Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Andreas yang sudah mendapatkan sedikit informasi dari Asistennya tentang ciri-ciri orang yang menyiramnya dengan kopi, segera menunjukkan sesuatu dari ponselnya.
"Apa orang ini yang kamu maksud?" Asisten Andreas mengangguk.
"Iya benar, Tuan. Memang dia yang menabrak saya lalu menumpahkan minumannya, saya gak tahu kalau dia orang yang punya niat jahat," ucap Asisten itu menjelaskan.
"Bukan salahmu, mereka memang sudah merencanakannya." Andreas menepuk pelan pundak sang Asisten agar pria muda itu tidak terlalu merasa bersalah.
"Boleh saya membantu mencari bayi Anda, Tuan?" Tawaran itu di angguki oleh Andreas.
Mereka berdua bergerak menemui pimpinan rumah sakit untuk meminta ijin melihat rekaman cctv. Begitu melihat apa yang ada dalam rekaman itu, Andreas semakin tidak bisa menahan amarahnya.
"Kurang ajar mereka berdua," geramnya dengan tangan mengepal.
"Catat nomor plat mobilnya lalu lacak keberadaannya dimana," perintah Andreas pada Asistennya yang langsung sigap menurut.
Andreas sendiri pergi dari ruangan pemantauan cctv dan menemui papanya yang tadi berkata ingin membantu.
"Bagaimana, Pa?"
"Papa sudah lapor Polisi, bahkan beberapa orang suruhan Papa juga sudah mulai bergerak mencari mengikuti seluruh arah arus dari Rumah Sakit ini."
Tidak ada kepuasan dalam diri Andreas mendengar apa yang di katakan sang papa. Ia sangat mengkhawatirkan anaknya yang masih sangat rentan.
"Aku gak akan mengampuni mereka kalau sampai terjadi apa-apa pada anakku," marahnya.
"Tenangkan dirimu, Nak. Berdoalah semoga apa yang kita takutkan gak terjadi," ucap pak Bastian menenangkan anaknya.
"Kenapa semua ini bisa terjadi, Pa? Sebenarnya ada apa dengan ini semua? Kenapa Meli melakukan itu pada anak kita?" Tanya bu Nina lemas saat mendapati kenyataan menyakitkan ini.
Bu Nina baru saja di beritahu oleh suaminya kalau menantu mereka kabur membawa bayinya bersama selingkuhan. Betapa hancurnya hati bu Nina mendengar hal itu, bagaimana tak hancur kalau ia sendiri yang memilih Meli untuk menjadi menantunya. Bahkan sedikit memaksa anaknya agar mau menikahi wanita pilihannya.
Namun sekarang hanya tinggal penyesalan saja yang kini merayapi hatinya karena pilihannya justru menyakiti anaknya sedalam itu.
"Lalu sekarang bagaimana, Pa? Kasihan cucu kita yang baru lahir tapi sudah di bawa pergi," kata bu Nina yang segera di peluk suaminya.
"Sabar, Ma. Kita sedang mengusahakan agar cucu kita ketemu," ucap pak Bastian.
Sedangkan keadaan keluarga Meli saat ini sedang kacau. Ya kacau, karena ibunya Meli yang pingsan akibat bayangan kehancuran keluarganya saat tahu dengan siapa anaknya kabur. Sedangkan ayahnya Meli semakin was-was karena takut keluarga Andreas melakukan sesuatu pada perusahaannya yang seluruhnya berada dalam kendali perusahaan keluarga Andreas.
"Anak kurang ajar, apa dia gak bisa berpikir baik-baik apa yang akan terjadi setelah apa yang di lakukannya ini," geram ayahnya Meli.
Andreas terus memacu mobilnya mengikuti arah yang memungkinkan di lewati oleh mobil yang membawa anaknya. Jangan kira karena Andreas orang kaya maka ia bisa melakukan segalanya dalam waktu yang cepat.
Butuh proses untuk semua itu, apa lagi kepergian Meli yang menurut rekaman cctv hingga ketahuan sudah memakan waktu hampir 1 jam. Dan jalanan yang cukup sengang karena akhir pekan juga memungkinkan mobil yang di kendarai Meli melaju cepat menjauh.
Hingga setengah jam berkendara, Andreas mendapat kabar dari Asistennya kalau mobil yang di kendarai Meli. Terakhir terlihat di daerah yang menuju luar kota. Dengan kecepatan penuh, Andreas segera putar arah menuju luar kota yang di maksud Asistennya.
Cukup lama berkendara sembari melihat setiap mobil yang di lewatinya untuk melihat plat di mobil. Andreas menghentikan mobilnya di pom bensin, karena tidak tahu akan sejauh mana ia pergi mengejar yang belum pasti arah tujuan sebenarnya.
Andreas hanya jaga-jaga saja mengisi penuh tangki mobilnya yang memang baru sempat di isinya.
Saat akan kembali melaju di jalan raya, Asisten Andreas menelpon, hingga pria itu menunda perjalanannya sejenak.
