Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Sekolah
Di parkiran sudah ada Revan bersama gengnya dan Fani, dari tadi pandangannya ke arah gerbang, menunggu seseorang yang membuatnya kesal.
Dia ingin melampiaskan kekesalannya pada Zanaya saat bertemu nanti, bahkan dia menghiraukan pekikan histeris dari murid cewek yang menurutnya norak.
Fani tahu jika yang datang adalah Zanders, tapi dia tidak tahu jika Zanders datang bersama Zanaya, sebab dia sangat tahu jika Zanaya sangat membenci keluarganya sendiri akibat dari hasutannya. Mengingat itu membuat mood Fani sedikit membaik.
Zanaya mengarahkan pandangannya ke arah mobil sport berwarna merah muda miliknya yang dipakai Fani, dia tahu Fani sengaja meninggalkannya seperti sebelum-sebelumnya.
Gadis cantik itu memang sangat bodoh, sehingga mobilnya pun tak luput diberikan pada Fani, alasannya agar Fani bisa menjemputnya ke sekolah tanpa perlu dia menyopir.
Tak ada yang tahu jika Zanaya anak dari keluarga Dixon kecuali Revan, di sekolah pun Zanaya seolah tidak saling kenal dengan kakaknya karena Fani, Fani mengatakan jika Revan tidak suka wanita yang memamerkan kekayaannya.
'Ah sepertinya aku memiliki ide untuk mobil itu' ucap Zanaya dalam hati menyeringai.
Dia membuka helmnya, membuat siapapun melihatnya menahan nafas. Gadis cantik itu tidak mempedulikan sekitarnya dia hanya menata rambutnya yang sedikit kusut. Bahkan para kaum adam memujinya secara terang-terangan.
"Kakak angkat telfon dulu dari asisten kakak, tunggu kakak yah, kita sama-sama masuk kelas!" ucap Zanders yang di angguki Zanaya, Zanders menjauh dari adiknya sebab suara bising dari gadis yang menjadi fansnya.
Geng Revan yang terdiri lima orang itu melotot, baru kali ini melihat gadis secantik itu. Eh, tunggu dulu, sepertinya mereka merasa familiar.
'Zanaya'
"Itu-itu Zanaya?" Seorang pemuda bernama Doni tergagap mengucek matanya memastikan.
"Bener, dia Zanaya," sahut Mahen membenarkan, dia sampai tidak berkedip.
"Gila! Cantik sekali dia!" puji Dika dengan mata berbinar.
"Hmm ... " Deheman seorang pemuda bernama Alfa
Revan bahkan tidak berkedip saat melihatnya begitupun temannya yang lain. Fani yang mendengar nama Zanaya disebut-sebut mengalihkan pandangannya ke arah atensi orang-orang.
Baru saja dia akan mengomel dan mempermalukan Zanaya seperti biasa, matanya langsung melotot saat melihat perubahan Zanaya.
'Sialan ini tidak boleh terjadi!' umpat Fani dalam hati, dia memang tahu wajah asli Zanaya yang sangat cantik bahkan tanpa make up sekalipun, makanya dia menyuruh Zanaya memakai make up ala tante girang dengan rambut di kuncir dua dengan kacamata bulatnya.
Gegas Fani menghampiri Zanaya yang turun dari motornya tanpa memperdulikan tatapan heran dari Revan serta yang lainnya. Kemudian dia menarik tangan Zanaya dengan keras tanpa sadar.
"Ayo ikut aku!" ujarnya.
"Lepas! Kamu siapa sih?" desis Zanaya menepis tangan Fani.
Fani sepertinya bebal, dia tetap menarik tangan Zanaya tanpa memperdulikan ucapan Zanaya.
"Saya bilang lepas!" ujar Zanaya dingin, menepis tangan Fani kedua kalinya, Fani tertegun menatap Zanaya yang menatapnya dingin.
"Kau siapa?" Suara dingin Zanaya menyadarkannya.
Fani terkekeh, "Kamu tidak usah becanda deh Naya," ujarnya, dia mengira Zanaya hanya bercanda.
"Sebaiknya kamu ikut aku ke toilet, sebelum kamu di benci sama Revan karena tidak pake makeup dan tidak berpenampilan kayak dulu" ujarnya lagi, seolah perhatian membuat Zanaya berdecih sinis.
Dia kembali menarik tangan Zanaya, tapi dengan cepat Zanaya menepisnya, "Kamu siapa sih? Datang-datang langsung tarik tangan orang," ketus Zanaya, membuat mata Fani membulat sempurna.
"Kamu tidak ingat aku? Aku sepupu kamu," ujarnya dengan kalimat terakhir suaranya dikecilkan. Dia tidak mau ada yang tahu jika memiliki hubungan dengan Zanaya.
"Maaf saya tidak kenal kamu," sahut Zanaya datar.
Fani menggeleng tidak percaya, "Tidak! Tidak!Aku tidak percaya. Mendingan kamu ikut aku deh, sebelum Revan marah ke kamu, " kata Fani bebal mencoba menarik tangan Zanaya lagi.
Zanaya lagi-lagi menepis tangan Fani, "Apa-apaan sih kamu? Tidak usah pegang-pegang tanganku," bentak Zanaya, membuat Fani terkesiap.
Melihat mereka berdua berdebat Revan beserta antek-anteknya segera menghampiri gadis cantik tersebut.
