Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendan
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa hari kemudian setelah acara penyambutan Clara, Keadaan mulai kembali seperti semula, semua orang kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Bahkan Gladys melupakan hal paling penting yang sudah ia sembunyikan di tempat penyimpanan Handuk, dan beruntungnya belum ada orang lain yang menyadarinya pula di sana.
"Nona" Sebuah suara membuyarkan konsentrasi Gladys saat mengerjakan laporannya, Ia mengangkat kepalanya dan melihat jika Asisten Yuda yang telah memanggil namanya.
"Hei, selamat pagi. kau sudah datang rupanya!."
Gladys melepas kacamatanya dan kini menyapa balik Yuda dengan senyum cerah meskipun wajahnya nampak sedikit pucat.
Yuda tertegun, ia malah menatap istri atasannya itu dengan khawatir.
"Nona, apa anda baik-baik saja? Kenapa wajah anda pucat, apa anda sakit?
Mendengar pertanyaan asisten pribadi suaminya itu, sejenak Gladys merasa ragu untuk menjawabnya.Namun, beberapa detik kemudian ia mengambil cermin dari dalam tasnya untuk memastikan apa yang di katakan Yuda barusan.
Setelahnya, ia kembali meletakkan cermin itu di tempatnya semula masih dengan menatap Yuda.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja mungkin aku kurang tidur kemarin malam." Kilahnya.
"Benarkah?" Namun Asisten Yuda tak serta Merta langsung percaya dengan jawaban yang di berikan Gladys.
"Tapi wajah anda benar-benar sangat pucat Nona, apa perlu aku belikan obat atau mungkin kita ke dokter saja??" Tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah meja kerja Gladys, yang kebetulan berada di seberang mejanya.
Wanita itu menggeleng seraya tersenyum lembut. "Aku benar-benar tidak apa-apa, Yuda! Apa agenda kita hari ini?"
Gladys langsung mengubah topik pembicaraan dengan membahas pekerjaan, hingga membuat Yuda, tidak punya pilihan untuk memberikan dokumen yang baru saja ia print untuk agenda mereka seminggu ke depan.
Gladys menerima laporan itu dengan mata yang fokus ke pada dokumen yang ia terima, lalu tangan lentiknya terus membuka lembar demi lembar kertas yang berisi data rahasia perusahaan milik keluarganya.
Yuda yang masih berdiri di depan meja kerja Gladys, masih menatap istri atasannya itu dengan khawatir. "Nona, bagaimana kalau anda pulang saja untuk istirahat, dan biarkan saya yang melakukan presentasi hari ini!"
Gladys kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak usah , Yuda. aku bisa melakukannya sendiri. Terimakasih atas perhatianmu ya!" Ucapnya dengan tulus. Kini wanita itu nampak tersenyum dengan menatap wajah asisten pribadi Nathan itu seraya menyatukan kedua tangannya di atas meja.
Bukan tanpa alasan Gladys menolak tawaran Yuda tadi. Ia merasa jika saat ini ia hanya kurang enak badan saja mungkin karena selepas sakit demam dan pengaruh dari kehamilannya yang sejak awal ingin ia sembunyikan.
Toh setelah pulang dari kantor ia akan kembali ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, karena sejujurnya sejak semalam ia sudah merasa tak enak badan.
"Ammmm, begini saja, bolehkan aku minta tolong ambilkan aku segelas air putih hangat!! Sepertinya, hanya itu yang aku butuhkan saat ini." Pinta Gladys yang langsung di sambut anggukan oleh Yuda, dengan langsung berjalan keluar menuju pantry khusus petinggi perusahaan.
Selepas kepergian Yuda dari Hadapannya, Gladys langsung membereskan berkas-berkas dokumen pekerjaannya untuk ia bawa ke ruang kerja suaminya.
Tok tok tok
"Masuk!"
Pintu terbuka dan muncul-lah Yuda dari sana. "Nona, ini air putih hangatnya!" Ucap Pria muda itu dengan meletakan Satu gelas Air di atas meja. "Silahkan di minum dulu Nona! mumpung masih hangat." Imbuhnya.
