Rere Anita, sungguh tidak menyangka kalau sang suami yang selama ini mengaku lemah syahwat ternyata memiliki selingkuhan dan anak yang sudah besar.
Mendapati fakta itu membuat Rere sakit hati karna uangnya telah banyak habis untuk menyembuhkan Sang suami yang mengaku lemah syahwat itu.
Hingga Rere mencari sosok pria bayaran yang harus bisa membantu dirinya balas dendam, dengan kekayaan Rere sebagai pancingan.
"Aku hanya membutuhkan pria m0k0nd0 saja, karna hanya untuk memuaskan aku dalam hal ranjang dan haus dahaga akan pengkhianatan suamiku." ucap Rere dengan sangat angkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Seketika Galih teringat kalau sebenarnya ia tadi sempat mematikan panggilan Rere. Ya alasan utama karena ada wanita yang terjatuh tadi, karena harus menolong menyebabkan Galih mematikan panggilan tersebut.
"Tadi aku mengabaikan panggilanmu karena ada wanita yang_"
"Aku tidak perduli, mau ada wanita lahiran disampingmu juga.. kau tetap harus utamakan aku, Galih." Rere menyela penjelasan Galih, ia menatap malas Galih yang menatapnya dengan tersenyum manis.
Pandangan mata Rere mengelilingi ruangan kantin tapi sesekali juga melirik kearah Galih yang masih saja menatapnya. Padahal sudah jelas Rere marah saat ini tapi kenapa Galih seakan biasa saja.
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" Tanya Rere lagi, kali ini ia merasa sungguh Galih sangat tidak peka akan apa yang ia rasakan saat ini.
Cepat sekali Galih menjawab dengan gelengan kepala, tapi senyuman diwajahnya tidak memudar sedikitpun. "Coba katakan sekali lagi, aku akan mendengarkan pertanyaanmu baik-baik.." Pinta Galih, ia tersenyum sinis di saat Rere menatapnya kesal.
"Tugasmu hanya perlu fokus saja padaku, tidak dengan wanita lain. Meskipun ada wanita lain yang meminta pertolonganmu.. kau harus mengabaikan itu." Jelas Rere, ia yakin jika Galih akan mengerti.
Ekspresi Galih sungguh semakin terlihat tampan, pria itu menopang wajahnya dengan kedua tangan. Menatap penuh kearah Rere yang mengalihkan pandangan karena tidak kuat ditatap seperti itu oleh Galih.
"Bisa dikatakan kalau kau sebenarnya cemburu bukan?" Ayolah malah Galih mengambil kesimpulan seperti itu.
"Tidak!" Bantah Rere cepat.
Galih menurunkan tangannya hingga bersedekap didada, tapi pandangan mata masih kearah Rere. "Ya.." Tangan Galih menujuk kearah Rere yang menatapnya kesal. "Kau cemburu, hanya saja kau menutupi itu dengan aturan yang aneh." sambungnya.
Seakan mati kata itulah Rere sekarang, ia tidak tahu rasa apa ini hanya saja tidak membenarkan jika Galih mengatakan dirinya sedang cemburu. "Aku tidak cemburu sedikitpun padamu, aku hanya tidak ingin karena wanita lain tugasmu jadi tidak berjalan dengan baik. Mengerti?" Rere membela diri.
Galih bangkit dari duduknya, ia tertawa kecil melihat Rere yang masih belum tenang karena dirinya belum mempercayai apa yang dijelaskan. "Ya kau cemburu, Nona Rere.." Ucap Galih dengan senyuman mengejek. "Aku sangat senang mendapati kecemburuanmu, Hem.. dengan senang hati aku akan menjauhi setiap wanita jika hal itu yang membuatmu tenang." Galih memberikan janji.
Tidak menunggu respon Rere dahulu langsung Galih melangkah pergi karna tidak tahan melihat ekspresi kesal dari Rere. Sangat menggemaskan, takutnya Galih tidak akan bisa menahan diri lagi nanti.
"Hei, kau mau kemana?" Tanya Rere dengan sedikit berteriak karena langkah Galih sangat cepat.
