Menceritakan tentang seorang bayi, anak miliarder yang diculik oleh musuh bisnis orang tuanya. bayi itu dibuang dan ditemukan oleh seorang pemulung di desa terpencil, dan dia juga sering dihina di sana oleh para tetangganya sampai usia dia 20tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Adzan subuh membangunkan kiran, walaupun belum mendapat hidayah untuk memakai hijab, namun kiran tidak pernah meninggalkan Sholat 5 waktunya.
kiran bangun untuk mengambil air Wudhu, agar tidak mengantuk lagi. dan setelah selsai melakukan Shalat 2 raka'at kiran menuju dapur.
disana sudah ada mbok surti yang serang berkutat dengan bahan bahan masakan.
" mbok mau masak apa hari ini.?" tanya kiran setelah berada didekat mbok surti.
" eh non sudah bangun, mau mbok buatin susu hangat.?"
" gak usah mbok, aku mau bantuin mbok masak aja." mbok surti tersenyum mendengar ucapan kiran, begitu juga dengan melisa dan satu art yang kiran belum tau siapa namanya.
" ya udah tapi non pakai apron dulu, mel tolong ambilin apronnya." ucap mbok surti dan menyuruh melisa mengampilkan apron atau celemek untuk kiran. melisa pun menurut, segera mengambilkan apa yang di ucapkan mbok surti tadi.
" non mau nasi goreng atau roti.?" tanya mbok surti, kiran menyerngit mendengarnya.
" gak kenyang mbok sarapan roti aja, aku mau nasi goreng aja, siapa yang sarapan hanya makan roti aja mbok.?"
" tuan perabu non, beliau kalau pagi tidak suka makan nasi, tapi kalau nyonya pasti minta dibikinin nasi goreng." kiran mengangguk mengerti.
" nih apronnya ran." melisa menyodorkan apron pada kiran, sesangkan mbok surti yang mendengar panggilan melisa pun menegur.
" kamu itu nduk, ndak baik panggil majikan begitu." tegur mbok surti. melisa menatap kiran untuk meminta tolong, agar kiran yamg menjelaskannya.
" nggak apa apa mbok, aku sendiri yang minta meli untuk memanggil aku hanya nama kok." kiran menjelaskan.
" tapi nanti nyonya bisa marah non jika tau." mbok surti tidak setuju dengan kiran.
" aku udah bilang mamah mbok tadi malam, mamah gak apa apa kok." kiran meyakinkan mbok surti.
" oh ya sudah kalau nyonya sudah tau. ayo kita masak."
kiran membantu para art untuk memasak sampai selsai, dan mereka sesekali bercanda dan tertawa bersama.
setelah semua selsai kiran memutuskan untuk mandi terlebih dulu sebelum makan pagi.
kiran langsung menuju meja makan setelah selsai mandi dan memakai kemeja dan celana jins.
" sayang kok kamu gak pakek baju yang kemarin kita beli.?" tanya bu anggun saat menyadari pakaian yang dikenakan kiran.
" nanti aja mah, lagian gak pantes banget sama muka dan badanku yang kusut pakaian yang mamah beliin kemaren." jawab kiran sambil tersenyum.
" iya udah senyaman kamu aja." bu anggun pasrah mendengar jawaban kiran.
" hemm.. pah, apa aku bisa minta tolong sama papah.?" tanya kiran, pak perabu yang sedari tadi hanya diam langsung tersenyum.
" pasti kiran, papah akan turutin apa aja mau kamu." kiran tersenyum mendengar jawaban pak perabu.
" makasih ya pah, hemmm.. seberernya sahabat aku yang ada didesa menyusul aku kesini dan dia bekerja disini, tapi pekerjaan dia tidak sesuai dengan apa yang dia pelajari saat kuliah dulu, aku mau papah masukin dia diperusahaan papah." kiran menjelaskan pada pak perabu.
" apa yang jurusan yang temen kamu ambil, nanti papah akan usahakan untuk memasukkan dia diperusahaan kita."
" Akutansi pah, tapi dia sekarang hanya staff biasa, diperusahaan yang sekarang dia bekerja." pak perabu berpikir, dan ini juga salah satu kesempatan pak perabu untuk menjadikan kiran penerusnya nanti.
" suruh aja temen kamu ke perusahaan kita, nanti papah akan pindah tugaskan manager keuangan yang disana ke kantor cabang." ucap pak perabu setelah berpikir matang.
" serius pah.?"
" iya. papah serius, tapi dengan satu syarat." kiran menatap pak perabu setelah mendengar ucapan pak perabu, begitu juga dengan bu anggun dia langsung menatap suaminya.
" apa pah syaratnya.?" tanya kiran penasaran.
" kamu sendiri yang akan mengawasi dia diperusahaan." jawaban pak perabu membuat mereka berdua bingung.
" maksud papah gimana sih, mamah kok bingung.?" bu anggun meminta penjelasan pada pak perabu.
" kiran harus jadi penerus papah." jawab pak perabu. sambil mengigit roti yang sudah di olesi selai. bu anggun mencubit pelan pinggang pak perabu karna tidak setuju dengan ucapan pak perabu yang memaksa kiran.
" aku mau pah, aku juga udah mutusin nanti akan masuk ke jurusan yang berbau perbisnisan." kiran berucap dengan semangat. membuat mereka bernafas lega mendengarnya.
" kamu yakin sayang dengan keputusan kamu.?" tanya bu anggun.
" iya mah aku sudah yakin, dengan keputusanku." bu anggun hanya mengangguk mengerti.
" memang temen kamu sekarang kerja diperusahaan mana sayang.?" tanya bu anggun.
" hemm katanya PT.Wijaya Abadi mah, nanti siang sehabis pulang dari salon kita makan siang jemput temen ku disana ya mah." jawaban kiran membuat pak perabu menghentikan kunyahannya. begitu juga dengan bu anggun dia langsung menatap kiran.
" kamu yakin mau jemput dia disana.?" tanya bu anggun, sedangkan pak perabu hanya menyimak.
" kenapa emang mah kalau disana.?"
" kamu sudah siap memangnya, jika bertemu dengan mantan suami kamu lagi.?" bukan bu anggun, tapi pak perabu yang menjawab. kiran bingung mendengar ucapan pak perabu.
" kok bisa nyambungnya ke mas putra sih pah, aneh banget orang kita sedang bicara perusahaan." jawab kiran polos.
" PT.Wijaya Abadi itu perusahaan ayah putra sayang." bu anggun menjawab dengan menatap kiran yang terlihat kaget.
" hufff.. terus gimana mah, aku malas jika mendengar dia menghina ku lagi." kiran menghembuskan nafas panjang sebelum berkata.
" kamu tenang aja, nanti siang papah akan suruh yoga untuk bawa temen kamu ke perusahaan kita. jadi nanti siang setelah kalian selsai dari salon, kalian langsung ke perusahaan saja gimana." kiran tersenyum dan mengangguk setuju dengan usulan pak perabu.
" siapa nama teman kamu kiran.?" lanjut pak perabu.
" Asyifa pah, tapi aku gak tau nama lengkapnya."
" tenang aja yoga orang yang pintar, pasti dia memikiran cara untuk menemukan teman kamu."
" iya pah, nanti aku kirim chat padanya." pak perabu mengangguk mengiyakan.
" papah berangkat dulu. dan papah juga akan menghubungi yoga nanti." bu anggun dan kiran mencium takzim tangan pak perabu.
" ayo sayang kita juga harus segera ke kampus, untuk melakukan pendaftaran." ajak bu anggun setelah mengantar pak perabu kedepan pintu.
" iya mah, aku ambil tas dulu sebentar ya di kamar." bu anggun hanya tersenyum.
tidak sampai 10menit kiran sudah kembali membawa tas lamanya yang sudah usang, bu anggun menggelengkan kepala melihatnya.
" anak ini, dibeliin tas harga jutaan, malah pakai tas yang model begitu." gumam bu anggun dalam hati sambil melihat kiran yang menuruni tangga.
" ayo mah kita berangkat sekarang." ajak kiran saat sudah sampai didepan bu anggun.
" ayo, udah gak ada yang tertinggal kan.?"
" udah semua mah."
Bersambung...