FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Poor Lara
"Lara ada apa? Kau membuat masalah lagi?" Danna menghampiri Lara yang tengah terduduk taman belakang rumah. Kebetulan dia sedang membersihkan area taman, dan tidak sengaja melihat Lara duduk di taman sendirian dengan tatapan kosong.
"Apa menurutmu aku biang onar?!" Lara membalas dengan nada ketus, dan tidak suka.
Danna tersenyum kecut, sepertinya dia salah mengajukkan pertanyaan. "Maaf, Lara. Aku tidak bermaksud seperti itu. Jangan tersinggung." Danna segera menyadari kesalahannya, dan meminta maaf pada Lara.
Lara menghela nafas panjang, "aku ingin keluar dari rumah ini," ucap Lara lirih, penuh keputusasaan.
Danna menatap Lara dengan lekat, "aku mengerti perasaanmu, Lara. Aku akan membantumu semampuku."
Lara langsung menoleh menatap Danna penuh selidik, "kau akan membantuku?"
Danna mengangguk.
"Masalahnya ponsel, visa, pasport dan identitas diriku hilang entah ke mana saat pernikahan itu terjadi," lirih Lara, semakin terpuruk, keinginannya kabur dari rumah itu semakin sulit. Pasalnya negara Inggris adalah negara super ketat. Dia bisa ditangkap polisi jika ketahuan tidak memiliki identitas, karena dianggap imigran gelap.
"Kau sudah mencari di hotel itu?" tanya Danna, dan Lara menggeleng pelan.
"Bagaimana aku bisa mencarinya, jika aku terpenjara di sini. Uang sepeser pun tidak punya." Lara menjawab lesu.
Danna mengusap punggung Lara, menenangkan wanita itu. "Aku akan membantumu, Lara. Asalkan kau mau menjadi temanku." Danna tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
Lara menatap Danna lalu beralih menatap tangan wanita itu, "aku tidak mempunyai pilihan lain." Lara menjabat tangan Danna, erat.
Danna tersenyum lalu mengajak Lara ke pavilliun.
"Mau apa kita ke sini?" tanya Lara ketika dia diajak masuk ke kamar Danna. Kamar Danna sangat luas, bagus, lengkap dengan segala fasilitas. Lara tersenyum kecut melihatnya, tentu saja dia iri pada Danna, pasalnya dia menepati kamar sempit dan pengap.
"Itu laptopku sudah lama tidak terpakai. Kau bisa mengambilnya. Emh ... anggap saja sebagai hadiah pertemanan dariku," ucap Danna seraya menunjuk laptopnya yang tergeletak di atas meja kamar, dan sudah lama tidak dia gunakan karena sudah mempunyai laptop baru yang lebih canggih.
"Lara, kau bisa menggunakannya untuk mengirimkan email kepada kedutaan besar New York." Danna kembali menjelaskan ketika melihat Lara terdiam. "Untuk saat ini, cuma ini yang bisa kulakukan untukmu, Lara. Sekarang kau tidak sendirian di sini, ada aku yang akan selalu menemanimu." Danna sangat kasihan pada kehidupan Lara yang begitu malang. Jika dirinya berada di posisi Lara, mungkin sudah tidak kuat, atau yang paling parah bunuh diri.
Lara sangat terharu dengan kebaikan dan kemurahan hati Danna. " Thank you so much, Danna." Air mata Lara langsung banjir membasahi pipi.
"Lara, jangan buang-buang air mata yang berharga ini." Danna mengusap air mata Lara dengan lembut. "Kita sesama wanita, dan aku bisa merasakan apa yang tengah kau rasakan saat ini." Danna kembali menenangkan.
Lara mengangguk, masih terisak.
"Aku juga punya ponsel yang sudah tidak terpakai. Kau bisa menggunakannya sementara waktu untuk menghubungi keluargamu."
Lara menggeleng, "aku tidak punya siapa pun." Lara kembali menangis, ketika teringat mendiang orang tuanya.
"Poor Lara." Danna memeluk dan mengusap punggung wanita itu dengan penuh kelembutan. Berusaha menenangkan, agar Lara tidak terus-terusan bersedih. "You are not alone anymore."
***
Hari ini udah crazy up. Udah 3 bab ya. Jangan lupa like, komentar, vote dan hadiahnya 🥰
Kasihan dia hanya jadi pemuas nafsu Logan aja
Dan Logan akan dijodohkan dengan anak Dana Leo