Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi
"Apa di sini ada tulisannya? Aku tidak membacanya, itu artinya aku boleh menempati tempat ini kan." jawab Aca cuek dan jutek
Dwi yang melihatnya dari jauh, hanya diam bersandar di meja penjual mi ayam. Ia melipat kedua tangannya, menunggu apa yang akan di lakukan oleh sang adik.
"Neng, maaf. Sebaiknya neng segera menghampiri adik neng, sebelum mereka melakukan sesuatu padanya." ucap penjual mi ayam
Tadi Dwi menjelaskan, bila ia ke sekolah untuk mendaftarkan sang adik ke sekolah ini. Ia juga berkenalan dengan kang mi ayam tersebut, bahkan bertukar no ponsel. Bukan apa-apa, ia tak mengenal orang satu pun di sini. Otomatis ia juga perlu mengawasi adiknya, dan lewat mamang mi ayam lah solusinya.
"Memang kenapa?" tanya Dwi
"Karena mereka terkenal kelompok paling di segani di sekolah ini, memang tampan-tampan tapi mereka cukup di takuti. Terutama pria yang sejak tadi diam di belakang, ia adalah ketuanya. Kalo orang mah bilang teh, mereka itu mos... mos santet gitu ya?" Dwi mengerutkan dahinya, setau dia santet itu ilmu hitamkan?
"Maksud mamang teh, most wanted mungkin ya?" tanya Dwi, dia dan kedua saudaranya memang sudah lancar bahasa dari negara ibunya.
"Tah eta, bener pisan." Dwi tersenyum, menahan tawa.
"Ada-ada aja mamang mah, biarin aja. Kita lihat, apa yang akan dilakukan adik saya?" ucap Dwi, ia kembali memperhatikan sang adik
"Di sini memang tidak ada tulisannya, tapi semua orang tau kalo ini tempat kami." ucap pria bernama Dewa, Aca mengangkat salah satu alisnya
"Semua orang? Tapi aku ga" ucap Aca
"Lu murid baru?" tanya Angga
"Iya, kenapa? masalah buat lo?" karena lawan bicaranya gue-lo, jadi Aca pun mengikutinya
"Waahh... jangan mentang-mentang lu cewe, kita ga berani ngapa-ngapain lu." ucap Dewa, ia memegang pergelangan tangan Aca. Namun dengan cepat Aca memutar tangannya dan kini, ia yang memegang pergelangan tangan Dewa.
"Mau apa lo? Jangan pernah berani sentuh-sentuh gue lo, mau gue patahin ini tangan?" Dewa yang merasakan genggaman tangan cewe depannya, semakin kencang. Ia menggelengkan kepalanya, karena merasa kan sakit di tangannya.
Aca melepasnya dengan kasar, sang kaka tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
"Gue ga suka ya, ada yang ganggu mood gue mau makan. Kita ga saling kenal dan gue berharap, kita ga perlu saling kenal." ucap Aca, ia memilih pindah tempat dan mendengus kesal.
Setelah selesai, Dwi pun berjalan mendekati sang adik.
"Kenapa?" tanyanya, seraya menaruh nampan yang berisi pesanan mereka. Dwi pun menyodorkan mangkuk mi ayam pada Aca, mencium baunya membuat mood Aca kembali baik.
"Hmmm... wangi banget, jadi ini mi ayam itu kak, kayanya enak." ucap Aca tersenyum, Dwi hanya mengangguk.
"Makanlah" Aca mengangguk, ia memilih sendok dan garpu untuk makan makanan tersebut.
Dwi menyadari bila pria yang dikatakan kang mi ayam ketua kelompok itu, sejak tadi memperhatikan adiknya. Namun ia pura-pura tidak tau, lebih memilih menikmati makanannya.
"Sialan, tenaganya besar sekali." ucap Dewa kesal, ia kesal karena kalah oleh seorang perempuan.
"Benarkah?" tanya Mario, Dewa memperlihatkan pergelangan tangan yang di cengkeram oleh Aca,
"Wanjaayy... memar ini mah, untung tangan lu kagak patah bro." ucap Angga, di setujui oleh Mario
"Ka, lu diem aja. Kagak ada niatan gitu buat bales tuh cewek?" Raka yang sedang fokus pada ponselnya, menengadah menatap Angga.
"Untuk?" tanyanya
"Tumben lo kagak gerak, biasanya lu langsung gercep bully tuh cewek. Lu suka?" jawab Mario, ia pun menebak seraya menyipitkan matanya
"Cih... bacot." ucapnya, tanpa mereka bertiga tau. Bila Raka tadi mencuri foto Aca, saat ia tersenyum.
