Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 PERAMPASAN BARANG
"Bre**sek kamu Mbak! Kenapa kamu melakukan hal ini terhadapku," teriaknya membuat semua orang yang ada di komplek ini keluar satu persatu. Pasalnya suara Rahma begitu nyaring.
Rahma berusaha untuk mempertahankan barang perabotanya agar tidak dibawa. Tapi ia tidak mampu untuk menghentikannya.
"JANGAN DIAMBIL BARANG PERABOTANKU! JANGAN!" Rahma terus saja berteriak seperti orang kesetanan. Tapi tidak ada yang peduli padanya. Bahkan semua orang yang ada di komplek ini hanya diam menyaksikan pertunjukan. Begitu juga dengan Siska. Ia begitu menikmati bagaimana adik madunya menderita karena semua barang-barang miliknya diangkut ke dalam truk yang ia sewa untuk dibawa pulang.
Rahma terus saja meraung, melihat sebagian barang miliknya sudah masuk mobil truck, ia mencoba menghubungi suaminya. Tetapi tidak bisa, orang-orang sekitar hanya sibuk melihat, terutama kaum ibu-ibu kompleks.
"Kayanya dia dapat masalah tuh?" ujar salah satu ibu-ibu kompleks. yang kebetulan dia memang tidak menyukai Rahma.
"Mungkin suaminya kelilit hutang kali."
"Eh, siapa bilang kelilit hutang, ibu-ibu enggak lihat tuh, ada perempuan berdiri di depan rumah si Rahma. Kayanya itu istri pertama suaminya deh." Sontak mata mereka semua mengarah ke arah Siska yang tengah berdiri santai memperhatikan para pekerja yang mengangkut barang perabotan.
"Tuh kan, sudah saya duga kalau Rahma itu janda gatal sekaligus pelakor. Buktinya dia disamperin sama istri pertama, katanya dia menikah sudah mendapatkan izin dari istri pertama, tuh dia meraung-raung kayak kesetanan, semua barang-barang miliknya diambil, pasti istri pertamanya nggak terima."
"Dari awal saya juga harus curiga, mana mungkin istri pertama mengizinkan suaminya menikah dengan wanita lain." Begitulah perkataan ibu-ibu Komplek yang terus menyaksikan drama, antara Siska dan Rahma mereka semua terus saja membicarakan Rahma yang ternyata adalah seorang pelakor, saat keadaan tengah kisruh datanglah RT untuk melihat keadaan.
Melihat kedatangan Pak RT. Rahma langsung berlari ke arahnya untuk mengadu masalah yang ia hadapi.
"Pak, RT. Tolong saya, barang-barang di rumah saya mau dibawa pergi sama wanita gila itu!" tunjuk Rahma ke arah Siska yang masih berdiri santai tanpa beban.
"Sebenarnya ini ada apa, Bu Rahma? Kenapa barang-barang perabotan Ibu diangkut ke atas mobil truk?"
"Saya juga nggak tahu, tiba-tiba barang perabotan saya diangkut ke mobil truk, tolongin saya Pak RT, usir wanita gila itu dari Komplek Perumahan ini, jangan izinkan dia datang ke sini!"
"Ibu Rahma tenang dulu ya, sebelum saya melakukan sesuatu. Lebih Baik Ibu Rahma tenang dulu."
"Bagaimana saya bisa tenang kalau semua barang saya mau dibawa pergi. Pokoknya Pak RT usir wanita gila itu dari Komplek ini, saya nggak mau dia ada di sini dan bantu saya untuk turunkan barang-barang perabotan itu ke dalam rumah lagi." Rahma terus saja memaksa RT untuk membantu dirinya. Bahkan tak segan-segan menarik tangan RT untuk berhadapan dengan Siska.
"Bu, Rahma. Tolong jangan tarik tangan saya," keluh RT, namun Rahma tidak peduli Ia terus saja menarik tangan RT ke arah Siska supaya RT bisa mengusir Kakak madunya.
"Ayo, Pak RT. Usir wanita sinting ini, saya nggak mau dia ada di sini, gara-gara dia rumah saya jadi berantakan!" tunjuk Rahma di depan wajah Siska, wajah RT terlihat bingung karena dia belum tahu akar permasalahannya seperti apa.
