Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAMA TAPI BEDA
Mobil Radit mulai masuk ke dalam halaman rumahnya. Dia lalu turun dan membuka pintu. Suasana hening pun langsung terasa sejak pertama dia membuka pintu. Tak ada siapa-siapa di sana. Hanya figura-figura yang terpajang di dinding dan di atas sepanjang meja hias pada ruang tamu.
Radit lalu duduk pada sofa yang ada di ruang nonton rumahnya. Tempat favoritnya setiap kali dia pulang bekerja, yang sekaligus menjadi tempat penuh kenangan bersama seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya.
Bagaimana Radit dan orang itu tertawa dan bercanda bersama. Makan dan menonton TV berdua dengan sesekali dirinya mengusili orang tersebut.
Senyum tipis mengembang di bibir Radit. Dia lalu mengusap sofa itu perlahan. Menyandarkan kepalanya dan dan mulai menutup matanya.
Aku kangen banget sama kamu, Lis... - Raditya Gunawan
Saat Radit sedang hanyut dalam lamunnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Radit langsung mengeluarkan ponsel itu dari dalam saku celananya.
"Assalamu'alaikum ma." sapa Radit begitu telepon tersambung.
"Waalaikumsalam Dit. Kamu udah pulang kerja?" tanya seorang wanita ditelepon.
"Udah ma, baru aja. Kenapa ma? Apa ada masalah sama anak-anak." tanya Radit.
"Ini si Kaila, dari semalam badannya panas. Dia kayaknya demam." jelas wanita itu.
"Kaila sakit ma? Parah nggak ma? " tanya Radit yang mulai cemas.
"Awal-awal sih suhu badannya lumayan tinggi, tapi setelah mama dan papa bawa ke dokter, alhamdulillah suhu badanya mulai turun. Tapi dia asik mengigau terus setiap tidur."
"Mengigau ya ma?" tanya Radit.
"Iya, dia manggil-manggil bundanya terus. Membuat hati mama sedih Dit."
"Itu biasa ma. Kaila hanya belum terbiasa aja. Nanti lama-lama dia akan terbiasa." ucap Radit. Dia mencoba untuk tegar menanggapi kabar yang sang mama sampaikan.
"Kamu beneran nggak berniat menikah lagi Dit?" tanya wanita itu lagi dan lagi. Dengan pertanyaan sama, yang sudah entah yang ke berapa kalinya dia lontarkan kepada putranya itu.
"Ma, Radit kan udah bilang berkali-kali sama mama. Radit nggak butuh siapa-siapa lagi ma. Radit nggak berniat menikah lagi. Radit mau fokus kerja dan bahagiakan mama papa dan anak-anak aja." jelas Radit.
"Kamu mungkin nggak butuh, tapi anak-anak kamu butuh Dit. Mereka butuh figur seorang ibu. Kamu sendiri kan tau, seorang nenek nggak akan bisa memberikan figur itu. Mama hanya nenek bagi mereka. Berbeda dengan kalau kamu menikah. Mereka punya seseorang yang bisa mereka panggil dengan sebutan 'Bunda'." jelas wanita tua itu lagi.
"Nggak ada yang bisa gantiin Bunda mereka ma." kata Radit.
"Mama tau itu Dit. Mana mungkin ada yang bisa menggantikan ibu kandung mereka. Tapi setidaknya saat ada acara sekolah atau apa pun itu yang mengharuskan sosok ibu hadir bagi mereka, mereka punya itu Dit. Sebab mereka terlalu kecil untuk menjelaskan kepada teman-temannya tentang mengapa mereka tidak punya ibu. Lebih-lebih lagi Demian saat nanti dia mulai bisa mengerti."
Radit terdiam. Dia sudah tidak tahu harus menjawab apa lagi kalau sudah sang mama membahas soal Demian. Bayi usia 8 bulan itu bahkan tidak sempat merekam moment bersama ibunya. Yang membuat terenyuh hati Radit setiap mengingatnya.
"Radit... halo?"
"Iya ma. E...nanti Radit coba pikirkan lagi ya ma. Dan kalau ada libur nanti Radit pulang ke sana." ucap Radit.
"Iya, kamu sehat-sehat ya di sana?"
"Iya ma. Radit tutup ya ma." Radit meletakkan ponselnya di atas sofa. Dia kembali menjatuhkan kepalanya pada sandaran sofa.
Melihat kepada sebuah foto yang ada di dinding ruangan tersebut. Foto pernikahan dirinya dengan seseorang yang sudah tidak ada di sisinya lagi.
Aku masih belum bisa menggantikan mu dengan wanita mana pun Lis... - Raditya Gunawan
...****************...
Pukul delapan pagi, Melisa sudah bersiap untuk pergi bekerja. Setelah kemarin dia diantar pulang oleh Radit ke kontrakannya, dia juga mendapatkan beberapa lembar uang berwarna pink dari sang atasannya itu.
Awalnya Melisa menolak, sebab dia tidak mau dianggap mata duitan oleh pria dewasa tersebut. Karena biar bagaimana pun, dia kan belum bekerja di toko Kue miliki Radit. Masa sudah mendapatkan bayaran.
"Aku tau kamu nggak punya uang lagi, jadi ambil aja uang ini." ucap Radit seraya menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah muda tersebut.
"Jangan Pak. Aku nggak mau merepotkan." ucap Melisa sungkan.
"Nggak apa. Kamu mau makan apa nanti malam kalau nggak punya uang?" kata Radit dengan sangat apa adanya.
