Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Tino mengintip dari balik dinding ke arah taman belakang, di belakang sekolah ada sebuah taman yang indah dan sepi, di tengah taman ada sebuah gazebo yang di sediakan untuk siapapun yang mau duduk di sana, namun biasanya kosong karena jarang ada murid yang main ke taman belakang. Tino melihat Amelia duduk sendirian di belakang sambil makan roti dan membaca buku dengan santai,
“Oi kenapa di sini, deketin gue dong,” ujar hantu Amelia.
“Gimana coba, tau tau gue nongol gitu aja ? ntar kalau di jutekin gimana,” ujar Tino.
“Enggak deh, percaya dong ama gue, gue jamin gue yang masih idup itu klepek klepek kalo lo deketin,” ujar hantu Amelia.
“Duh...kalau sampe gue di jutekin, awas lo ya,” balas Tino.
Namun ketika Tino bersiap melangkah keluar, tiba tiba dia mengurungkan niatnya karena melihat ada dua gadis cantik mendekati Amelia, salah satu gadis cantik yang berambut ikal dan di ikat satu di belakang sedang berbicara kepada Amelia dan terlihat agak kasar sampai menarik buku Amelia agar Amelia melihat dirinya, dia juga mendorong tubuh Amelia dan seorang gadis cantik lainnya yang berambut di kuncir dua menyiramkan sesuatu kepada Amelia.
“Huh Erika dan Nadia...ngapain mereka ? mereka membuli lo ?” tanya Tino.
“Hmm entah, tapi emang gue akrab ama mereka ? seinget gue enggak deh,” jawab hantu Amelia.
“Yang gue tahu nih ya, semejak lo nyelesaikan kasus guru itu, mereka kayaknya benci ama lo dan sering ngomongin lo, gue tau karena gue sekelas mereka dulu,” ujar Tino.
“Hmm gitu ya, gue lupa, ya kalau mereka membuli gue, cepetan dong tolong gue, entah kenapa hari ini gue ngerasa ada hal penting yang membuat gue terbunuh 50 hari kemudian, mungkin ini,” ujar hantu Amelia.
“Huuh...ya udah, tapi gue ga bawa makanan,” ujar Tino.
“Ga usah khawatir, gue biasanya bawa dua roti, gue selalu berprinsip kalau dia mau temenin gue, gue akan kasih satu roti gue ke dia hehe,” balas hantu Amelia.
“Lo ngarang nih, gue yakin,” ujar Tino.
“Udeh sih cepet, tolongin gue,” balas hantu Amelia.
Tino berjalan keluar dari balik dinding dan menghampiri Amelia yang sedang duduk di gazebo dan terlihat seperti di rundung oleh Erika dan Nadia. Ketika Tino mendekat, Amelia menoleh melihat Tino yang masuk ke dalam gazebo,
“Mel, ini air lo ketinggalan, trus ada apa ya ini ?” tanya Tino.
“Lo Tino kan, mau ngapain lo ?” tanya Nadia.
“Enggak, air si Amel ketinggalan di kelas, gue anterin, lo berdua ngapain ? buli si Amel ?” tanya Tino.
“Diem lo, (menoleh melihat Nadia) dah yu Nad, kita jalan,” ujar Erika menarik Nadia.
Keduanya langsung pergi, Tino menoleh melihat Amelia menunduk melihat bukunya yang sedikit sobek, seragam kemeja putihnya juga terlihat basah sepertinya Erika menyiram baju Amelia.
“Thanks Tin,” ujar Amelia.
“Loh lo tau nama gue ?” tanya Tino.
“Ya tau lah, lo kan duduk di belakang gue, tapi rasanya gue ga bawa botol air minum deh,” ujar Amelia.
“Oh ini botol air gue haha, sori kebetulan gue lewat dan gue liat dua orang itu lagi ngebuli lo,” ujar Tino.
“Mereka selalu gitu, biarin aja,” ujar Amelia tenang sambil mengelap bajunya.
Karena melihat pakaian dalam Amelia yang tembus akibat seragam putihnya yang basah, Tino memalingkan wajahnya,
“Dah ya, gue mau beli makanan dulu,” ujar Tino berbalik.
“Tap,” tiba tiba pergelangan tangan Tino di pegang, Tino berbalik melihat Amelia yang memegang pergelangan tangannya.
“Ga usah beli, lo duduk sini aja, gue bawa dua roti,” ujar Amelia.
“Oh...gitu,” ujar Tino.
Tino melihat Amelia mendekap dirinya sendiri karena seragamnya basah, akhirnya Tino melepas sweaternya dan memakaikannya kepada Amelia, kemudian dia duduk di sebrang Amelia dan minum dari botolnya, Amelia membuka tasnya dan mengambil roti dari dalam tasnya, dia memberikan rotinya kepada Tino,
“Tuh bener kan apa kata gue,” ujar hantu Amelia berbisik kepada Tino.
“Berisik lo,” balas Tino.
“Eh...apa ?” tanya Amelia.
“Ah...enggak hahaha,” jawab Tino sambil melirik hantu Amelia yang tertawa terbahak bahak bersama Mei dan May.
“Ngomong ngomong lo anak indigo juga ya, lo bisa lihat hantu ?” tanya Amelia.
“Enggak, gue bukan indigo,” jawab Tino.
“Trus dua gadis kecil yang biasa di pundak lo ?” tanya Amelia.
“Oh mereka kan adik adik gue, gue udah pernah jelasin ama lo kan,” jawab Tino.
“Emang sih, tapi apa lo ga keberatan, bukannya mereka berat ?” tanya Amelia.
“Enggak tuh, gue udah terbiasa, lagian mereka lucu,” jawab Tino.