Hati Gladys menghangat dengan perhatian yang di berikan asisten pribadi suaminya itu, meskipun hanya berstatus sebagai rekan kerjanya, karena ia dan Yuda sama-sama bekerja sebagai bawahan Nathan di perusahaan itu.
Bahkan Pria itu selalu perhatian terhadap kondisi nya , contohnya saat ini. Dengan senang hati Gladys meminum Air hangat itu beberapa teguk, ia cukup puas karena tubuhnya yang tadi sempat terasa kurang enak, kini merasa lebih baik.
"Bagaimana Nona, apa sudah mendingan?" tanya Yuda sekali lagi guna memastikan.
Gladys tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, dia bahkan sudah bersiap untuk keluar dari ruangannya menuju Tempat meeting hari ini bersama Yuda.
"Ayo kita pergi sekarang Yuda! Tidak enak jika Kak Nathan menunggu kita ." Ajaknya seraya melangkah keluar dari ruangannya dengan membawa berkas-berkas yang tadi di berikan Yuda padanya.
"Biar saya bantu nona!" Yuda langsung menyambar beberapa map yang di bawa Gladys. Dan wanita itu tidak menolak sehingga dengan mudah Tiara mengambil alih berkas itu dari tangannya.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke ruang Meeting, Namun karena ponselnya berbunyi, Yuda lebih dulu berinisiatif untuk mengangkat nya dan membiarkan Gladys untuk masuk lebih dulu.
Tok tok tok
"Masuk!"
Suara dingin dan berat itu terdengar dari dalam sana, Gladys pun membuka pintu.
Setelah pintu terbuka, Gladys baru menyadari jika ada orang lain di dalam ruangan itu namun bukan pegawai perusahaan.
Deg
Tubuh Gladys membeku, tak jauh darinya berdiri sesosok wanita anggun dengan Rambut pirang blonde, Kulit bersih seputih susu dengan gaun biru laut yang menonjolkan keanggunan seorang wanita, kini terpampang jelas di mata Gladys yang berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.
"Kak, Masuklah!"
Clara tersenyum sembari berjalan menghampirinya, lalu tanpa aba-aba langsung memeluknya.
"Maaf, karena kemarin malam aku langsung pergi! itu karena tubuhku mulai kelelahan setelah perjalanan jauh." Ucapnya.
Tubuh Gladys semakin membeku, melalui bahu Clara, Matanya bertemu dengan Mata Hazel Nathan yang sejak tadi tak lepas menatapnya.
Pria itu meletakkan kedua tangannya ke atas meja, Lalu sedikit mencondongkan tubuhnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu saat ini, Gladys tak perduli, yang ada dalam pikirannya hanya ingin segera menghilang dari ruangan itu secepatnya.
Tak berselang lama, Yuda tiba-tiba menyusul masuk tanpa kembali mengetuk pintu karena kebetulan pintu masih terbuka dan Gladys masih berdiri tak jauh dari sana.
Deg
Yuda kelabakan, Pria itu sampai di buat mati gaya karena merasa terkejut melihat Clara sudah ada di dalam sana tanpa sepengetahuannya.
"Sial, sejak kapan Rubah ini ada di sini?" Gumamnya sembari mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
Melihat kemunculan Yuda, Clara pun melangkah mundur.
"Maaf jika aku datang ke kantor tanpa mengabari mu ,kak!" Ucap Clara tak enak hati, lalu ia menoleh ke arah Nathan yang saat ini hanya diam menatap ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Gladys.
"Tidak apa-apa, bukankah memang kau juga akan bekerja di sini?" Jawabannya dengan ramah, sembari memalingkan muka agar menghindari tatapan Nathan padanya.
Gladys menyembunyikan kegetiran di hatinya dengan memaksakan sebuah senyum di bibirnya agar Nathan tak menyadarinya.
"Terimakasih, kak." Ucap Clara sekali lagi, lalu Gadis itu menuntun Gladys untuk bergabung bersama Nathan.