.
.
"Mau kemana sekarang?" tanya Dwi
"Mmmm... ke mall ka, aku belum beli keperluan sekolah." Dwi mengangguk, dan mengarahkan mobilnya ke mall yang di inginkan sang adik.
Saat di perjalanan, ia melihat seorang wanita parah baya dan gadis muda, sedang di hadang oleh sekelompok preman. Dwi menghentikan mobilnya, dan menyuruh Aca diam di mobil. Meski kesal, ia tetap menurut. Sudah lama juga, ia tidak melihat kakaknya beraksi.
(Ahhh... seperti di karya-karya sebelumnya ya, yang pasti wanita pemeran utama. Tidak aku buat lemah, tentunya mereka harus jago beladiri bukan?)
"Lepaskan dia" ucap Dwi, pada sekelompok preman tersebut.
Para preman yang berjumlah 6 orang menghentikan aksinya , mereka dengan serempak berbalik dan menatap Dwi.
"Cih, ngapain cewek culun kemari. Nganter nyawa lo?" preman 1
Dwi tidak menjawab, ia memilih mengikat rambutnya. Karena pria-pria ini, tidak akan paham bila hanya di ajak berbicara.
"Maju kalian semua" ucap Dwi, dengan wajah tanpa ekspresi
"Nantangin lu, hajar" mereka pun kini berdiri mengelilingi Dwi
Salah satu pria maju, Dwi menendang langsung di area sensitifnya. Membuat preman itu menjerit kesakitan dan menundukkan tubuhnya, karena merasakan nyeri luar biasa. Dwi menggunakan tubuh preman itu, sebagai penahan tangannya. Ia pun meletakkan tangan kanan dan melakukan tendangan berputar, mengenai perut kelima preman tersebut.
Dari jauh Aca hanya diam menonton, ia menyandarkan dagunya di lengan yang ia taruh di jendela yang terbuka.
"Kakakku memang hebat" gumamnya tersenyum
Kelima preman itu mundur, dengan memegangi perutnya yang sakit. Namun mereka tidak menyerah, kembali dua preman maju menyerang Dwi. Dengan kedua kakinya yang cepat, Dwi melakukan tendangan ke leher kedua pria itu.
BUGH
BUGH
AARRGGHHT
Tiga lainnya kembali maju, Dwi memasang kuda-kuda kembali. Ia memutar kepalanya, melakukan peregangan. Saat ketiga nya maju, Dwi pun mau satu langkah dan memusatkan tenaga di kedua telapak tangannya.
BUAGH
Ia mengarahkan kedua telapak tangannya, pada dada kedua pria yang menyerang Dwi di depan. Mereka berdua, jatuh terkapar di atas tanah. Dwi kembali menggerakkan tangan, kini ia memajukan sikut dan,,,
BUGH
Sikut Dwi tepat mengenai wajah preman yang tersisa, hanya dalam hitungan menit. Mereka berenam kini terkapar tak berdaya, Dwi mendekati kedua wanita beda usia tersebut.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Dwi, dengan wajah yang masih sama. DATAR
"T-tidak, t-terima kasih karena sudah menyelamatkan kami." jawab gadis muda, yang kini merangkul bahu wanita yang usianya mungkin sama dengan mendiang ibunya.
"Hmm... kalau begitu aku pamit, lain kali berhati-hatilah." saat Dwi hendak melangkah, ia berhenti karena mendengar panggilan dari wanita tua tersebut.
"Nak" Dwi berbalik, tanpa mengucapkan sepatah kata pun
"Terima kasih" ucapnya dengan senyuman lembut di bibirnya, Dwi tersenyum dan mengangguk.
"Mari" ucap Dwi berpamitan, ia pun meninggalkan kedua wanita beda usia tersebut. Dan kembali masuk ke dalam mobil, Aca tersenyum lebar.
"Kakak memang hebat" ucapnya
"Kita lanjut ke mall?" Aca mengangguk semangat
.
.
Sedangkan di tempat kedua wanita yang di tinggalkan Dwi
"Wanita yang sangat baik, ibu menyukainya." gadis muda di sebelahnya tersenyum menyetujui sang ibu
"Semoga ada jodoh dengan kakakmu."
"Aamiin, ya udah yu bu. Kita pulang, takut kakak mencari." ucap sang putri
...****************...
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
...Happy Reading all🥰🥰...