh kebencian dan keterkejutan. Ia menyadari bahwa sangatlah kuat. Marah, Evlin merapal mantra yang membuat badai petir besar yang menghujani Araya dengan sambaran kilatannya. Dengan matanya yang semakin bercahaya kebiruan, Araya mampu menghindari serangan itu, berpindah pindah tempat dengan sangat cepat.

Kemudian Evlin menciptakan aura besar berwarna hitam yang berputar-putar di atasnya seperti badai yang siap menghabisi segalanya. Araya yang seolah menikmati aliran sihir dalam darahnya itu, menyerang balik dengan hujan meteor yang dibuatnya dalam sekejab. Seolah tak peduli dengan para pasukan yang ada di medan pertempuran, Araya menembaki Evlin dengan membabi buta.

Para Roh jahat yang terkena tembakan meteor itu langsung lenyap seketika. Pusaran Roh jahat yang semakin mengecil membuat Evlin semakin kewalahan dan takut. Evlin mencoba lari, namun Araya menghadangnya secepat kilat, meninju wajahnya hingga menembus tebing bebatuan. Vaneca yang melihat Araya begitu mengerikan mencoba menahan amarahnya. Namun, belum sampai Vaneca mendekat, Araya melemparnya dengan bola cahaya.

Semua orang mulai ketakutan melihat Araya yang tidak terkendali. Evlin yang masi berusaha bangkit tak bisa melangkah jauh karena Araya yang tiba-tiba berada dihadapannya, mencengkram leher Evlin, namum Evlin berhasil melepaskan diri dengan membuat simbol penghancur, yang membuat araya terpental.

Mereka berdua yang saling berhadapan dan saling bertatapan dengan nafas yang terengah-engah. Evlin mengumpulkan sisa kekuatannya untuk menciptakan bola penghancur berwana hitam, sedangkan Araya mengumpulkan energi disekitarnya dan menciptakan bola cahaya yang juga sama besarnya.

Mereka saling serang dengan meleparkan dua tembakan besar. Energi dari keduanya bertemu di udara, menciptakan ledakan dahsyat yang menerangi seluruh langit kerajaan. Kilatan cahaya dan kegelapan bergulung-gulung dalam pusaran besar, menandai akhir dari pertempuran panjang mereka.

Ketika akhirnya cahaya itu meredup, Evlin terlihat terduduk, kehilangan kekuatannya. Araya berdiri, meskipun napasnya berat dan tubuhnya kelelahan. Dengan tenang, ia menatap Evlin yang tak berdaya di depannya, menandakan bahwa perjuangannya telah berakhir.

Namun, hasrat yang tak terkendali itu masi ada. Pedang es yang tercipta di tangan Araya siap menembus jantung Evlin. Melihat kilauan mata Araya yang penuh dengan amarah, Evlin yang sudah tak berdaya hanya bisa pasrah. Bahkan sebelum ia mampu mengedipkan matanya. Araya sudah menghujamkan pedang tersebut. Evlin yang sudah tewas tak mengurangi hasrat Araya untuk memenggal kepalanya. Dalam niatannya itu sosok yang sangat dikenalnya menahan tangannya, Nenek joi memegang tangan araya sembari menenangkannya. "Cukup Araya".

Di titik ini, Araya merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan sihir. Ia merasakan semua pengorbanan, keberanian, dan tekad yang ia miliki selama perjalanannya. Rasa sakit, kehilangan, dan tanggung jawab kini menyatu dalam dirinya, membentuk kekuatan yang lebih dalam. Dengan helaan nafas yang perlahan semakin pelan, lalu melepaskan sihirnya.

Araya memeluk Neneknya lalu menangis, kemudian melihat sekelilingnya yang hancur. Araya yang perlahan sadar akan apa yang ia perbuat menoleh dan berlari kearah Vaneca. Dia menangis dan memeluk Vaneca sembari meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat.

"Maafkan aku bi."

Vaneca tersenyum memegang wajah Araya, "tak apa nak, aku mengerti kalau kau tak bisa mengendalikannya."

Orang-orang berdiri menatap matahari yang muncul, menjadi saksi atas pertempuran yang telah berakhir. Sorak kemenangan yang perlahan semakin membesar mengabarkan kemenangan mereka keseluruh penjuru.

Kerajaan yang tadinya sunyi kini terasa hangat. Matahari yang tersembunyi mulai muncul, menerangi langit yang perlahan-lahan cerah kembali. Araya berdiri di tengah-tengah, merasakan kedamaian yang akhirnya kembali setelah perjuangan panjang melawan kegelapan.

1
Bé tít
Kreatif banget!
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
ღYaraღ
Karya ini udah bikin aku sampe nangis-nangis, padahal jarang yang bisa buat gitu.
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!