Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Muli menceritakan pada Kasih lebih jelas dari apa yang Darna ceritakan padanya. Bagaimana dia di jebak sampai harus meninggalkan orang tuanya dan juga wanita yang sangat di cintainya. Semua kepahitan itulah yang membuat lubang di dalam hatinya hingga dia menjadi begitu dingin dan tidak lagi ingin mengenal cinta.
“Tolong, Tante. Tante berjanji akan memberikan apapun yang kamu mau asalkan kamu mau menikah dengan anak Tante,” pinta Muli pada Kasih sambil menggenggam kedua tangannya.
“Tante yakin kamu bisa membuat hatinya luluh, kamu bisa mengembalikan senyum di wajahnya lagi,” sambung Muli.
Kasih terlihat berfikir, dia juga merasa iba mendengar cerita Muli tentang Dimas yang begitu menyedihkan.
“Belum lagi Aurel, anak itu bahkan sangat jarang terdengar suaranya di rumah. Anak seusianya harusnya berlarian main bersama teman-temannya, tapi Aurel benar-benar menutup dirinya seperti Ayahnya. Mereka butuh kamu, mereka butuh semangat kamu, Kasih.”
Kasih sepertinya tersentuh, dia memandang Raya yang duduk di samping Darna. Gadis itu hanya mengendikkan bahunya dan menyerahkan semua keputusan pada Kasih karena dia yang akan menjalaninya.
“Bagaimana kalau kamu mencoba selama setahun. Jika dalam setahun baik Dimas ataupun Aurel tidak bisa membuka hatinya untuk kamu, kamu boleh melepaskan mereka.”
“Nikah kontrak?” tanya Kasih memperjelas.
“Tidak sayang, hanya seandainya saja. Kalau dalam setahu Dimas masih dingin dan mengacuhkan kamu, Tante sendiri yang akan memintanya menceraikan kamu.”
Sepeninggal Muli, Kasih kembali ke dalam kamarnya bersama Raya. Sepupunya itu terpaksa menginap di rumah Kasih karena Kasih membutuhkannya untuk berbagi pikiran.
“Bagaimana Ray? Apa aku terima saja?” Kasih masih sangat bimbang.
“Terserah kamu sih, kalau dalam waktu setahun gunung es tidak mencair setidaknya ada janji Tante Muli yang cair.” Kasih menatap Raya dengan mengerutkan keningnya, lalu saat dia mengerti maksud Raya senyum ceria langsung tersungging di wajahnya.
“Dan juga aku masih perawan ting-ting pas cerai sama dia.” Sepertinya Kasih sudah menemukan jawaban yang akan dia berikan pada Dimas dan Muli.
Setelah mendapat jawaban dari orang tua Kasih, Muli langsung menemui Dimas dan mengatakan perihal pernikahan mereka.
“Gadis itu mau?” tanya Dimas mengingat saat pertemuan mereka Kasih seperti tidak tertarik menjadi istrinya yang hanya sebatas menjadi baby sitter untuk Aurel.
“Iya, dia mau,” Muli tentu sangat senang. Dia akhirnya bisa membujuk Kasih agar mau menikah dengan Dimas.
“Kamu sudah bicara sama Aurel?” Dimas menggeleng.
“Dimas akan bicara nanti malam.” Muli mengangguk.
“Kalau begitu nanti malam Ibu akan ke rumah Kasih dan melamarnya secara langsung. Kira-kira bulan ini kamu banyak pekerjaan?” tanya Muli.
“Selalu banyak pekerjaan, Bu. Ada apa?”
“Rencananya Ibu mau pernikahan kalian di laksanakan bulan ini, biar secepatnya Kasih bisa pindah kesini,”
“Atur saja, Bu. Dimas akan menyesuaikan waktunya.” Muli bernafas lega, walaupun sifatnya menjadi dingin tapi dia tetap menjadi anak yang penurut.
Malam harinya, Dimas mendatangi Aurel di kamarnya, anak itu hanya berdiam diri di dalam kamar sepanjang hari sepulang sekolah. Dimas membuka pintu dan mendapati anaknya sedang membaca sebuah buku cerita.
Dimas mengambil buku itu dari tangannya dan membacakan untuknya.
“Sayang,” Aurel mendongak menatap Papanya. “Kamu tidak apa-apakan kalau Papa menikah lagi?”
“Maksud Papa menikah lagi itu apa?” tanya Aurel dengan polos.
“Papa akan punya istri yang akan menjadi Mama kamu.”
“Mama? Jadi setelah Papa menikah, Aurel akan punya Mama baru? Bukan Mama Monika?” tanyanya lagi.
“Bukan sayang, Mama Monika sudah pergi meninggalkan kita. Mama yang baru akan jauh lebih baik dari Mama Monika.”
Gadis kecil itu hanya diam, dia mengambil buku cerita yang masih di pegang Papanya dan melanjutkan membaca ulang dari awal buku cerita itu.
