Follow My IG : @mae_jer23
Geyara, gadis kampung berusia dua puluh tahun yang bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Cullen. Salah satu keluarga terkaya di kota.
Pada suatu malam, ia harus rela keperawanannya di renggut oleh anak dari sang majikan.
"Tuan muda, jangan begini. Saya mohon, ahh ..."
"Kau sudah kupilih sebagai pelayan ranjangku, tidak boleh menolak." laki-laki itu terus menggerakkan jarinya sesuka hati di tempat yang dia inginkan.
Tiga bulan setelah hari itu Geyara hamil. Masalah makin besar ketika mama Darren mengetahui sang pembantu di hamili oleh sang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau malu?
Yara belum tidur. Ia masih bolak-balik dalam kamarnya. Lusi teman sekamarnya sudah tertidur nyenyak sejak tiga puluh menit yang lalu. Pasti gadis itu kelelahan sekali karena bekerja seharian ini. Beda dengan Yara yang sama sekali tidak merasakan lelah. Karena ia sibuk memikirkan yang lain.
Kemana tuan muda pergi? Apakah ke rumahnya yang di pantai waktu itu?
Pesta tadi berakhir cepat karena ada insiden kecil antara Darren dan mamanya. Setelah menolak pertunangan, pria itu menghilang entah kemana. Yara mengakui dirinya senang dengan penolakan Darren terhadap pertunangan yang dibuat oleh nyonya besar. Dia pikir laki-laki itu akan patuh pada mamanya, ternyata tidak.
Sudah hampir satu jam Yara bolak-balik gelisah dalam kamarnya. Tangannya memegang ponselnya. Tadinya ia ingin menelpon untuk mencari tahu keberadaan laki-laki itu, tapi dia ragu-ragu. Ia takut kalau tuan mudanya akan berpikir kalau dia sudah merasa memiliki pria itu.
Tahan Yara, tahan. Kau hanya simpanannya. Tunggu saja. Kalau memang tuan muda membutuhkanmu malam ini dia pasti akan mencarimu. Kau bisa melihat dia baik-baik saja atau tidak setelah bertemu. Jangan permalukan dirimu dengan mencarinya lebih dulu.
Gumam Yara pada dirinya sendiri. Sesaat kemudian ponsel yang dia pegang bergetar. Yara cepat-cepat melihat siapa yang memanggil, lalu ia tersenyum.
Tuan muda,
Yara menghela nafas dan membuang panjang, kemudian mengangkat telpon dari sosok yang sejak tadi terus memenuhi pikirannya.
"Ha_ halo?" jawabnya pelan. Takut Lusi akan terbangun.
"Kau dimana?" tanya Darren di seberang sana.
"Mm, ka_ kamar tuan muda."
"Sudah lelah, atau mengantuk?"
Yara menggelengkan kepala tapi Darren yang di seberang sama sekali tidak melihatnya.
"Yara, jawab aku." suara itu rendah dan terdengar menuntut.
"Memangnya tuan muda ma .. mau apa?"
"Aku mau kamu sekarang. Keluarlah kalau tidak lelah. Aku tidak tahan lagi Yara."
Yara menggigit bibirnya. Tentu ia tahu apa maksud pria itu.
"Keluarlah cepat, jangan buat aku menerobos masuk dan melakukannya di dalam kamarmu." lalu sambungan terputus.
Yara kembali gugup. Ia harus siap, karena malam ini kemungkinan besar tuan mudanya akan memasuki dirinya lagi, seperti waktu itu. Entah hari ini akan lebih kasar dari beberapa hari yang lalu atau tidak, tapi Yara pasti tetap menikmatinya. Ternyata bercinta memang seenak itu. Apalagi badan tuan muda Darren sangat bagus. Bak atlit dan model.
Yara menatap sebentar ke Lusi, kemudian keluar. Langkahnya sangat perlahan, tidak ingin membuat keributan. Begitu membuka pintu kamarnya, tubuhnya langsung di tarik oleh sosok yang barusan menelponnya tadi.
Ternyata laki-laki itu menunggunya di di depan kamarnya.
