Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembar c4del menggemaskan
4 tahun kemudian.
"MBAAAAKK! BELIII! BELII!" Teriak seorang wanita di depan warung.
"CEBENTAAALL! CUALAMU MENYIKCA DILIKU KALI LACANYAAA!" Sahut seorang bocah dari dalam dengan kecadelannya yang menggemaskan.
Tak lama, datang kedua bocah kembar yang terlihat sangat menggemaskan. Kedua bocah itu menaiki kursi agar bisa melihat wanita tersebut. Pipi berisi bocah itu membuat siapa pun akan gemas terhadap mereka. Kulit putih bersih, hidung kecil yang mancung, serta rona merah di pipi mereka menambah kesan gemas padanya. Keduanya kembar identik, yang membedakan hanyalah warna rambut mereka.
"Beli apa? Mommy lagi di kamal mandi," ujar seorang bocah berambut coklat dengan bando berwarna biru di kepalanya.
"Eh dek Lexa, ibu mau ambil minyak dua liter yah. Sama gula nya seperapat." Pinta wanita tersebut.
Alexa Qirania namanya, Bocah gembul itu mengangguk. Dia turun perlahan dari kursi dan mengambilkan pesanan yang ibu minta tadi. Di umurnya yang baru empat tahun, dirinya sudah bisa melayani pembeli. Kecerdasannya dan juga kembarannya membantu sang mommy untuk menjaga warung.
"Totalna empat puluh lima lebu, mana duitnya?" Seru bocah gembul berambut hitam setelah menghitung totalnya di kalkulator yang dirinya pegang.
"Nah balangnya Lija, belapa halganya jadinya?" Tanya Alexa pada kembarannya yang bernama Eliza Qirania.
Ya, keduanya adalah anak kembar yang Alice lahirkan 4 tahun lalu. Kini, kedua anak itu tumbuh sehat dan pintar. Walaupun, keduanya tak di dampingi oleh seorang daddy sedari mereka lahir.
"Empat puluh lima lebu." Jawab Eliza sembari menatap kalkulatornya.
Tatapan Alexa beralih pada wanita tersebut, dia menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Di antara keduanya, Alexa lah yang paling bermulut pedas. Jika Eliza, dia akan menggunakan otaknya untuk melawan lawannya.
"Hehe, dek Al sama El. Ibu ngu ...,"
"Heee ... Ndaaa! Nda bica ngutang-ngutang. Memangnya walung punya kakek moyangna citu? Bica bangklut lama-lama. Jangan ngutang telus, capek ngitung utangnya. Di kila hidupnya Lekca buat itung utangnya citu. Makanya, jangan poya-poya telus. Bica poya-poya tapi beli minyaknya ngutang. Cukulnya umulna citu nda ngutang juga. Menyikca diliku kali lacanya." Sela Alexa dengan tatapan tajam pada wanita tersebut.
"Hais, bilang saja pada mommy kalian. Ibu ambil dulu yah, nanti sore di bayar. Beneran kok," ujar wanita itu meyakinkan.
Alexa melirik Eliza, kedua kembar itu saling menatap seakan saling bertanya. Lalu, keduanya kembali menatap wanita tersebut dengan tatapan sinis.
"Nda boleh, bawa dulu uangnya cini. Nda ada ngutang, kemalin bilangnya gitu juga. Nda lagi pelcaya aku cama janji manis mu. Menyikca kali diliku cama janjimu itu." Ketus Alexa.
"Ish! Pelit banget sih! Masih kecil juga! Mana ngerti kamu kebutuhan ibu rumah tangga!" Ketus wanita tersebut.
"Ada apa ini yah?" Terlihat, seorang wanita cantik datang menghampiri mereka.
Melihat kedatangan Alice, wanita itu akan membuka suaranya. Namun, Alexa lebih dulu berbicara yang mana membuat wanita itu kembali menutup rapat bibirnya. "Dia mau ngutang lagi, nda ada uang ngapain beli! Di bilang culuh bayal nda mau, dia nya malah-malah. Menyikca diliku kali lacanya!" Ketus Alexa.
Tatapan Alice mengarah pada wanita itu, tampak wanita itu terlihat jutek padanya. Alice tentu mengenalnya, dia adalah warga baru di rusun yang mereka tinggali. Memang, kerap kali berhutang di warungnya. Bahkan, hutangnya sudah menumpuk dan belum di bayar. Alice tak enak menagihnya, tetapi apa yang wanita itu perbuat sudah keterlaluan.
"Bu sukma, maaf. Bukan maksud saya menggurui, tapi ada baiknya hutang Bu Sukma kemarin di bayar dulu. Saya juga butuh perputaran modal, jadi maaf ... saya menagih hutang Bu Sukma." Ujar Alice dengan sopan.
"Heleh! Kamu itu cuman penjaga warung! Buktinya, Bu Liana boleh-boleh aja tuh kalau saya ngutang!" Ketus wanita bernama Bu sukma itu.
Alexa mendekatkan wajahnya pada Eliza, hingga membuat jarak antara keduanya menipis. Eliza yang mengerti pun segera mendekatkan telinganya. "Pantecan namanya Bu cukma, olang cama cepelti hatinya. Bu*cuk." Bisik Alexa.
"Hus, nanti dia dengal. Jangan bilang Bu*cuk, tapi bilangnya bau." Bala Eliza yang mana membuat keduanya terkikik geli.
Brak!
