Tahu dengan Abrilla atau biasa di panggil Rila? Si bungsu dari Keluarga Anggara?
Dulu jatuh cinta dengan Ed? Tapi ternyata pria itu sangat tidak rekomended. Cukup lama menjomblo, Rila akhirnya merasakan buterfly era lagi.
Kali ini dengan siapa?
Maxwell Louis Sanjaya, pria berkebangsaan Indonesia-Belanda. Berdasarkan informasi yang Rila dapat, Max berstatus duda anak satu. Sulitnya informasi yang Rila dapat membuat gadis itu semakin nekat untuk mendekati Max.
Apakah Rila berhasil mendapatkan hati pria itu? Atau sebaliknya?
Kabarnya, kurang dari 3 bulan, Max akan melangsungkan pertunangan dengan wanita pilihan mami-nya. Bagaimana usaha Rila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?
Ikuti terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
"Om, apakah Max benar akan tiba?" tanya Iris yang sudah siap dengan gaun pengantin pilihannya. Tadi saat sepulang berbelanja, Om Winata mengabari agar dia datang ke lokasi yang sudah disiapkan. Dengan gaun pengantin dan riasan pilihannya sendiri.
"Tante mu sudah berhasil menculik Hiro, lebih cepat dari yang ia janjikan. Oleh sebab itu sekarang cepatlah bersiap dengan gaun dan riasan terbaikmu. Hari ini Max pasti menjadi milik mu, Iris. Lokasi sesuatu dengan rencana kita. ujar Om Winata membuat Iris bahagia.
Meskipun hari sudah sore, mudah bagi Iris menyiapkan semuanya. Sengaja dia memilih gaun pengantin termahal, baginya ini adalah momen seumur hidup yang tidak akan dia lewatkan.
Disinilah mereka sekarang, sebuah gedung putih yang telah di dekor indah. Bunga lily mendominasi hiasan ruangan ini.
"Aku sudah menyiapkan sesuai keinginan mu. Aku anggap ini juga hutang, Iris." kata pria itu yang tengah duduk di samping keponakannya.
"Setelah aku menikah dengan Max dan berhasil menguasai pria itu, aku pasti menepati janjiku, om. Tidak usah khawatir." jawab Iris dengan tatapan meyakinkan.
Entah apa perjanjian yang dibuat keduanya. Hanya mereka yang tahu.
"Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan Max. Itu membuat hati Iris gelisah dan Winata merasa di permainkan.
" Sepertinya Max lebih memilih kehilangan putra kesayangannya dari pada harus menikah mu, Iris."
Ucapan tersebut membuat Iris marah. "Apapun yang terjadi, malam ini aku harus menikah dengan Max. Kita sudah bergerak sejauh ini. Banyak rencana yang sudah kita buat, bahkan sudah memakan korban jiwa. Aku tidak mau rencana kali ini kembali gagal."
"Aku pun sama, tidak mau mengalami kegagalan lagi. Jika malam ini Max tidak datang dan menikah denganmu, maka jangan salahkan aku menggunakan rencana terakhir. Itu sudah kesepakatan kita. Kau ingat bukan?" ujar Winata membuat mata Iris membelalak.
"Tidak, jangan gegabah. Meskipun dulu kita sudah merencanakan itu, aku rasa itu bukan pilihan terbaik. Sama saja membuat kita hancur." tolak Iris mempertimbangkan apa yang akan terjadi. "Kematian Maldevi mungkin kita mampu membungkam semua orang yang terlibat. Tapi untuk ini, aku tidak yakin. Max yang dulu bukan yang sekarang." tambah Iris tidak mah gegabah.
"Alasan saja. Kau hanya terlalu mencintainya, Iris. Apapun akan kau lakuin demi Max, termasuk menunggu pria itu mencintaimu." balas Winata yang sangat paham dengan perasaan Iris. "Kematian Maldevi adalah rencanamu, jika Max tahu dia pasti akan lebih membencimu. Jadi, jika malam ini dia tidak menikahimu, maka aku akan membunuhnya saja."
"Max pasti akan datang. Aku tahu dia sangat menyayangi Hiro. Demi putranya, dia pasti mau menikah denganku." Iris berharap Max datang, dia tidak akan sanggup jika harus melihat jasad Max esok pagi karena ulah pamannya.