"Tuan muda," Yara gugup saat Darren tiba-tiba mengangkat tubuhnya san menggendongnya kayak koala.
"Kenapa, keberatan aku menggendongmu begini?" bisik Darren ditelinga Yara. Lalu menggigit kecil telinga kirinya, hingga Yara merasa geli. Kedua kakinya melingkar di pinggang Darren dan Darren menekan pantatnya agar Yara tidak jatuh.
"A ... Aku takut ada yang lihat." lirih Yara pelan.
"Tidak akan. Aku sudah memeriksanya. Semua orang sudah tidur. Heemm, kau wangi sekali." gumam Darren tak lupa memuji saat menghirup aroma tubuh Yara.
"Tapi aku lebih suka wangi yang di sini." pandangan pria itu turun ke area terlarang milik Yara. Yara menahan napas, seketika ia memerah. Mesum sekali tuan mudanya ini.
"Ayo ke atas." Darren pun melangkahkan kakinya menuju lantai atas, masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Ia tidak menurunkan Yara di tempat tidur, malah mendudukkan wanita itu di atas meja kamarnya dan membantu Yara menanggalkan daster tidurnya.
"Apa kau pakai daster tiap kali kau mau tidur?" Darren bertanya. Ia ingat terakhir kali waktu melihat Yara menelpon di kolam, wanita ini juga memakai daster.
Yara mengangguk. Ia senang pakai Daster kalau mau tidur karena merasa nyaman saja. Hampir tiap malam ia memang selalu pakai Daster kalau mau tidur.
"Bagus, kau meringankan pekerjaanku kalau begitu." kata Darren karena dengan mudahnya ia berhasil menanggalkan pakaian wanita itu.
Hanya dalam sepersekian detik Yara sudah polos di depan Darren. Mata Darren tak lepas dari Yara yang menantang.
"Sangat padat," gumamnya. Berapa kali pun ia lihat, tetap saja dia tidak bisa menutupi rasa kagumnya.
"Sebenarnya apa yang kau makan sampai ini bisa terbentuk dengan indah? Aku menyukai bentuknya. Sangat pas dalam genggamanku.
Yara menggigit bibirnya saat tangan Darren terangkat membelai di bukit kembarnya.
"Emhh ..." ia mengerang ketika pria itu menarik bagian itu dengan kuat.
"Kau sangat menantang, sweetie." Darren berbisik serak Lalu mulai enyiksa Yara dengan kenikmatan tertahan. Tuan mudanya sangat lihai membuat tubuhnya bergetar hebat.
"Keluarkanlah suara seksimu untukku, tidak ada seorang pun yang akan mendengar. Kamar ini kedap suara. Kau mau teriak sekuat apapun tidak ada yang bisa dengar." ucap Darren karena melihat Yara mati-matian menggigit bibirnya.
"Ohh ..." Yara tak mampu lagi menahan suara laknat itu.
Kenapa laki-laki ini sangat pandai membuatnya tersiksa seperti ini? Darren tersenyum menyeringai. Akan dia buat wanita ini tersiksa malam ini sambil meneriakkan namanya. Pria itu menghentikan permainan di bagian atas. Sebenarnya Yara sedikit kecewa, tapi tentu malu untuk mengatakan keberatannya kepada laki-laki perkasa di depannya itu.
Ia sempat bingung ketika Darren berlutut di bawah meja dan menariknya ke ujung. Namun setelah pahanya di buka lebar-lebar oleh pria itu barulah Yara dasar.
Yara berusaha merapatkan pahanya. Dia malu, dia malu Darren akan melihatnya.
"Tu .. tuan muda," Yara terus berusaha merapatkan pahanya.
"Ssstt ... Kau malu?" Yara menganggukkan kepala.
"Kenapa? Lagipula aku sudah pernah lihat semuanya."
Tetap saja berbeda. Namun Yara akhirnya membiarkan Darren membuka pahanya lebar-lebar.
"Kau cantik sekali sayang," puji Darren. Yara menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya begitu tegang. Ia tahu apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya.
"Ahh ..." benarkan? Kini Darren sudah menggodanya dengan lihai.
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