"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Menunggumu
Ben Derrick dan Keymira baru tidur ketika jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh, tetapi tak langsung terlelap hanya berbaring di atas ranjang yang sama.
Jangan berpikir mereka pisah kamar selama menikah, kebanyakan memang perjodohan akan membuat para pasangan memilih untuk menjaga jarak dengan alasan belum saling mengenal dan canggung jika dalam satu ruangan.
Masih Ben Derrick ingat bagaimana awal dia membawa Keymira masuk ke rumah ini, keputusan apakah mereka akan satu kamar atau tidak cukup membuat awal kesabaran Ben Derrick di uji saat itu.
"Kamar ku sebelah mana, mas?" tanya Keymira sembari membawa koper di tangannya.
"Kamar saya ada di lantai atas, kamu bisa pakai kamar bawah saja"
"Mas gak mau sekamar sama aku?" balas Keymira dengan nada yang terdengar kaget dan tersulut.
Ben Derrick cukup bingung dengan jawaban Keymira, dari awal pertanyaan Keymira yang terdengar ambigu, dia bertanya letak kamarnya bukan kamar mereka, jadi Ben pikir Key ingin punya kamar tidur sendiri.
"Bukannya kamu juga enggak akan nyaman jika tidur satu ranjang dengan saya?"
"Kenapa mas nuduh aku kayak gitu? Emang aku pernah ngomong itu? Tapi kalau emang mas gak mau juga gapapa kok, aku gak akan maksa"
Ben mencoba mengerti, mungkin dia salah menangkap maksud pertanyaan Keymira barusan.
"Saya enggak bermaksud menuduh kamu, kamu bebas mau pilih kamar yang mana. Saya enggak akan melarangnya"
"Mana boleh, rumah ini milik mas jadi mas yang menentukan"
Karena tak mau memperpanjang kesalahpahaman Ben Derrick memutuskan mengajak Keymira sekamar dengan dirinya.
"Baiklah, kita satu kamar saja"
"Mas, aku kan bilang jangan memaksakan sesuatu yang memang mas belum siap, mending mas jujur kalau emang gak nyaman sama aku"
"Saya baik-baik saja, mungkin kamu yang butuh waktu untuk penyesuaian? Kamu boleh pilih sendiri dan untuk kamarnya kamu bebas memilih mau dimana"
"Tapi kata eyang putri dosa kalau suami-istri pisah ranjang"
Oke, kali ini Ben Derrick mulai dibuat bingung dengan wanita di depannya.
"Dan kamu siap untuk satu tempat tidur bersama saya?"
Keymira menggelengkan kepala namun buru-buru dia mengangguk setuju.
Ben Derrick jadi bingung apa sebenarnya mau wanita ini, tapi kalau dia tanggapi lagi pasti akan jadi panjang urusannya. Tanpa kata Ben merebut koper Keymira dan membawa benda itu menuju kamar pribadinya.
Keymira juga tak protes, dia mengekori suaminya hingga sampai di kamar Ben yang kini akan menjadi kamar mereka berdua.
Ben yang sudah lelah tentu langsung terpejam menunggu alam bawah sadarnya datang, sedangkan Keymira masih sibuk mencari posisi yang nyaman.
Dia bergeser terus hingga menghabiskan hampir setengah tempat tidur, terus merapat sampai berdesakan dengan Ben Derrick yang tak bergerak sedikit pun.
Seolah kasur king size itu tak memberi Keymira kenyamanan sedikitpun, Keymira akhirnya naik ke atas tubuh Ben Derrick, berbaring disana bak ranjang kecil favoritnya, tak peduli bagaimana terganggunya Ben akibat ulah Keymira.
Ben sudah menduga hal ini akan terjadi, dia tidak menegur Keymira atau menyuruh sang istri agar turun dari tubuhnya. Tetapi Ben justru memeluk Keymira dan kembali memejamkan mata.
"Mas" cicit Key.
Ben bergumam tanpa membuka mata.
"Eyang putri suruh aku ke rumah utama besok"
Barulah Ben mengangkat kelopak matanya yang sudah terasa berat.
"Ada apa?"