"Baik, kita lihat berapa lama lagi dia akan datang."
Tepat pukul 9 malam, sebuah mobil tiba di halaman gedung tersebut. Max turun dari mobil dengan memakai jas hitam, tampak pria itu lebih tenang dari tadi.
Max tidak datang sendiri, melainkan bersama Sandy. Tentu itu atas kesepakatan dengan Winata.
Wajah Iris berseri-seri melihat Max datang. "Akhirnya sebentar lagi aku akan menjadi istrimu, Max" ujar wanita itu dalam hati.
Winata tersenyum melihat Max berjalan memasuki ruangan. "Akhirnya kau datang juga. Ternyata kau benar menyayangi putramu."
"Tentu saja, Hiro adalah kebanggaan Keluarga Sanjaya. Apapun akan aku lakukan demi melindunginya dari tangan manusia tidak bertanggungjawab." ujar Max dengan nada mengejek.
"Kau selalu berpikir buruk padaku, Max. Padahal aku sangat menyayangimu, karena bagaimana pun juga kau anak tiriku. Jena sangat menyayangimu dan membangunkan mu."
"Berhenti berpura-pura, Om Winata. Sejak dulu kau hanya menyayangi mamiku, tidak termasuk aku. Justru kau sangat membenciku, karena wajahku sangat mirip dengan papiku, orang yang telah menikah dengan cinta pertama mu." Kali ini Max ingin mengutarakan yang sebenarnya. Meskipun sedang berada di kandang lawan.
"Memang, aku sangat membenci kalian tapi itu dulu. Oleh sebab itu aku ingin kau menikah dengan Iris. Dengan kata lain kau akan menjadi menantuku dan hubungan kita bisa lebih dekat." bantah Winata membuat Max ingin sekali mengajar nya. Max tahu, pria itu mengatakan kebohongan.
"Kenapa aku harus menikah dengan Iris? Keuntungan apa yang akan aku dapatkan?" tanya Max ingin tahu tujuan mereka terus memaksanya menikah dengan wanita yang saat ini masih duduk santai di samping Winata.
Sudah hampir 3 bulan ini Mami Jena terus memintanya setuju menikah dengan Iris. Dengan istilah menikah karena perjodohan. Memang gila sekali ibunya. Padahal saat itu Max sedang pusing menghadapi Rila yang gencar mendekatinya. Membuat kepalanya ingin meledak.
"Kau harus menikah dengan Iris dan menandatangi surat perjanjian itu." Winata meminta anak buahnya memberikan sebuah berkas pada Max.
Max membacanya dengan teliti, begitupun Sandy yang tengah berdiri di samping Max.
"Ini gila, Max. Meraka menginginkan separuh harta Keluarga Sanjaya. Bahkan jika kau ingin menceriakan Iris, maka kau harus menyerahkan 25% saham perusahaan mu kepadanya." bisik Sandy namun Max masih terlihat tenang.
Berkas itu dilemparkan sembarangan oleh Max. "Kau mengincar kepemilikan hutan milik keluarga ku kan?" tanya Max membuat wajah Winata yang tadi tersenyum lebar kini berubah dingin.
"Kenapa? Terkejut? Kau pikir aku tidak tahu niatmu apa." kata Max mulai melonggarkan dasinya.
"Max, jangan buat dirimu tidak rapi. Kita akan menikah." teriak Iris melihat Max membuka jasnya.
"Kau pikir aku datang rapi kesini untuk benar menuruti keinginan pria itu hah?" ujar Max dengan lantang. "Tidak Iris, aku datang rapi sebagai bentuk formalitas saja. Siapa tahu akan ada kejadian menarik yang bisa menjadi tontonan gratis."
"Kau jangan banyak bicara Max. Nyawa putramu dalam genggaman ku. Mungkin saat ini putramu juga mami mu sedang dalam bahaya. Karena mereka aku kirimkan ke daerah yang tidak akan ada orang tahu."
Winata tersenyum licik setelah mengatakan itu. Berbeda dengan Max yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Lancang sekali. Berani mengganggu anakku. Kalian terlalu meremehkan ku, ya?"
akoh udh mmpir....
ni anknya feli sm alfi y kk???
d tnggu up'ny.....smngtttt....