Revan segera mendorong pundak Zanaya, tapi Zanaya dengan sigap mundur tak ingin disentuh.
"Kamu apa-apaan sih? Bentak Fani seperti itu," hardik Revan merangkul pundak Fani.
"Apa kamu kekasihnya dia?" tunjuk Zanaya dingin membuat Revan dan yang lainnya tertegun.
Mereka tidak percaya Zanaya berkata seperti itu pada seorang Revan yang notabenenya pemuda yang dicintai Zanaya.
"Kalau anda kekasihnya, bilang pada pacar anda jangan tarik-tarik tangan orang sembarangan, apalagi orang yang tidak dikenal," ketus Zanaya tanpa menghiraukan tatapan mereka.
Mendengar suara ketus Zanaya mereka tersadar, "Heh! Tidak kenal? Tidak usah pura-pura deh! Trik apa lagi yang ingin kamu mainkan," ujar Revan
Setelah menutup telfonnya, Zanders segera melangkah ke arah sang adik, tapi melihat sang adik dikelilingi orang-orang Revan dan Fani, membuat Zanders segera mendekat.
"Ada apa ini?" Zanders menyela ucapan Zanaya, membuat semua orang menoleh padanya.
"Zay kamu tidak apa-apa?" tanya Zanders khawatir pada sang adik.
Gadis cantik itu menggeleng, "Aku tidak papa Kak," ujarnya lembut. Sontak yang tidak tahu hubungan mereka melotot terlebih Fani, apa yang telah dia lewatkan kenapa Zanaya berbicara lembut pada Zanders.
"Ini ada apa Dek?" ulang Zanders bertanya karena penasaran.
"Tidak tahu kak, ini orang tiba-tiba datang tarik-tarik tangan Zay. Padahal Zay tidak kenal dia, dia memaksa Zay untuk ikut dengannya ke toilet," ujar Zanaya jujur.
Zanders menatap Fani dengan datar, "Tidak seperti itu, aku tidak bermaksud buruk pada Zanaya," ujar Fani gelagapan.
"Tidak usah deketin adikku lagi," ketus Zanders, dia tahu watak Fani yang hanya ingin memanfaatkan sang adik.
"Tidak perlu berbicara seperti itu pada Fani! ajarin tuh adek kamu, trik apa lagi yang dia mainkan untuk tarik perhatian aku," ujar Revan datar menunjuk Zanaya, berkata dengan percaya diri
Zanders terkekeh, "Asal kamu tahu, adek aku tidak main trik apapun untuk dapetin perhatian kamu, karena dia memang amnesia," ketus Zanders. "Dan kamu tahu penyebab adek aku amnesia? Itu karena ulah kamu dan dia," tunjuknya pada Revan dan Fani.
Zanders dan seluruh keluarganya sepakat untuk mengatakan jika Zanaya amnesia atas permintaan sang kakek, agar semua orang tidak curiga perubahan Zanaya secara drastis.
Revan berdecih, "Cih, kamu pikir aku bakalan percaya? Itu hanyalah akal-akalan dari adek kamu yang murahan ini," sanggah nya dengan nada menghina.
Zanders langsung memberikan bogem mentah pada Revan, membuat Revan tersungkur, "Apa adek aku pernah menawarkan tubuhnya didepan kamu, atau kamu pernah lihat adek aku jalan sana sini gonta ganti cowok? Tidak pernah kan! Dia hanya mengejar kamu, dan aku pastikan adek aku tidak bakalan pernah ngejar kamu lagi, camkan itu!" Tunjuknya dengan wajah memerah, Revan hanya bungkam.
Zanders segera menggandeng tangan sang adik lembut, diiringi tatapan dingin Zanaya pada Revan, membuat pemuda itu tertegun.
Revan bangkit dari duduknya di bantu Fani, yang hanya diam mencerna semuanya.
"Aku yakin dia hanya pura-pura, memang apa yang menyebabkan dia amnesia?" tanya Revan tak percaya.
"Sepertinya bukan Zanaya deh yang pura-pura lupa, tapi kamu," celetuk Alfa pedas.
"Maksud kamu apa?" tanya Revan tak mengerti.
Alfa terkekeh, membuat orang heran. "Kamu tidak ingat, Zanaya sebulan yang lalu tepatnya saat kita pulang sekolah untuk liburan semester, dia kecelakaan saat menyelamatkan kalian berdua," tunjuk Alfa membuat Revan bungkam. "Sudah ingat? Dan aku tebak kalian berdua pasti tidak ada yang menjenguknya di rumah sakit sekalipun, sebagai rasa terimakasih sekaligus merasa bersalah," Ucapan Alfa tepat sasaran, membuat Revan tertohok.
Alfa meninggalkan teman-temannya yang terdiam membisu, bahkan siswa-siswi yang menyaksikan itu pun ikut terdiam. Bagi kelas 10 mereka tidak mengerti sebab murid baru.
Tapi bagi kelas 11 dan 12 mereka tahu kejadian itu, karena tepat didepan sekolah mereka. Mereka semua juga tidak menyangka jika Zanaya amnesia.
Disepanjang koridor sekolah, kakak beradik itu menjadi pusat perhatian, terlebih pada Zanaya, mereka seolah merasa familiar dengan gadis itu.
hukum mereka zanaya, beraninya mengusik hubunganmu dengan zion dan ingin menguasai hartanya zion.