"Katanya mau kasih aku cincin punya eyang pas masih muda, semua perempuan di keluarga kamu udah eyang kasih perhiasan buat dikasih turun-temurun, cuma aku doang yang belum. Jadi eyang suruh aku kesana besok" Jelas Keymira.
"Besok saya antar kalau gitu"
"Tapi...." Keymira seakan ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Kenapa, Hmm?"
"Enggak, cuma agak males aja kalau aku datang selalu di tanya kapan hamilnya" ungkap Keymira.
"Jangan dimasukan ke hati, lagian itu cuma basa-basi supaya mereka punya topik buat ngobrol dengan kamu"
"Emang gitu, mas?"
"Iya, percaya sama saya"
Keymira tak lagi menyahut, dia percaya dengan suaminya, lagian baru satu tahun mereka menikah, apa yang salah kalau belum punya momongan? Mungkin memang hanya basa-basi saja untuk mencairkan suasana karena kecanggungan yang masih ketara.
Mereka akhirnya terlelap bersama dengan posisi yang masih tak berubah, walaupun setengah badan Ben terasa kebas dia tetap menikmati malam itu sampai pagi menjelang.
***
Dari pukul enam sampai pukul tujuh Keymira sudah disibukkan dengan aktivitas nya di dapur. Ya, menyiapkan sarapan untuknya dan suami, Keymira memang tak memperkejakan seorang pelayan tetap di rumah tersebut, dia lebih suka mengerjakannya sendiri. Paling Keymira akan menghubungi pekerja harian untuk membersihkan rumahnya.
Makanan empat sehat lima sempurna itu sudah disajikan di atas meja makan, sambil menunggu suaminya turun Keymira mencuci peralatan yang telah ia gunakan untuk memasak.
Pukul tujuh lebih Ben Derrick turun dengan pakaian kantor yang sudah rapi, dia menghampiri Keymira sembari menyapa istrinya tersebut.
"Selamat pagi, Key"
Keymira menoleh sejenak kemudian melanjutkan kegiatannya.
"Pagi juga mas, hari ini mas ke kantor? Bukannya mas janji mau anter aku ke rumah eyang putri sama eyang kakung?"
"Iya, tapi nanti siang aja. Saya kerja setengah hari habis itu baru kita kesana sama-sama"
Keymira mengiyakan sebagai persetujuan.
Tak lama Keymira bergabung dengan Ben Derrick untuk memulai sarapan, keduanya makan dengan tenang, hanya sesekali Key melontarkan pertanyaan disela-sela peraduan sendok dan garpu yang saling berdenting.
"Hari ini kamu ada kegiatan apa aja?"
"Cuma pergi ke rumah eyang, terusss....... Udah!"
"Besok?"
"Emm... Gak ada, cuma nunggu mas pulang" jawab Keymira seadanya.
"Kamu enggak bosan?"
"Bosen sih, pinginnya setiap hari main sama teman-teman, tapi mereka selalu sibuk kerja di hari biasa. Mas kan tau teman-teman aku kebanyakan masih single belum ada yang menikah kecuali aku" Tutur Keymira.
Ben Derrick memelankan kunyahannya, cukup tercenung mendengar penyataan tersebut, dia bisa membayangkan betapa jenuhnya Keymira selama ini, pantas saja perempuan itu gampang marah kalau dia pulang melewati jam seharusnya.
"Maaf saya belum bisa membagi waktu saya untuk kamu. Akhir-akhir ini saya sedang disibukkan oleh proyek baru dengan pemerintah"
Hening sesaat, Keymira belum menanggapi apa-apa, tangannya fokus memotong daging hingga terbelah menjadi potongan kecil.
Ben Derrick melirik sang istri sebentar, ingin melihat ekspresi Keymira ketika dia berkata demikian, apa dia akan sedih atau malah acuh tak peduli, dan tampaknya Keymira biasa-biasa saja, hal itu Ben lihat dari raut wanitanya yang memasang wajah datar. Ben pun kembali fokus pada makanannya.
Sampai lirihan kecil terdengar memenuhi ruangan itu.
"Emang kapan mas pernah punya waktu buat aku?"
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu