Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shoping
Aleen dan Dev mulai memilih pakaian terlebih dahulu.
"Dev, bagaimana menurutmu?"
Aleen bertanya pada Dev begitu dia keluar dari ruang ganti dengan mengenakan setelan kerja berupa rok panjang dan atasan kemeja.
"Apa itu tidak membuatmu susah berjalan?", tanya Dev setelah dia memperhatikan rok panjang Aleen.
"Tidak, aku sudah terbiasa menggunakan rok panjang. Lagipula ini berbentuk A line jadi tetap mudah untuk melangkah".
Aleen menjelaskan mengenai rok yang dia pilih.
"Baiklah. Apa kamu memilih yang lain?"
"Aku memilih model celana panjang. Karena aku juga merasa nyaman dengan itu"
Dev mengernyitkan dahi heran melihat jumlah pakaian yang dipilih Aleen hanya sedikit.
"Apa kamu hanya memilih 2 set pakaian ini saja? Bagaimana dengan sepatu dan tas? Kamu tidak sekalian memilihnya?"
Aleen menggelengkan kepala sambil melihat pakaian yang dia pilih.
"Kurasa ini sudah cukup. Aku bisa kembali kerumah orang tuaku untuk mengambil barang-barangku setelah pulang kerja nanti"
Aleen menanggapi ucapan Dev dengan sikap yang tenang.
"Tidak. Kamu tidak perlu kembali kerumah itu. Nanti aku akan menyediakan semua kebutuhanmu".
"Tidak perlu Dev. Aku... "
"Kamu tidak boleh menolak. Sudah kubilang kalau aku akan bertanggung jawab atas semua kebutuhanmu".
Aleen tidak bisa berkata-kata karena Dev sudah bersikeras dengan kata-katanya.
"Baiklah kalau itu maumu. Uhm... sebaiknya kita pergi sekarang sebelum aku terlambat masuk ke kantor".
Aleena melihat jam tangan miliknya dan bicara dengan sikap yang lembut disertai senyum yang manis.
"Ya sudah aku akan bayar bajunya dulu"
Aleena mengangguk lalu kembali keruang ganti untuk merapikan bajunya. Sementara Dev berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaan Aleena.
"Aku mau bayar baju tadi dan … apa kalian bisa mengirim barang belanjaan kerumahku?".
Dev bertanya terlebih dahulu sebelum membayar tagihan Aleen.
"Tentu saja. Anda bisa memberitahu alamatnya dan mengatakan mana saja yang akan dikirim. Kami akan mengirimkannya langsung kerumah anda"
Kasir butik memberikan jawaban dengan rinci pada Dev.
"Kalau begitu kirimkan aku 1 set dari masing-masing seri yang kalian miliki".
Kasir wanita dan pramuniaga butik yang ada disana terkejut mendengar permintaan Dev. Mereka saling menatap satu sama lain dengan wajah bingung.
"Maksud anda kami harus mengirimkan setiap set dari model pakaian yang berbeda?"
Kasir itu kembali bertanya untuk memastikan.
"Benar. Aku dan calon istriku tidak memiliki banyak waktu untuk memilihnya, jadi kalian kirimkan saja setiap modelnya. Aku bayar sekarang".
Dev kembali menjelaskan sambil mengeluarkan black card miliknya.
"Oh, kirimkan juga sepatu ukuran dia dan tasnya. Jangan kirimkan barang palsu. Aku bisa menuntut kalian", sambung Dev dengan sikap yang tegas.
"Tentu, Tuan. Anda tidak perlu khawatir. Barang dibutik kami adalah barang branded asli, jadi kami tidak mungkin menipu anda. Kami akan meminta ukuran sepatu pasangan anda terlebih dahulu. Nanti akan kami kirimkan kerumah anda".
Kasir itu menanggapi dengan gugup dan panik, lalu dia meminta rekannya untuk pergi menemui Aleen dan meminta ukuran sepatunya.
"Baiklah. Ini alamatnya. Kalian bisa langsung kirim saja".
Dev menuliskan alamat rumahnya pada kasir itu. Dia nampak terkejut setelah melihat nama perumahan yang Dev tempati.
"Grand Luxury Resident? Bukankah ini perumahan kelas atas yang akses masuknya sangat ketat? Pantas saja dia bisa membeli barang ini begitu banyak. Dia pasti pengusaha yang kaya raya"
Kasir itu bicara dalam hati sambil terus menatap wajah Dev yang sedang menggu Aleena.