"Halo, Tuan. Saya baru saja mendapat kabar tentang mobil dengan nomor plat yang sama seperti yang membawa bayi Tuan. Mobil itu sekarang ada di kantor Polisi daerah X, mobil dalam keadaan yang memprihatinkan."
Tanpa menjawab apa-apa, Andreas mematikan sambungan telponnya dan segera memacu mobilnya menuju kantor Polisi yang di maksud Asistennya, Beni.
Butuh waktu 45 menit untuk sampai di kantor Polisi itu. Karena memang lumayan jauh dari pusat kota meski Andreas sudah berjalan cukup jauh pula. Apa lagi kondisi jalanan yang sudah mulai ramai oleh pengendara lain, tidak memungkinkan lagi bagi pria itu untuk kebut-kebutan.
Setibanya di kantor Polisi tersebut, Andreas segera menuju tempat laporan dan bertanya.
"Maaf, Pak. Saya mau bertanya tentang mobil dengan nomor plat ini. Saya baru mendapat kabar kalau mobil itu ada di sini."
Polisi yang berjaga segera melihat kertas yang di sodorkan Andreas.
"Sepertinya ini nomor plat mobil yang baru saja datang dengan keadaan hancur. Apa saudara mengenal korban?"
Mendengar pertanyaan Polisi di depannya membuat Andreas kaget sekaligus takut. Takut terjadi apa-apa dengan anaknya yang terutama.
"Maksud Bapak bagaimana, ya?"
"Mari ikut saya, Pak."
Andreas mengikuti Polisi tersebut ke arah lapangan di mana ada beberapa mobil rusak bekas kecelakaan. Lalu di tunjuklah mobil dengan nomor plat yang sama namun dalam kondisi gosong dan basah karena air dari pemadam.
"Ini... Ini memang mobilnya, Pak. Tapi apa yang terjadi? Di mana penumpangnya?" Kaget Andreas, pikirannya tertuju pada anaknya saja.
"Mari ikut saya, nanti akan saya jelaskan di dalam."
Setelah mereka sampai di dalam lagi, Polisi yang tadi memanggil rekannya yang mendatangi lokasi kebakaran mobil.
"Beliau orang yang bertanya tentang mobil itu." Polisi itu menjelaskan pada temannya.
"Jadi Bapak mengenal korban kecelakaan tersebut?" Tanya Polisi yang baru datang.
"Iya, Pak. Saya mengenal mereka, lalu dimana mereka sekarang?" Tanya Andreas tak sabar.
"Mereka ada di rumah sakit kepolisian dan sedang di autopsi untuk mengidentifikasi identitas. Karena mobil terbakar, semua identitas mereka juga terbakar. Hanya menyisakan tubuh dan kerangka mobil saja, beruntung ada yang memberitahu kami adanya kejadian itu. Jadi tubuh korban tidak sampai habis terbakar."
Lemas sudah tubuh Andreas mendengar penjelasan Polisi di hadapannya. Betapa sakit hatinya karena harus kehilangan anak yang belum sempat di gendongnya karena kalah dengan para orang tua.
"Apa... Tidak ada yang selamat, Pak?" Tanya Andreas yang berharap ada keajaiban.
"Tidak ada, Pak. Keduanya tewas dalam kebakaran itu," sahut Polisi.
"Keduanya?" Kening Andreas mengkerut mendengarnya.
"Iya, ada dua korban di dalam mobil itu. Pria dan wanita."
"Tapi mereka pergi bertiga dengan seorang anak bayi, Pak." Andreas berdebar berharap anaknya masih hidup setelah mendengar apa yang di katakan Polisi itu.
"Tapi tidak ada bayi di dalam mobil yang terbakar itu, Pak. Walau seandainya terbakar pun, pasti masih ada jasadnya meski hanya tinggal tulang saja."
"Tapi jelas-jelas mereka pergi bersama seorang bayi," kata Andreas lagi.
"Kalau itu kami tidak tahu, Pak. Karena nyatanya yang ada di dalam mobil itu hanya ada 2 orang saja. Memang ada bayi di sana, tapi bayi itu bersama ibunya. Bahkan bayi itu terlihat baik-baik saja di gendongan ibunya," jelas Polisi lagi.
"Siapa wanita itu, Pak?"
"Dia bernama Ayana Gito, orang yang sudah melapor kepada kami tentang adanya kecelakaan tersebut. Saat kami tiba beliau sedang duduk ketakutan di samping motornya sembari mendekap anaknya yang tidur."
"Boleh saya minta nomor wanita itu, Pak? Saya ingin bertanya padanya dan memastikan sekali lagi tentang bayi yang seharusnya ada di mobil itu."
Polisi itu pun memberikan nomor yang di gunakan Ayana untuk menghubungi mereka. Setelahnya Andreas segera ke rumah sakit Polri untuk memastikan sendiri keadaan Meli dan selingkuhannya.