Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. PIL di hati Astin
Pada sore hari ketika Astin kembali ke rumah, dia terkejut saat mendapati Chika berada di rumahnya.
"Astin," ucap Chika langsung berdiri begitu melihat kedatangan Astin.
Astin memperhatikan sekitarnya, tidak mendapati siapapun di tempat itu kecuali kepala pelayan yang tampak turun dari tangga.
Apa perempuan ini masuk ke rumah orang tanpa permisi?
Memikirkan itu, Astin teringat bahwa di masa lalu Chika memang selalu bebas berkeliaran di rumah itu seolah-olah rumah tersebut ialah rumahnya sendiri.
"Ada apa?" Tanya Astin seraya berjalan ke arah sofa tunggal dan duduk di sana dengan kaki kanan di atas kaki kiri.
Sikapnya yang angkuh dan dingin mengejutkan Chika hingga Chika terdiam sesaat sebelum berkata, "Kau dari mana saja? Aku menunggumu dari tadi."
Astin mengangkat sebelah alisnya, perempuan ini menunggunya?
Pasti ada sesuatu lagi!
"Ada apa?" Tanya Astin dengan suara yang datar membuat Chika merasa tidak senang.
Chika berusaha menenangkan dirinya, mengurung emosinya agar tidak keluar melihat perempuan di hadapannya yang tampaknya telah kehilangan kesadaran.
Beraninya bersikap arogan di depannya?!
"Kau harus melihat ini," Chika menunjukkan layar ponselnya pada Astin.
Awalnya astin sama sekali tidak tertarik, tapi melihat ekspresi Chika yang tampaknya tak akan berhenti sebelum dia melihat ponsel perempuan itu, maka Astin mengambil ponsel Chika dan segera mengecek isinya.
Kening Astin mengerut.
"Itu fotomu di acara amal tadi siang, sekarang banyak diperbincangkan di internet," kata Chika saat melihat keterkejutan Astin.
Bagaimana pun selama ini dia telah memberitahu Astin agar tidak terlibat dengan dunia internet, sebab Erik tidak menyukai hal itu, jadi Chika merasa lega melihat Astin tampak tidak senang dengan apa yang ia perlihatkan pada Astin.
Bukankah ini menandakan Astin sebenarnya masih memiliki rasa pada Erik hingga membuatnya menjaga diri sebaik mungkin?
Namun detik kemudian Chika semakin terkejut saat mendengar Astin berkata, "cantik juga. Aku harus berterima kasih pada orang yang telah mengambil fotoku."
"Apa?" Mata Chika melotot, hampir keluar dari tempatnya, "kau,, bukankah kau harus menuntut orang itu karena melakukannya tanpa persetujuan? Kau lupa kalau Erik sama sekali tidak menyukai perempuan yang--"
"Tunggu!" Astin memotong ucapan Chika, "bukankah aku sudah menegaskan padamu kalau aku tidak pernah menyukai Erik? Aku sudah bersuami sekarang, bukankah kau harus memperhatikan posisiku kalau kau mengatakan hal tidak masuk akal sepeti itu?" Tanya Astin sambil melirik kepala pelayan yang berada tak jauh dari mereka.
Chika mengikuti arah tatapan Astin, ekspresinya dengan cepat berubah, "ah,, maafkan aku, aku tidak tahu kalau ada,,," Chika menahan ucapannya, tapi kepala pelayan yang mendengar itu sudah bisa menebak jelas maksud Chika, "bagaimana kalau kita bicara di tempat lain?" Ucap Chika sambil berdiri, dia pikir Astin hanya tidak mau mengakuinya karena di dekat mereka ada kepala pelayan.
"Tidak perlu, katakan saja di sini," ucap Astin masih dengan suara yang datar.
Chika melirik kepala pelayan, "Tapi,, ada kepala pelayan--"
"Memangnya apa yang kalian bicarakan sampai begitu risih dengan kehadiran kepala pelayan?" Tiba-tiba sebuah suara dari arah pintu masuk membuat Chika menoleh ke sumber suara.
Sandriana yang baru saja pulang kerja menghampiri dua perempuan di ruang tamu dengan ekspresi penasaran.
"Ah, Tante," Chika kembali duduk, berusaha memperbaiki sikapnya sambil menatap Astin. Tingkah laku Chika itu semakin memberi petunjuk pada Sandriana bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ada apa?" Tanya Sandriana untuk yang kedua kalinya.
"Chika datang kemari dan tiba-tiba menyudutkanku bahwa aku menyukai pria bernama Erik, padahal mengenalnya saja tidak, bahkan ini pertama kalinya aku mendengar nama itu," kata Astin membuat Chika kembali terkejut untuk yang kesekian kalinya.
"Apa?" Sandriana langsung menatap Chika, tak percaya Chika mampu bersikap sepeti itu.
Saat yang sama, Arga juga muncul dari pintu depan, baru saja pulang bekerja.
"Tidak tidak tidak!" Chika menggelengkan kepalanya dan melambaikan kedua tangannya di depan, "bagaimana mungkin aku begitu?! Aku hanya,, hanya,,," Chika melirik Astin sambil menggigit bibir bawahnya, "Astin, bagaimana bisa kau,," suara Chika berubah serak, air mata langsung menetes di pipinya membuat Sandriana merasa bersalah.
"Chika, tante bukannya--"
"Ibu bisa bertanya pada kepala pelayan jika tidak memercayai ucapanku, kepala pelayan mendegar pembicaraan kami," ucap Astin sambil berdiri, dia tidak mau memberi kesempatan pada Chika untuk terus bersandiwara.
Meski dia tahu kepala pelayan tidak akan membelanya, tetapi Astin hanya ingin melarikan diri dari tempat.
Jadi Astin langsung berdiri, melirik Arga beberapa saat sebelum melangkah menaiki tangga.
Chika pun kalang kabut, dia menatap Sandriana, "tante, tidak, aku hanya,, aku,, aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Aku dan Astin sudah lama bersama, kami berbagi cerita, bahkan saling berbagi rahasia, tadinya aku pikir tidak ada yang mendengar kami, tapi,,, tapi,, tolong tidak usah memperdulikan apa yang terjadi hari ini. Aku akan pulang sekarang, aku sudah,,, aku sudah salah. Aku minta maaf," kata Chika menyeka air matanya lalu mengambil tas dan berlalu pergi.
Arga pun telah naik ke lantai dua, hingga tersisa Sandriana yang menatap kepala pelayan, "apa yang terjadi?" Tanya Sandriana.
Sang pelayan pun menceritakan apa yang ia dengar membuat Sandriana terkejut.
"Chika lebih dulu membicarakannya?" Tanya Sandriana.
"Ya, Nyonya, sepertinya Nona Chika tidak menyadari kehadiran saya, lalu Nona muda menyangkalnya karena menyadari saya mendengarnya," jawab Sang kepala pelayan.
Sandriana mengeryit, jika benar begitu, maka sepertinya sudah ada PIL di hati Astin. Sebab tidak mungkin Chika akan mengatakan omong kosong, selama ini Astinlah yang terus membuat kesalahan.
Namun kesalahan sekarang...
Masih bisakah itu di tolerir?
dasar ular kadot