"Jangan terlalu gegabah. Sebelum saya melakukan tindakan saya harus mengetahui akar permasalahannya seperti apa, sampai-sampai barang milik Bu Rahma diangkut ke dalam mobil truk." Seketika Rahma terdiam dengan penjelasan RT. "Saya juga harus tahu alasan barang-barang perabotan Ibu Rahma diangkut ke dalam truk."
"Pak RT nggak usah ada penjelasan, saya ini warga Komplek di sini sudah seharusnya Pak RT bantu saya! Apa Pak RT tidak lihat kalau saya sedang kesusahan gara-gara wanita gila ini!"
"Tetap tidak bisa, Bu Rahma. Kedatangan saya ke sini justru ingin mengetahui akar permasalahan. Kenapa bisa ada keributan di Kompleks ini, saya tidak mau melakukan kesalahan. Karena di Kompleks ini saya yang bertanggung jawab, karena Bu Rahma juga adalah warga saya." Wajah Rahma terlihat masam, ia begitu kecewa dengan RT yang terlalu basa-basi, padahal tinggal suruh saja madunya untuk pergi dari sini maka masalah akan selesai.
Pak RT langsung menoleh ke arah Siska, ia memperhatikan dari atas hingga bawah, mendapatkan tatapan dari Rt. Siska memberikan senyum terbaiknya.
"Mohon, maaf. Anda ini siapa ya?" tanya Pak RT hati-hati.
"perkenalkan Pak nama saya Siska."
"Kalau ooleh saya tahu, sebenarnya ini ada apa ya, kok bisa ada salah satu warga saya mendapatkan masalah seperti ini bahkan barang-barang perabotan milik Ibu Rahma diangkut ke dalam truk." Sebelum menjawab pertanyaan Pak RT. Siska sempat menoleh ke arah Rahma yang wajahnya sudah terlihat takut.
"Sebelum saya menjelaskan akar permasalahannya, kita tunggu dulu ya semua barang perabotan ini masuk ke dalam truk, karena tidak enak juga menjelaskan masalah dalam keadaan seperti ini."
"Sudah cukup! Hentikan perbuatan kamu, Mbak!" ujar Rahma begitu kesal, tapi Siska tidak peduli dengan suara sumbang madunya, ia lebih fokus melihat barang-barang perabotannya, jangan sampai ada satu barang tertinggal di rumah ini.
Satu jam kemudian, barang-barang yang ada di dalam truk sudah diangkut semua, melihat rumahnya sudah kosong melompong membuat tubuh Rahma lemah seketika. Ia terus saja meraung meratapi nasib rumah yang sudah tidak ada barang perabotan satupun, bahkan benda milik anaknya diangkut semua, untung anaknya sedang di rumah neneknya jadi tidak bisa menyaksikan permasalahan ini.
"Kamu jahat, Mbak. Kamu wanita licik, tidak punya hati! Kenapa kamu bisa melakukan hal seperti ini, kalau kamu merasa sakit hati kenapa harus aku yang kamu hancurkan. Kenapa kamu tidak membalas rasa sakitmu kepada Mas Danu!"
"Siapa bilang saya sakit hati, justru saya senang kalau suami saya menikah lagi, dengan begitu tugas saya untuk melayani suami saya berkurang, karena saya harus fokus untuk mengamankan aset dan juga harta saya dari pelakor seperti kamu." Rahma mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Ini nggak adil, seharusnya aku juga bisa ikut mengelola keuangan yang kalian miliki. Biar bagaimanapun aku juga istri Mas Danu yang berhak untuk menikmati aset harta yang kalian miliki!"
"Jangan mimpi terlalu jauh, tidak ada satu persen pun harta yang dimiliki kita berdua adalah hak kamu, kalau kamu mau menginginkan harta dari Mas Danu, suruh suamimu untuk mencari harta yang lain karena harta yang kita miliki saat ini. Kamu tidak boleh menikmatinya atau memakainya."
"Sialan kamu, Mbak! Kamu sudah keterlaluan, lihat saja aku akan melaporkan masalah ini sama, Mas Danu supaya kamu diceraikan biar kamu bisa merasakan akibatnya." Siska hanya tersenyum kecil mendengar ancaman dari Rahma, bukannya takut ia malah senang jika suaminya menceraikan dirinya.
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/