"Kalian sedang membicarakan saya yah?! gak ada sopannya yah kalian! Pantas saja, anak tanpa ayah seperti kalian ini memang gak terdidik! Jangan-jangan, kalian ini justru anak h4ram!" Sentak Bu Sukma yang mana membuat Alice menatapnya dengan sorot mata penuh kemarahan. Hati ibu mana yang tidak hancur ketika anaknya di katakan sebagai anak h4ram. Tentunya, Alice seagai ibu dari si kembar pun tak terima.
"Cukup yah Bu Sukma! Disini anda yang salah! Seharusnya anda membayar hutang anda bukan malah menghina kedua putriku! Biarpun mereka tidak memiliki ayah, tapi setidaknya mereka tidak j4hat seperti anda!" Sentak Alice dengan tatapan tajam.
Bu Sukma memasang raut wajah sinis, dia menatap Alice dengan memandang rendah padanya. "Jangan-jangan, kamu ini istri simpanan. Pantes saja saya tidak pernah melihat suami kamu." Desis Bu Sukma.
"Eh ... eh ... eh ... ngapain kamu?! Mau ngutang lagi hah?!" Tiba-tiba Liana datang sembari membawa kemoceng dan mengarahkannya pada Bu summa.
Terlihat, Bu Sukma menahan kesal. Dia pun bergegas pergi dari tempat itu sebelum Liana melayangkan kemoceng itu padanya. Liana pun tampak kesal karena kedatangan Bu Sukma, dia pun beralih menatap Alexa yang sedang mengelus kepala Eliza.
"Apa dia sudah bayar hutangnya?" Tanya Bu Liana.
"Belum bu." Jawab Alice.
"Benar-benar dia, warga baru beberapa bulan udah punya hutang sana-sini. Bikin engap rusun ini aja." Gerutu Liana.
"Benel itu nenek, di lempal ke laut aja halusnya dia. Makca lagi, mulutnya itu nda copan. Mau di talik kayaknya bibilnya, menyikca diliku kali lacanya." Sewot Alexa.
Liana tersenyum, dia masih menatap Alexa yang terlihat kesal karena kedatangan Bu Sukma. Sementara Eliza, dia tengah memikirkan apa yang Bu sukma tadi katakan. Anak itu pun beralih menatap sang mommy dengan tatapan lekat.
"Mom." Panggil Eliza.
"Ya sayang?" Sahut Alice.
"Apa itu anak halam? Kenapa Bu cukma bilang kita anak halam?" Tanya Eliza yang mana membuat raut wajah Alice berubah pias.
"Jangan dengarkan bu Sukma yah nak." Ijar Alice seraya mengelus lembut kepala putrinya.
"Mommy, dimana daddy kami?" Pertanyaan Alexa membuat d4da Alice terasa sesak.
.
.
.
Di lain tempat, tampak seorang pria turun dari mobil mewahnya. Kaca mata hitam bertengger apik di hidung mancungnya. Tangannya pun mengaitkan kancing jas kemejanya sembari berjalan memasuki gedung tinggi perkantoran miliknya. Pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Dario.
Kini, usahanya semakin sukses. Dirinya semakin di kenal banyak orang karena kesuksesannya. Bahkan, dirinya di juluki miliarder termuda beberapa tahun terakhir. Jelas saja, banyak wanita yang mendekat padanya. Namun, tetap saja pria itu belum juga melupakan Alice.
"Tuan Dario, ada masalah dengan tanah yang baru saja kita beli Minggu lalu." Terang seorang pria ya g berjalan disisi Dario
"Kita bicara di ruanganku." Putus Dario sembari menekan handle ruang kantornya. Lalu, pria memasukinya dengan di ikuti oleh Asistennya.
Dario duduk di kursi kebesarannya, dia melepas kaca mata hitamnya dan menatap Asistennya yang berdiri di hadapan mejanya. Mata elangnya menatap tajam arah Asistennya yang terlihat takut itu. "Katakan saja," ujar Dario.
"Tuan, tanah yang kita beli ternyata adalah tanah rumah rusun yang masih berpenghuni."
"Apa? bukankah sebelumnya dia bilang itu tanah kosong? Apa kamu tidak mengeceknya?!" Pekik Dario dengan tatapan dingin.
Asisten Dario meneguk kasar lud4hnya, tatapan tuannya membuat dirinya semakin takut. Semenjak kepergian Alice, Dario menjadi pria dingin yang tak tersentuh. Bahkan, kerap kali pria itu marah hanya karena hal kecil.
"Saya sudah mengeceknya, tapi sayangnya ... saya kecolongan. Kita di tipu Tuan, maafkan saya." Lirih Asisten Dario sembari menundukkan kepalanya.
"Aku ingin memecatmu, tapi semuanya sudah terjadi. Begini saja, kamu harus pastikan penduduk rusun itu pergi secepatnya. Bagaimana pun caranya. Jika mau cara gampang, libatkan polisi dalam urusan ini. Satu minggu, kamu harus bisa mengusir mereka dari rusun itu. Paham?!" Asisten Dario mengangguk setuju, dia akan mempertanggung jawabkan kelalaiannya.
Dario beralih menatap pada jendela ruang kerjanya, dari jendela itu dia bisa melihat langsung langit biru yang terlihat sangat cerah. Tapi, suasana hatinya tak secerah itu. Sejak kepergian Alice, perasaan Dario sangat kacau. Kehidupan nya pun sangat kacau. Pria yang dulunya ramah, kini menjadi dingin tak tersentuh.
"Alice, lima tahun sudah kamu pergi. Sampai saat ini juga, aku tidak pernah tahu alasan kamu pergi meninggalkan aku." Batin Dario dengan menahan sesak di d4danya.