Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Sifat asli
Pukul 5 sore, Gama sudah sampai di rumah, tidak biasanya ia akan pulang lebih awal. Bahkan Ayahnya sendiri belum pulang dari kantor.
Beberapa pelayan yang melihatnya cukup kaget, karena tuan muda mereka itu selalu pulang larut malam. Jika di pikiran lagi, mereka tidak pernah melihat Gama membawa pulang seorang wanita lagi.
Kaki jenjang dengan langkah yang konstan, Gama berjalan ke arah belakang. Tujuannya hanya satu, mencari keberadaan Naomi.
Begitu ia menemukan apa yang ia cari, pria itu mengembangkan senyumnya. Gama menghentikan langkahnya dan memperhatikan Naomi yang sedang menata pakaian yang sudah kering di gazebo dekat paviliun.
Wajah Naomi terlihat begitu tenang, tangannya dengan cekatan membalik pakaian yang sudah kering. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gama yang memperhatikannya sedari tadi.
Begitu semua pakaian sudah berada di dalam keranjang, Naomi berdiri dan mengangkat keranjang tersebut. Begitu ia sadar dengan keberadaan tuan mudanya, ia tersenyum.
Naomi lantas menghampiri Gama, "Tuan sudah pulang?" tanyanya.
Gama mengangguk sebagai jawaban, "Aku ingin mengajakmu makan di luar, kau mau kan?" ucapnya tanpa basa basi.
Mendengar itu Naomi diam, dia mengingat pesan Tuan Bara saat baru menginjakkan kaki di sini. "Maaf, Tuan. Selama saya kerja di sini, saya tidak diperbolehkan keluar oleh ayah anda. Itu kesepakatan kami dulu," balasnya dengan lembut.
Pantas saja dulu Naomi menolak saat diajak pergi ke pengadilan saat proses perceraiannya. Bukankah itu terdengar seperti ia dikurung di sini? Dia harus berbicara pada ayahnya, pikir Gama.
"Tak perlu khawatir, aku akan meminta izin pada Papa. Apa kau tidak bosan di rumah terus?"
Bosan? Tentu saja ia bosan. Dulu, hampir setiap hari dia selalu bertemu orang banyak dan bersosialisasi saat menjual bubur di pasar, tapi sekarang melihat jalan pun ia tidak pernah.
Naomi menggeleng, "Tidak perlu, tuan. Saya di rumah saja, lagipula saya tidak ingin keluar," balasnya dengan senyum tipis.
Bohong! batin Gama.
"Aku tidak ingin mendengar penolakan, sebentar lagi Papa pulang. Aku akan berbicara padanya."
"Tap--"
Gama dengan cepat menaruh telunjuknya di depan bibir Naomi. "Sekarang kau mandi, aku juga akan mandi sembari menunggu Papa," final pria itu.
Huft!
Naomi menghela napas panjang setelah Gama pergi dari hadapannya. Bukannya ia tidak mau keluar, apa yang akan di katakan oleh Tuan Bara nantinya? Setelah insiden jam tangan hari itu, pria paruh baya itu menjadi lebih dingin padanya.
Belum lagi pandangan para pelayan lain jika melihatnya keluar kepada tuan muda kesayangannya. Sudah pasti ia akan semakin dimusuhi.
Gama masuk ke dalam kamarnya, belum ada hilal ayahnya akan pulang. Jadi dia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dulu.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?!"
Sepanjang langkahnya menuju kamar tadi, aura yang ia pancarkan penuh kebahagiaan. Tapi setelah membuka pintu kamarnya dan melihat siapa yang tengah duduk di tengah kasurnya, mukanya berubah masam.
"Aku menunggumu," jawab orang itu dengan manja.
Gama tidak bergerak dari tempatnya, "Keluar!"
Manusia berjenis kelamin perempuan yang menyusup kamarnya itu menggeleng, "Aku merindukanmu, sudah lama kita tidak bermain."
Cuihh!
Gama meludah ke samping, "Kau pikir aku masih berminat bermain dengan tubuh kotormu itu?! Turun dari sana dan keluar dari kamarku," perintah pria itu dengan tegas.
Wanita itu terkekeh kecil dan turun dari atas kasur, tubuhnya yang hanya di balut bra dan celana dalam berjalan sensual ke arah Gama.
"Katakan saja jika kau ingin aku menghampirimu, sayang," ucapnya sembari mengelus dada Gama
"Keluar selagi aku masih berbaik hati!"
Meskipun suara yang dikeluarkan Gama penuh penekanan, wanita itu tak gentar sama sekali. Tangannya melepaskan kancing kemeja yang dikenakan Gama satu persatu.
Sret!
Gama mencekal lengan kecil itu dan mencengkeramnya dengan kuat, "Aku sudah berbaik hati padamu sebelumnya, jangan melewati batas!"
Wanita itu menatap Gama nyalang, "Aku benci ini! Kenapa kau bisa secepat itu melupakanku!!"
"Kau yang menggodaku dan menyerahkan tubuhmu padaku terlebih dahulu, kau berharap apa??!"
Mata wanita itu memerah, "Peduli setan! Selama ini aku sakit hati setiap melihatmu pulang dengan membawa wanita lain! Padahal kau bisa menggunakan tubuhku!!!!" marahnya.
Jika Gama terus meladeni wanita gila ini, maka Naomi akan terlalu lama menunggunya. Dia harus segera menyelesaikan ini.
"Aku bilang keluar!!" tegas pria itu.
"Kau pikir aku tidak tau jika kau tertarik dengan janda itu? Aku bahkan lebih baik darinya, gara-gara dia---"
"KELUAR!! KELUAR DARI KAMARKU HANA!!"
Suara bentakan Gama membuat wanita yang tak lain adalah Hana itu menutup mulutnya rapat. Ya, wanita itu adalah Hana, salah satu pelayan keluarga Maharaja yang berhasil menggoda Gama dulu.
"Ingat posisimu Hana! Jangan karena kau pernah tidur bersamaku, kau menjadi seenaknya seperti ini!"
Hana diam membisu, selama ini dia selalu berpikir bahwa dia lebih unggul dari pelayan lain. Tapi kenyataan tak seindah imajinasinya.
"Satu lagi, jangan berani menghina Naomi di depanku. Dia bahkan 1000 kali lebih baik darimu yang hanya suka menjilat sana sini," ucap Gama.
Hana mengepalkan kedua tangannya, dia tidak terima di perlakukan seperti ini. Dia akan membuat perhitungan kepada Naomi. Posisinya tidak sekuat itu untuk melawan Gama, jadi dia melampiaskan semuanya pada Naomi.
"Pakai pakaianmu dan keluar dari sini. Saat aku masih melihatmu setelah selesai mandi, jangan harap kau masih bisa bekerja di sini besok!"
Setelah mengatakan itu, Gama berlalu menuju kamar mandinya. Sedangkan Hana mengambil pakaiannya yang tadi ia jatuhkan di atas lantai.
Sepertinya dia harus membuat rencana yang lebih besar agar Gama membenci Naomi.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