Melisa lalu menggigit bibir bawahnya seraya menunduk dan perlahan menggerakkan tangannya, untuk mengambil uang itu dari tangan atasannya itu.
Radit lalu masuk ke dalam mobilnya. Melisa hanya memperhatikan saja atasannya yang tidak pernah senyum itu. Namun saat mobil Radit sudah mulai bergerak hendak meninggalkan kontrakannya, Melisa kembali memanggil Radit seraya mengetuk kaca jendela mobil.
"Pak.. Pak... " panggil Melisa. Membuat pria tampan itu terpaksa menginjak rem dengan spontan. Radit lalu menurunkan kaca mobilnya.
"Ya..?" ucap Radit dengan ekspresi masih datar.
"E... nanti bapak boleh potong dari gaji saya. Ini saya anggap hutang ya pak?" ucap Melisa seraya menunjuk uang ya Radit berikan.
Radit hanya melihat kepada Melisa tanpa merespon apa-apa. Dia kembali menutup kaca jendela mobilnya. Kemudian langsung menggerakkan mobilnya meninggalkan kontrakan Melisa. Membuat Melisa bengong saja melihat tingkah atasannya.
Dasar kutub utara... - Melisa
Dan kalau tidak ingat bahwa dia butuh kerja dan uang, dan betapa sulitnya mencari kerja di ibu kota ini, Melisa pasti akan cari kerja di tempat lain. Tapi yah, sudahlah. Dijalani saja yang saat ini sudah ada di depan mata. Lagi pula, dimana lagi bisa dapat kerjaan semudah di toko roti Kalista tersebut.
Melisa sudah mendapatkan ojeknya. Dia naik dan langsung menuju ke tempat kerjanya.
Sesampainya di toko kue, Melisa langsung di beri seragam oleh Sintya. Melisa pun mulai bekerja setelah mendapat arahan dari perempuan yang ternyata sebaya umurnya dengan dirinya.
Melisa mulai memasukkan roti-roti ke dalam plastik. Kemudian menyusunnya pada rak-rak pajangan. Namun tanpa dia sadari Sintya dan semua karyawan melihat kepada dirinya, yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
"Seperti pinang di belah dua ya Bu?" ucap salah seorang karyawan.
"Iya, mirip banget ya?" kata yang lainnya.
"Apa dia reinkarnasi dari Ibu Bos ya bu?" sahut yang lain lagi.
"Hus, dalam islam mana ada hal-hal kaya gitu. Ngaco kamu." bantah Sintya, yang tidak percaya dengan yang namanya reinkarnasi.
"Tapi kan katanya, kita emang punya tujuh kembaran yang tersebar di seluruh dunia kan?" kata karyawan lain.
"Iya juga sih. Eh, sudah-sudah, kerja sana!" Sintya membubarkan grup ngerumpinya.
Para karyawan kembali bekerja. Namun saat mereka semua asik menata toko, tiba-tiba pintu toko ada yang membuka. Seorang pria memakai pakaian casual dengan sepatu sport dan jaket bermereknya masuk dan melihat-lihat ke dalam toko. Dia juga memakai kaca mata hitam.
"Oh, lo Kei?" ucap Sintya.
"Ngapain pagi-pagi lo ke sini?" tanya Sintya lagi kepada pria tersebut.
"Gue nyari kue untuk Hotel Sin. Buat besok." jawab pria bernama Kei itu.
"Berapa banyak?" tanya Sintya.
"100 box ya. Besok lo antar sebelum jam 9." jelas Kei.
"Oke. Kuenya kayak biasa kan?" tanya Sintya lagi.
"Iya..."
"Sip, udah gue catat. Di minum dulu tehnya Kei." tawar Sintya.
Kei langsung mengambil tehnya. Namun saat Kei meminum tehnya, tiba-tiba saja Melisa datang dan menghampiri Sintya.
"Bu, rotinya udah aku susun semua. Apa ada yang lain lagi?" tanya Melisa.
Kei yang mengalihkan pandangannya pada karyawan baru itu pun langsung terkejut luar biasa. Sampai-sampai teh yang sudah di dalam mulutnya ke sembur keluar lagi. Membuat bajunya dan Sintya terkena imbas semburannya.
"Kei...!" Pekik Sintya yang terkejut.
"Sorry... sorry... Aku kaget Sin." Kei lalu bangun dan berjalan mendekati Melisa.
Kei memperhatikan Melisa dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Membuat Melisa heran dengan sikap Kei.
"Siapa dia Sin?" tanya Kei dengan matanya tidak berkedip melihat Melisa.
"Namanya Melisa. Karyawan baru gue." jawab Sintya seraya membersihkan wajahnya dengan tisu.
"Hai kenalin, aku Kevin. Kamu boleh panggil aku Kei. Kamu siapa?" tanya Kei seraya mengulurkan tangannya. Melisa pun langsung menyambut uluran tangan Kei.
"Aku Melisa." ucap Melisa seraya tersenyum kepada Kei.
Dan saat Kei dan Melisa saling berpegangan tangan, Radit datang dan melihat mereka....
*Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai... buat kalian yang belum baca Cerai Yuk?! Seasons pertama, Author sarankan untuk baca Cerai Yuk Seasons pertama dulu ya. Biar kalian lebih paham dengan kisahnya. Terimakasih... 🙏😇
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal
hidup tanpa ayah/ibu. nggak disukai sodara-sodara...😭
masa cuma gini aja..
penasaran...
masa cuma 3thn lebih lama gk pp mel yo tak dukung sapa tau jodoh 😄🤭
pasti gak menduga si Radit 😄