"Beri pelajaran pada suamimu.." Bukannya menjawab pertanyaan Rere secara langsung melainkan melalui pesan singkat. Rere membaca pesan itu sampai terkejut, ia teringat dengan kejadian pagi tadi. Pasti Silas telah mengatakan semuanya pada Galih, tapi Rere membiarkan saja Galih mau melakukan apa pada suami tidak bergunanya itu.
"Jangan sampai dirimu terluka karna pria tidak berguna itu, Galih. Aku akan marah kalau sempat melihatmu terluka sedikit saja, ingat itu!"
Pesan dari Rere itu membuat Galih tersenyum senang, tidak pernah ia diperhatikan se detail ini oleh wanita yang ia cintai. Waktu menjalani hubungan pertunangan dengan Fani dulu, jangankan perhatian dianggap ada saja sudah hal paling besar yang pernah Galih dapatkan.
Galih berjalan dengan pandangan mata lurus kedepan, ia tahu dimana keberadaan Saka sekarang. Pria tidak tahu malu itu pasti tidak jauh jauh dari tempat yang sangat ia inginkan, yaitu ruangan para pemimpin. Sebelum masuk kedalam ruangan Galih pastikan dulu tidak ada orang disekeliling ruangan tersebut.
Disaat Galih membuka pintu ia melihat Saka yang duduk di bangku khusus CEO. Yang mana bangku itu hanya milik Rere Anita saja, Saka sungguh tidak tahu malu.
"Siapa yang sudah kurang ajar masuk keruanganku tanpa mengetuk pintu?!" Tanya Saka dengan berteriak kencang. "Setelah aku menjadi CEO nanti, Orang-orang kurang ajar seperti ini akan mati ditanganku!" Ancam Saka tanpa berbalik badan untuk melihat siapa yang masuk kedalam ruangannya.
Timbul senyuman sinis diwajah Galih. "Bagaimana harapanmu bisa dikabulkan oleh Tuhan, Tuan Saka. Belum mendapatkan semua itu saja kau sudah angkuh seperti ini," Ucapan Galih langsung membuat Saka berbalik badan.
Saka terkejut melihat Galih yang bisa masuk kedalam ruangannya bahkan menatap dirinya penuh dendam.
"Jangan ikut campur!"
"Rere adalah wanita yang aku cintai, kau bertindak kasar kepada wanita yang aku cintai sama dengan kau cari mati ditanganku!" Bentak Galih, ia berjalan mendekati Saka langsung menarik kerah kemeja pria itu.
"Tindakan mu ini bisa aku laporkan ke pihak berwajib, jangan main-main denganku, Galih!" Saka menyempatkan mengancam, ia balik menarik kerah baju Galih. Bagaimanapun dalam ahli bela diri Saka sangat bisa diandalkan untuk itu, tapi kalau harus menghadapi Galih mungkin saja dirinya akan kalah.
Bukannya takut dengan ancaman Saka melainkan Galih malah melepaskan cengkraman tangan Saka dengan sangat mudah. Lalu ia mendorong tubuh Saka hingga terbentur dinding, mencekik leher Saka hingga wajahnya memerah.
"Kau menarik rambut Rere inilah balasan yang pantas untukmu!" Teriak Galih bahkan matanya sampai mau keluar menatap Saka yang kesakitan.
Saka terus memukul tangan Galih yang mencekik lehernya, ia meminta dari tatapan mata agar Galih melepaskan dirinya. "Eee.. Aaaa.. lepas, lepaskan aku!" Saka sudah tidak berdaya, napasnya terasa sempit dan sesak. Cekikan Galih bagaikan maut untuknya, ia sadar telah kalah telak.
Melihat wajah Saka yang sudah pucat maka langsung Galih melempar tubuh Saka hingga terjatuh disofa. Saka menghela napas lega, menarik napas dalam-dalam agar rasa sesaknya hilang.
"Sekali lagi kau melakukan tindakan kasar pada Rereku maka kau tidak akan pernah aku ampuni!" Ancam Galih dengan penuh ketegasan.
Sampai Saka gemetar ketakutan tapi Galih melihat ada dendam dimata Saka untuknya. "Balas dendam atas semua perlakuanku ini harus denganku, Saka. Belajar bertindak manly, tidak banci!" Cibiran Galih sungguh maut bagi Saka, tanpa ampun Galih memberikan bogem mentah pada mulut Saka yang selalu saja berkata bohong pada Rere.