Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6.
Setelah memakai gaun pengantinnya, Jane keluar dari dalam walk in closet.
Tapi tidak ada seorang pun di dalam kamar, yang akan membantunya berpakaian dan berdandan.
Jane berdiri di tengah kamar dengan bengong, ia tidak tahu akan seperti ini pernikahannya.
Tadi, saat pertama ia datang semua sepertinya baik-baik saja, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini, sepi!
Apakah aku menunggu seseorang untuk datang? pikir Jane bingung.
Ia pun duduk di tepi tempat tidur, menunggu seseorang datang, yang mungkin akan memberitahunya untuk melakukan apa selanjutnya.
Jane duduk diam, menunggu beberapa menit berlalu. Tidak seorang pun yang datang.
Ia merasa aneh, apa yang sebenarnya terjadi? pikirnya bingung.
Jane meremas jemarinya, ia mulai bosan.
Brak!
Tiba-tiba pintu kamar di buka seseorang dengan kuat, membuat pintu terbuka begitu kencangnya, hingga membuat pintu nyaris lepas dari engselnya.
Sontak membuat Jane terkejut, dan reflek berdiri dari duduknya.
Ia memandang ke arah pintu yang terbuka, dan melihat seorang pria berjalan masuk ke dalam kamar, dengan pakaian yang kusut.
Mata Jane terbelalak melihat wajah pria itu. Ia mengenali wajah pria itu, lelaki yang nyaris mati saat ia tolong tadi malam.
Wajah pria itu tampak pucat. Ia sepertinya menahan sakit, terlihat dari tangannya yang memegang perutnya.
Kenapa ia ada disini? pikir Jane terkejut, menatap pria itu dengan lekat, yang melangkah dengan cepat menuju ke arahnya.
"Hendrik!!"
Tiba-tiba suara teriakan seorang pria lain, terdengar dari arah pintu, dan setengah berlari, masuk ke dalam kamar, di susul dengan beberapa orang lainnya, yang berlarian mengejar mereka berdua.
Itu membuat Jane semakin terkejut, berdiri di tempatnya dengan membeku, akhirnya ia dapat melihat anggota keluarga Fernandez.
Pria pertama yang masuk ke dalam kamar, yang terlihat kepayahan dengan keadaannya, meraih pergelangan tangan Jane.
Ternyata dia suamiku! pikir Jane menatap pria itu, tidak percaya.
Karena pria yang mengejar pria yang di tolong Jane tadi malam, berteriak memanggil nama pria tersebut.
Akhirnya Jane tahu, kalau pria itu bernama Hendrik, seperti apa yang di katakan Kepala Pelayan tadi, menyebutkan nama pria itu, 'Tuan Muda Hendrik', sebagai mempelai prianya.
"Kau tidak layak untuk menikah! apa kau tidak sadar siapa dirimu! aku yang di maksudkan Kakek, bukan kau!!" teriak pria yang tadi memanggil nama suami Jane.
Teriakan pria itu membuat Jane mengerutkan keningnya, ia bingung mendengar teriakannya.
Tangan Jane dengan erat di genggam oleh pria, yang menurut Jane adalah suaminya.
Jane merasakan tubuh pria itu gemetar, sembari memegang perutnya.
Ia tahu kalau pria itu, sedang menahan sakit, akibat luka pada perutnya, membuat Jane tanpa sadar memegang lengan pria itu.
Jane merasakan, tubuh pria itu membeku sesaat, karena genggaman tangannya pada lengan pria itu.
"Iya benar! kau tidak pantas untuk bahagia! Wilson yang di maksudkan dalam surat itu! bukan kau!!" teriak seorang wanita paruh baya, sembari menudingkan jari telunjuknya ke arah lelaki, yang menggenggam tangan Jane.
"Hendrik! jangan keras kepala! kau itu tidak layak berbahagia, setelah apa yang kau perbuat pada David! Nona Jane juga tidak akan mau menikah denganmu, kau itu seorang pembunuh!!" teriak pria paruh baya, yang ikut juga berteriak.
Kalau Jane perhatikan, sepertinya pria itu suami dari wanita paruh baya, yang mengatakan Hendrik tidak layak bahagia.
Mata pria paruh baya itu mendelik penuh emosi, memandang ke arah Hendrik, yang tengah memegang erat pergelangan tangan Jane.
Jane tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ternyata keluarga Fernandez, sama kasarnya seperti keluarganya.
Mereka menindas suaminya, walau ia tidak tahu apa permasalahan mereka, tapi sepertinya mereka ingin merebut dirinya dari suaminya.
Hendrik, suami Jane, tidak menjawab satu patah katapun kepada ke tiga orang itu.
Dengan menahan tubuhnya yang gemetar, pria itu menarik tangan Jane untuk keluar dari kamar tersebut.
"Hendrik!!" teriak pria yang bernama Wilson, menghalangi jalan Jane dan suaminya.
"Menyingkir!" terdengar suara bariton yang dingin dan datar, dari mulut Hendrik.
"Kau jangan mengambil tindakan sendiri! dan menarik Nona Jane begitu saja! kau menakuti Nona Jane, lepaskan dia!!" teriak wanita paruh baya dengan kencang.
Bukk!
Tiba-tiba pria yang bernama Wilson itu, meninju wajah Hendrik, dan tubuh suami Jane itu pun terjatuh ke lantai.
"Aow...!!"
Jane menjerit terkejut, melihat tubuh Hendrik yang terluka terbanting ke lantai.
"Kau memang keras kepala! aku sudah katakan! bukan kau yang di maksudkan Kakek dalam surat wasiat itu!!" teriak pria paruh baya itu dengan kencang.
Tubuh Jane yang memakai gaun pengantin, jadi gemetar melihat kekerasan, yang di lakukan anggota keluarga Fernandez tersebut kepada suaminya.
Ternyata suaminya mengalami hal yang mirip dengan dirinya, penindasan di dalam keluarga sendiri.
Jane mengepalkan tangannya dengan erat, menahan rasa tidak suka, kepada ke tiga orang tersebut.
Bersambung.....