"Dev, apa kamu sudah membayarnya?", tanya Aleena begitu dia menghampiri Dev.
"Ya, sudah selesai. Ayo kita pergi".
Dev mengangguk dengan senyum lalu mendekati Aleena. Mereka berjalan beriringan meninggalkan butik sambil berbincang.
"Kak Aleen!".
Langkah kaki Aleen dan Dev terhenti ketika mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Aleen dan Dev berbalik bersamaan untuk melihat orang itu.
"Apa dunia ini sangat sempit? Kenapa aku harus bertemu dengan mereka pagi-pagi begini?"
Aleen menggerutu saat melihat Diana dan Angga berada didepan mereka.
"Mungkin takdir kalian masih terhubung?"
Dev menanggapi dengan senyum tipis.
"Huh, yang benar saja".
Aleen mencibir Dev karena ucapannya.
"Kakak, apa yang kamu lakukan disini?".
Diana bertanya dengan senyum ceria dan polos.
"Hanya membeli beberapa pakaian untuk kerja".
Aleena menanggapi dengan sikap yang dingin.
"Pakaian kerja? Bukannya Kakak memiliki banyak pakaian kerja dirumah dan masih layak pakai? Harusnya kakak tidak pergi begitu saja jadi bisa membawa pergi pakaian kakak juga".
"Aku tidak ingin membawa barang-barang dari rumah itu. Aku hanya akan kesana dan membawa barang yang dulu kakek berikan untukku".
Aleena terus bersikap dingin menanggapi ucapan Diana
"Kakak, harusnya kamu tidak menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli keperluanmu dan bisa menjaga pria itu disisimu. Bagaimana kalau dia hanya seorang karyawan biasa disebuah perusahaan? Gajinya mungkin tidak cukup untuk menunjang penampilanmu?"
Diana menyindir Dev dengan senyum ceria seakan ucapannya bukan masalah besar.
"Diana, itu bukan urusanmu. Mau dia karyawan biasa atau seorang pengusaha kaya, aku tidak peduli. Asalkan dia mempercayaiku dan tidak akan mengkhianatiku. Itu sudah cukup bagiku"
Aleen bersikap dingin sambil menatap Angga dengan sorot mata yang tajam dan sinis.
Angga yang merasa canggung langsung menoleh kearah lain ketika Aleen menatapnya.
"Sudahlah, tidak perlu ladeni omong kosong mereka. Sebaiknya kita pergi sekarang juga sebelum terlambat".
"Kamu benar. Ayo pergi! Selamat tinggal Diana. Kuharap kita tidak pernah bertemu lagi kedepannya"
Dev melingkarkan sebelah tangannya dipinggang Aleen saat dia mengajaknya untuk pergi.
Angga yang masih memiliki perasaan terhadap Aleen hanya bisa menatapnya dengan diam dari kejauhan.
"Kenapa Kak Angga menatapnya seperti itu? Apa Kak Angga ingin kembali padanya?".
Diana bertanya pada Angga dengan raut wajah kecewa.
"Apa maksudmu? Bukankah itu tidak mungkin?"
Angga menanggapi dengan sikap acuh tak acuh lalu beranjak pergi meninggalkan Diana.
"Kak, tunggu Aku!"
...****************...
Kediaman Wirawan.
"Usman, kapan kamu kembali? Bagaimana dengan rumah Dev? "
Ibu Dev bertanya pada pelayan yang sebelumnya diminta menunggu rumah Dev.
"Tuan muda sudah pulang semalam. Disana juga sudah ada seorang pembantu, tapi tuan muda meminta seorang pembantu lagi untuk disana"
Pak Usman menjelaskan keadaan dirumah Dev.
"Benarkah dia sudah pulang? Aku harus pergi menemuinya sekarang juga sebelum dia pergi lagi"
Ibu Dev sangat bersemangat mendengar kalau putranya sudah pulang.
"Tuan muda bilang akan berkunjung kemari hari ini. Jadi anda tidak perlu pergi kesana"
Pak Usman menyampaikan pesan Dev pada ibunya
"Tumben sekali. Apa benar dia akan datang kemari? Sejak kapan dia mau bersikap ramah? Apa putraku tiba-tiba sakit sampai dia mau pulang kerumah? Selama ini dia selalu saja menolak setiap kali aku memintanya pulang. Apa yang terjadi?"
Ibu Dev terlihat ragu dan tidak percaya mendengar putranya akan pulang kerumah utama. Batinnya terus saja berseteru dengan segala kemungkinan yang ada.