“Lo aneh ya, waktu di gudang itu, pas liat gue, lo jatuh kan karena liat arwah guru mesum itu ?” tanya Amelia.
“Um...iya sih, tapi cuman sekali itu aja kok gue liat yang aneh aneh,” jawab Tino.
“Hmm pasti pengaruh dua adik lo itu, siapa namanya ? Mei ama May ya ?” tanya Amelia.
“Wah lo masih inget ya ?” tanya Tino.
“Jelaslah gue inget karena gue perhatiin lo, lagian cuman lo di sekolah kita yang aneh, penyediri, ga punya temen dan seneng di templokin hantu,” jawab Amelia.
“Ok makasih atas keterus terangannya,” balas Tino.
“Sori, gue juga ga punya temen jadi kadang gue kalau ngomong ceplas ceplos,” balas Amelia.
“Ga masalah, trus tadi Erika dan Nadia mau apa kesini ?” tanya Tino.
“Pelaku pembunuhan guru mesum itu kakak temen mereka yang bernama Bella dan mereka menyalahkan gue karena temen mereka si Bella itu sekarang stress dan jarang masuk sekolah,” jawab Amelia.
“Hmm ? stress kenapa ? kan yang di tangkep kakak nya ?” tanya Tino.
“Kakaknya yang membunuh guru itu katanya akrab ama Bella sampai membuat Bella stress berat,” jawab Amelia.
“Jadi begitu, trus Erika dan Nadia membuli lo karena lo menangkap kakak nya si Bella ?” tanya Tino.
“Iya, mereka ga seneng melihat gue menuduh kakaknya karena seharusnya gue diem aja dan menjadikan kematian si guru mesum itu sebagai bunuh diri karena mereka juga pada dasarnya dendam kepada guru mesum itu dan keduanya juga akrab sama kakak nya Bella, ya sori aja, gue ga bisa,” jawab Amelia.
“Hmm kalau di pikir pikir, waktu masuk ke sma, Erika, Nadia dan Bella selalu barengan karena katanya temen dari smp, tapi kira kira tiga atau empat bulan setelahnya Bella jarang ada di kelas waktu istirahat dan kalau pulang selalu belakangan, gue sekelas mereka soalnya,” ujar Tino.
“Ya itu ulah si guru mesum yang mengancam Bella akan menyebarkan foto telanjang kakak nya dan terus menggaulinya setiap hari selama hampir tiga bulan sampai kakak nya yang di kelas 12 akhirnya mengetahui nya karena Bella hamil dan keguguran, kemudian mereka merancang pembunuhan itu,” jawab Amelia.
“Loh berarti Bella terlibat ?” tanya Tino.
“Benar, Bella dan kakak nya yang membunuhnya, mereka memancing guru itu ke gudang dan mengatakan kalau Bella siap melayani dia setelah menghilang selama satu bulan lebih, tentu saja guru mesum itu datang dan lengah, kemudian kakak Bella langsung menyergapnya dari belakang dan menyetrumnya menggunakan taser sampai pingsan ketika dia masuk, setelah itu mereka mengikat sang guru dan meminumkan kalium sianida ke mulutnya, setelah itu mereka menggantung sang guru dan melepaskan ikatannya agar nampak seperti bunuh diri, mereka juga menuliskan pesan terakhir sang guru agar di anggap bunuh diri. Sekilas nampak sempurna dan bisa di kerjakan satu orang, tapi coba aja pikir baik baik, seorang gadis sekurus kakak nya Bella menggotong guru gemuk itu ke atas lalu menggantung nya sendirian, dia tidak akan kuat dan ga akan bisa, kecuali ada yang membantunya dan melakukannya berdua bersama sama,” jawab Amelia.
“Trus si Erika dan Nadia tau ?” tanya Tino.
“Mereka ga tau kalau Bella juga pelaku dan korban utama nya, makanya mereka menganggap Bella stress karena kakaknya di tangkap karena mereka tahu Bella akrab dengan kakak perempuan nya dan menyalahkan gue yang ikut campur,” jawab Amelia.
“Trus kenapa lo ga laporin si Bella ?” tanya Tino.
“Denger kan ketika gue tunjuk siapa pelakunya, kakak si Bella langsung mengakui semuanya dan mengatakan kalau dia di perkosa oleh guru itu selama hampir empat bulan sampai hamil, itu artinya dia mau menanggung semuanya tanpa melibatkan adiknya, gue ga bisa ngomong apa apa ketika tahu maksudnya,” jawab Amelia.
“Hmm bener juga ya, seharusnya Erika dan Nadia ga boleh buli lo, secara lo udah nolong temen mereka,” gumam Tino.
“Tapi gue berterima kasih karena lo udah nolong gue,” ujar Amelia.
“Sama sama, gue kebetulan lewat aja,” balas Tino.
“Bohong, ga mungkin lo lewat sini, lo malah ga pernah keluar kelas kok,” ujar Amelia.
“Hmm ? kok lo tau gue ga pernah keluar kelas ?” tanya Tino.
“Jelas tau lah, pasti dua adik lo itu kan yang nunjukkin kalau gue butuh bantuan ? bener ?” tanya Amelia.
“Haaah..iya iya bener, udahlah ga usah di bahas, jadi malu gue,” jawab Tino mencoba berkilah.
“Hehe jangan bohong ya di depan gue, ga bakal mempan,” ujar Amelia tersenyum.
Tino terkesiap sebab baru pertama kalinya dia melihat senyum Amelia yang terlihat lepas tanpa di buat buat di hadapan nya dan terlihat manis. Tiba tiba hantu Amelia mendekatkan wajahnya ke telinga Tino,
“Dah gue bilang kan, gue itu dia, jadi gue tahu perasaan dia hehe,” ujarnya.