“Kamu tidak mau punya Mama, bukannya kamu selalu mencari Mama?” Dimas melihat reaksi Aurel yang tidak begitu tertarik.
Gadis itu menutup bukunya, dia tersenyum menatap Papanya walaupun hanya sebuah senyuman yang di paksa.
“Asal Papa senang, Aurel juga akan senang.” Ujarnya.
Gadis kecil itu berfikir kalau Dimas akhirnya bisa menemukan pengganti Mamanya, tapi dia tidak tahu kalau Dimas menikah hanya untuk mencarikan Ibu untuknya.
Sementara itu di rumah Kasih, Muli dan keluarga besarnya datang untuk melamar Kasih secara resmi. Muli akan mengadakan pesta pernikahan yang sangat besar dan meriah karena ini pertama kalinya dia mengadakan pesta pernikahan untuk anaknya.
Dulu saat menikah dengan istri pertamanya, Dimas tidak mengadakan pesta di rumahnya. Orang tuanya saat itu bahkan tidak ikut serta melakukan persiapan. Semua sudah di atur keluarga mantan istrinya.
Begitupun dengan keluarga Kasih, ini adalah pernikahan untuk anak semata wayang mereka, tentu mereka akan mengadakan pesta yang sangat meriah.
“Nggak nyangka akhirnya kamu mau menikah juga,” ujar Raya di dalam kamar bersama Kasih dan sepupunya yang lain.
“Tapi dia duda kan, anak satu? Kok kamu mau sih menikah sama duda? Memang kamu kenal di mana?” salah satu sepupu kasih yang paling nyinyir bertanya.
“Iya, duda. Tapi duda keren, tampan, dan kaya raya. Kurang apa lagi coba.” Jawab Kasih membuat sepupunya tidak berkutik. Sementara Raya hanya senyum-senyum saja mendengar jawaban Kasih.
Setelah acara lamaran yang cukup ramai, Dimas kembali mengajak Kasih untuk bertemu.
“Ingat, jaga bicaramu di depan Dimas. Jangan sampai kau membuat pernikahan kalian sampai batal,” Darna memperingatkan Kasih yang kalau bicara kadang tidak sempat memikirkan akibatnya.
“Iya,” jawab Kasih cuek.
“Coba Ibu lihat penampilan kamu,” Darna memutar tubuh Kasih menilai dari atas ke bawah. Penampilan Kasih cukup sopan. Dia memakai atasan lengan pendek bermotif dengan celana kain. Rambut panjangnya di urai dan hanya memakai jepitan rambut di bagian kirinya.
“Sudah bagus. Ayo cepat sana, jangan buat dia terlalu lama menunggu,”
“Dari tadi juga Kasih sudah mau pergi, tapi Ibu terus bicara kan.” Oceh Kasih.
Kasih sampai di perusahaan Dimas. Dia sudah di tunggu Arlan di lobby perusahaan.
“Ibuk Kasih,” Kasih ingat, Harlan adalah laki-laki yang menemani Dimas tempo hari saat mereka bertemu di cafe.
“Silahkan ikut saya.” Kasih lalu mengikuti Harlan. Lift membawa mereka naik ke lantai sepuluh dimana ruangan Dimas berada. Tanpa mengetuk pintu, Harlan langsung membukakan pintu untuk Kasih.
“Silahkan duduk,” ujar Harlan dengan sopan.
Kasih melihat Dimas sedang duduk di kursi kebesarannya dengan serius sedang mengetik di komputernya. Kasih memperhatikannya. Setiap garis wajahnya terlihat begitu sempurna, seperti sebuah pahatan yang sangat indah. Apalagi dengan wajah dingin tanpa senyum membuat pesonanya semakin membuat Kasih jatuh cinta.
Tapi ketika menyadari sikap dinginnya Kasih dengan segera menggelengkan kepalanya. Pesonanya berkurang sepuluh persen.
“Jadi kau menyetujui pernikahannya? Kenapa? Apa Ibuku menawarkan sejumlah uang padamu?” pesonanya turun menjadi delapan puluh persen.
“Kalau kamu mau pernikahan ini batal yah tidak apa-apa, tinggal bilang saja sama Tante Muli. Aku bukan perempuan murahan yang bisa di bayar,” sebuah pertanyaan yang sangat menyinggung Kasih.
Dimas tersenyum menyeringai, dia tahu Ibunya datang langsung menemui Kasih di rumahnya tempo hari. Dimas juga tahu kalau Ibunya menjajikan sejumlah uang padanya jika saja pernikahan mereka harus berakhir dalam waktu satu tahun.
“Tenang saja, aku tidak akan mengusik apapun pembicaraanmu dengan Ibuku. Aku hanya ingin kau mengurus putriku dengan baik.”
Aku pasti akan jadi ibu tiri yang paling kejam di dunia ini. Lihat saja, aku akan membalas ucapanmu itu dengan menyiksa anakmu. Ujar Kasih dalam hati sambil tersenyum membayangkan dirinya menjadi ibu tiri yang jahat seperti di drama yang biasa dia tonton.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....