banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setelah mendapatkan telepon dari seseorang, William membuka ponselnya kembali melihat apa yang dikirimkan oleh orang tersebut.
Sebuah foto yang begitu v*lgar bahkan video berdurasi beberapa menit memperlihatkan dua orang insan yang sedang memadu kasih bahkan suara d*s*hannya memenuhi ruangan tersebut.
William tak dapat lagi melanjutkan tontonannya itu, hatinya begitu hancur melihat apa yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Rasanya dunianya seakan runtuh, perempuan yang selalu diagung-agungkan nya ternyata tak ubah hanya p*l*cur bahkan begitu menjijikkan.
Yah yang menelpon nya adalah orang suruhannya, kebetulan sedang berkunjung keluar negeri Berlin mengunjungi teman lama yang memang menetap disana. Suatu kebetulan bertemu dengan kekasih William yang memang pada saat itu berkunjung ke apartemen milik Louis saat itu lah kecurigaan muncul..
Prakkkk
Ponsel hancur berkeping-keping dilantai, pelakunya adalah William yang merasa dipermainkan selama ini, tak hanya ponsel yang hancur bahkan ruangan yang tadinya rapi sekarang seperti kapal pecah. Barang-barang bahkan sudah berserakan dimana-mana.
Rendy yang memang ingin masuk meminta tanda tangani tercengang melihat semua yang ada didepan matanya.
'Astaga ada apa lagi ini'. Gumam Rendy memegang dadanya.
Fokus Rendy ketika teralihkan mendengar suara isakan tangis diatas sofa, disana William sudah terduduk menangis entah apa yang ditangisinya pikir Rendy.
"Will..". Panggil Rendy berjalan menuju kearah laki-laki kekar yang sedang menangis itu.
"Ada apa bro, kenapa seperti ini". Tanya Rendy menepuk bahu William. Baru kali ini Rendy melihat seorang William Alexander menumpahkan air matanya.
"Siapkan sekarang juga tiket, aku ingin segera menuju ke Berlin dan juga ponsel baru". Rendy terkaget mendengar ucapan bos nya itu. Lagi-lagi benaknya bertanya untuk apa dia kesana ?. Tapi tak ingin memperkeruh Rendy hanya mengangguk dan melaksanakan perintah William.
wajahnya yang tadi menangis kini berubah menjadi datar bahkan tatapannya begitu tajam.
"Kenapa aku harus menangisi perempuan p*l*cur itu. Haaaa rasanya mustahil sekali". Ucapnya dengan tangan terkepal.
"Dasar s*alan!!. Tunggu saja intan, aku akan menghancurkan mu". Ucapnya tegas.
William kembali kekediamannya untuk membersihkan diri sebelum berangkat ke tempat tujuan. Bahkan sapaan mbok Darmi tak dia hiraukan sebab rasa amarah kini membuncah, mbok Darmi bisa merasakan aura kemarahan dari tuannya itu.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan William segera mengotak-atik ponselnya.
"Tunggu kedatangan ku disana, aku akan berangkat sekarang juga". Ucapnya meremas ponsel digenggamnya.
William segera turun kebawah, disana sudah ada Rendy yang menunggunya.
"Apa kamu sudah mengatakan pada Dena, jika sementara dia menghandel perusahaan ?". Ucap William tanpa melihat kearah Rendy.
"Sudah bos, aku juga sudah mengatakan apa-apa saja yang akan dia kerjakan kedepannya ketika kita tidak ada diperusahaan". William hanya mengangguk.
"Ayo kita berangkat". Rendy segera mengekori bosnya tanpa banyak protes sebab berada dimode senggol bacot.
Tanpa banyak drama akhirnya mereka sudah sampai di bandara, tak lama pesawat yang ditumpangi nya lepas landas, Butuh 15 jam 45 menit menuju ke negara tujuannya saat ini.
William tampak tak banyak bicara bahkan tak tidur sekalipun. Pikirannya kini tertuju pada intan yang tega mengkhianati cintanya.
Jika ada jalan lain seperti kantong pintu Doraemon mungkin William akan melakukan itu agar sampai secepatnya, tapi dia harus bersabar sedikit.
Dalam kemarahannya, kini ingatan mengarah kepada Zahra perempuan yang menggantikan kakaknya untuk menikah dengannya dan s*alnya dia selalu menghina perempuan itu, bahkan tak segan-segan menyiksanya karena pemikirannya yang sedikit dangkal gara-gara intan.
'aku akan meminta maaf jika kembali lagi keindonesia'. Batinnya bertekad.
"Tunggu aku Zahra, kita akan memulainya dari awal, ku harap kamu akan memaafkan aku". Gumamnya yang masih didengar oleh Rendy.
