Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.
"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."
Aisha langsung menghentikan langkahnya.
Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Anita berdiri, dia melihat Aisha dengan tatapan penuh kebencian.
"Maaf. Kenapa anda begitu marah? Apakah anda merasa tersinggung?" tanya Aisha dengan polosnya.
"Seperti apa kataku, percuma jika badan dan wajahmu kamu tutupi tapi mulutmu tidak. Menghinaku sepertinya sudah menjadi kebiasaaanmu."
Siti dan Zainab berdiri dengan penuh keheranan melihat Aisha dan dokter itu kini saling memaki.
"Anda merasa terhina dengan perkataanku atau dengan perbuatan anda?"
Anita langsung berjalan menghampiri Aisha. Keduanya kini saling berhadap-hadapan.
"Jangan berani-berani kamu menghinaku lagi. Sudah cukup kamu merebut Alvian dariku. Jangan ditambah dengan hinaan-hinaan lainnya."
Siti dan Zainab kaget. Begitu juga dengan dua perawat disana.
"Tidak ada ceritanya seorang istri merebut suaminya dari wanita lain. Kalau sebaliknya justru banyak sekali," jawab Aisha tenang.
Anita semakin geram. Dia nampak tak tahan lagi, mengangkat tangannya ingin mencoba menarik cadar Aisha namun kemudian terhenti karena suara Alvian menahannya.
"Anita!" Alvian menghampiri keduanya.
"Maaf pak dokter. Kami akan mencari dokter lain, dokter yang anda rekomendasikan sangat jelek. Attitudenya buruk sekali," ucap Aisha sambil menarik tangan kedua kakaknya.
Anita bertambah geram. Namun dia tak bisa berbuat apapun karena ada Alvian yang terlihat sangat marah padanya.
Aisha keluar ruangan, berjalan dengan diiringi oleh kedua kakaknya.
"Dik, ada apa sebe ..." Zainab mencoba bertanya.
"Seperti yang kakak lihat dan dengar." Aisha memotong pertanyaan kakaknya dengan terus berjalan.
Zainab dan Siti saling berpandangan. Keduanya hanya mengikuti Aisha yang berjalan di depannya.
Aisha berjalan menuju customer servis, setelah berada di depan meja tiba-tiba tangannya ditarik oleh Alvian.
Alvian menarik tangan istrinya untuk menjauh dari sana, ke tempat yang sepi agar keduanya bisa berbicara.
Zainab dan Siti hanya melihat saja.
Aisha menepis tangan suaminya.
"Lepaskan!" Aisha terlihat marah.
"Maaf. Tapi kamu tidak usah mengadukan kejadian tadi. Maafkan dia."
Aisha mengerutkan keningnya.
"Mengadukan?"
Aisha tiba-tiba tersenyum. Dia akhirnya mengerti jika Alvian takut dirinya mengadukan perihal pertengkarannya dengan Anita tadi pada pihak Rumah Sakit.
"Tenang saja saya tidak akan mengadukan pacar anda. Minggir!" Aisha meminta suaminya untuk bergeser karena dia akan lewat.
Alvian tetap berdiri tegap di depannya.
"Lalu mau apa kamu ke customer servis?"
Aisha langsung melihat Alvian dengan kesal.
"Anda sepertinya sangat mencintainya hingga takut kariernya akan hancur! Sudah saya katakan kalau saya tidak akan mengadukan sikap kekasih anda yang abnormal itu." Aisha mendorong dada Alvian sedikit keras hingga suaminya mundur dan memberinya jalan untuk lewat.
Zainab dan Siti yang melihat kejadian itu dari kejauhan merasa miris, tak disangkanya jika rumah tangga sang adik rupanya tak baik-baik saja.
Aisha kembali berjalan menuju meja customer servis, Alvian memperhatikan di belakangnya, dia melihat Aisha menanyakan sesuatu pada orang yang ada di sana.
Setelah selesai Aisha menghampiri kedua kakaknya, Alvian lalu melihat ketiganya duduk di bangku yang tak jauh dari sana.
Alvian lalu pergi.
***
Aisha duduk dengan diapit oleh kedua kakaknya, kedua tangannya dipegang oleh mereka.
"Kenapa tidak pernah bercerita dik?" tanya Siti dengan berkaca-kaca.
Aisha langsung tersenyum, berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Aku tidak apa-apa kak. Sudah anggap saja tidak terjadi apapun tadi." Aisha berusaha untuk tersenyum.
"Berhentilah berpura-pura. Kamu akan lelah jika bersikap seakan semuanya baik-baik saja." Zainab mengelus punggung adiknya.
Aisha terdiam. Dia menundukkan wajahnya. Kakaknya benar. Dia lelah.
"Dokter tadi pacarnya suamiku," ucap Aisha pelan.
Zainab dan Siti langsung menggenggam tangan adiknya lebih erat. Keduanya tak bertanya lebih banyak lagi, tahu karena itu hanya akan lebih menyakiti Aisha.
Siti menangis, begitu juga dengan Zainab. Di balik cadar ketiganya menangis diam-diam.
Kali ini setelah sekian lama Aisha kembali menangis, kecewa karena telah membuat kedua kakaknya bersedih.
Beberapa saat kemudian.
Ada seorang perawat yang menghampiri mereka dan meminta mereka untuk ikut karena Dokter kandungan lain sedang menunggu.
"Katanya kita harus menunggu 2 jam lagi agar bisa diperiksa dokter Arif?" tanya Aisha heran sambil berjalan mengikuti perawat di depannya.
"Seharusnya seperti itu, tapi dokter Arif sendiri yang meminta saya untuk memanggil kalian sekarang."
***
"Ada jaringan yang tersisa di rahim sepertinya saat kuretase waktu itu dilakukan kurang bersih atau bisa saja ada masalah lainnya, sehingga itu yang mengakibatkan terjadinya infeksi, jadi ibu harus di rawat dan dilakukan kuretase lagi," ucap Dokter Arif.
Akhirnya Siti langsung dirawat saat itu juga dimasukkan ruang perawatan, namun anehnya dia ditempatkan di ruang VIP.
"Kami memesan kamar biasa saja," ucap Aisha menghampiri bagian administrasi.
"Ini permintaan dokter Alvian, beliau sudah menanggung semua biayanya."
Aisha tampak kaget, dia kembali berjalan menuju ruangan Siti, namun dikejutkan oleh Alvian yang rupanya sudah berdiri di hadapannya.
"Kak Siti akan baik-baik saja. Aku sudah meminta dokter Arif untuk merawatnya dengan baik."
"Terima kasih," jawab Aisha tanpa melihat suaminya, kembali akan melangkah.
"Maafkan aku. Tadi aku sempat salah paham. Rupanya kamu ke customer servis tadi hanya untuk mencari dokter kandungan lain."
Aisha tak merespon dia nampak akan melangkah lagi, tapi lagi-lagi Alvian menghentikannya.
"Aku dan dia sudah putus, sudah lama kami tak berhubungan lagi."
"Oh," jawab Aisha datar.
"Terus?" tanya Aisha melihat suaminya.
"Tidak ada. Aku hanya ingin kamu tahu itu saja. Aku dan Anita tak ada hubungan apa-apa lagi," ucap Alvian menatap Aisha lekat.
"Lalu reaksi apa yang ingin anda dapatkan dari saya?"
"Saya berteriak senang, bertepuk tangan, berjingkrak-jingkrak kegirangan lalu memeluk anda dan berkata 'Akhirnya suamiku telah kembali ke jalan yang benar' begitu?"