Haaaaaa
Helaan nafas keluar dari mulutnya, pikirannya terasa kalut, entah Zahra akan memaafkannya atau tidak mengingat semenjak menikah dengannya tidak ada kesan baik yang ditinggalkan kepada istrinya itu.
*
*
*
Setelah menempuh perjalanan diudara yang memakan waktu yang sangat lama, pesawat yang mereka tumpangi akhirnya mendarat.
Disana sudah ada anak buahnya yang menunggu sedari tadi.
"Selamat datang tuan". Ucap Arlan menunduk ketika William sudah dihadapannya.
"Dimana perempuan itu sekarang ?". Tanyanya dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
"Saat ini nona in__".
"Jangan sebut dia begitu, perempuan m*rahan itu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Panggil saja dia p*lacur". Tekan William dengan sorot mata tajam dibalik kacamatanya. Walaupun Arlan tak melihat itu tapi dia bisa merasakan betapa mencekamnya sekarang didalam mobil yang kini sedang melaju.
"Maaf tuan". Kata Arlan dengan cepat, karena masih sayang dengan nyawanya.
"Lanjutkan".
"P*lacur itu sekarang sedang ada pemotretan tuan dengan pemain film dewasa bernama Louis Rukan yang memang sudah lama berkecimpung didunia per-film-an dan juga model dewasa tuan.
Dan satu juga adalah indra juga model dewasa, menurut informasi beliau yang pertama kali datang kesini bersama dengan p*lacur itu ketika menjelang hari pernikahan anda". Terang Arlan dengan informasi yang dari sumber terpercaya.
William mematik koreknya dengan r*kok yang sudah ada di mulutnya. Perlahan hembusan asap keluar mengepul didalam mobil itu.
"Apa p*lacur itu bermain dengan dua laki-laki ?". Tanya William yang masih mengeluarkan asap.
"Benar tuan, bahkan sampai saat ini indra tidak mengetahui kecurangan yang dilakukan p*lacur itu. Bahkan mereka masih saja melakukan hubungan b*dan". William hanya menganggukkan kepalanya.
"Apa mereka masih melakukan pemotretan ?".
"Mereka sudah ada diapartemen Louis tuan, teman saya barusan mengabari".
"Baik, kita akan kesana. Apa kamu sudah menyiapkan apa yang aku suruh".
"Sudah tuan".
Mobil melaju kencang menuju apartemen yang sekarang ditempati Louis. Setelah beberapa menit akhirnya mereka telah sampai ke apartemen elit.
Ketiga orang tersebut berjalan tergesa-gesa menuju ke lift sampai tiba didepan yang diduga adalah milik Louis.
"Buka sekarang juga dan persiapkan semuanya". Arlan segera melaksanakan perintah tuannya. Sedangkan Rendy masih melongo entah apa yang dipikirkan pemuda itu.
Pintu kamar apartemen terbuka terlihat kosong tapi terdengar suara d*s*han yang saling bersahutan didalam kamar. Arlan segera menuju kearah kamar tersebut untuk merekam mereka yang sedang memadu kasih. Sedangkan William duduk di sofa bersama Rendy.
"Apa kebiasaan mu begini Will ? Selalu merokok". Tanya Rendy menatap William, Rendy seakan tak mengenal William padahal lelaki itu tak pernah menyukai yang namanya rokok tapi semenjak pernikahannya gagal kini dia seakan berubah.
"Tidak juga, ini hanya penghilang stress buat ku". Katanya mengeluarkan asap tepat pada wajah Rendy.
Tak berselang lama, Arlan kembali datang dengan wajah tak menentu, bagaimana tidak selama berada disana menyaksikan dua insan yang sedang b*rd*sahan dia harus menahan hasratnya dengan sekuat tenaga.
"Sudah selesai tuan". Lapor Arlan.
"Panggil teman-teman mu yang sudah aku perintah kan. Sebelum itu lumpuhkan bajingan itu dulu dengan suntik ini". Perintah William.
"Baik tuan". Arlan segera keluar kedepan, disana sudah ada tiga orang yang berbadan kekar dengan banyak tato dibadannya. Mereka adalah pecandu narkoba yang selalu lolos dari buih dan juga memiliki penyakit hiperseks dan ada juga penyakit mematikan yaitu HIV.
"Mereka semua sudah ready tuan".
"Sekarang laksanakan tugas mu kembali Arlan". Ucap William tersenyum tipis.
"Apa yang ingin kamu lakukan dengan tiga orang ini Will ?". Tanya Rendy penasaran.
"Lihat saja nanti, kita akan mendapatkan tontonan gratis yang begitu menyenangkan". Jawabnya kembali tersenyum misterius membuat Rendy meremang merinding.
Bersambung...