Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Apa kita akan menjemput Arthur sekarang?!"
Anggun terlonjak Kaget di tempat duduknya ketika tiba-tiba saja satu suara masuk ke dalam pendengarannya. Seorang pria yang sesungguhnya dia hindari mati matian kini masuk kedalam ruangan nya. Bahkan tanpa permisi.
"Tuan Jordan? Kenapa Anda ada di sini?" tanya Anggun. Karena dia merasa tidak ada urusan pekerjaan yang harus mereka selesaikan bersama. Anggun memang dengan merasa terpaksa menerima perpanjangan kontrak kerjasama dengan perusahaan Benyamin kemarin.
Akan tetapi Bukankah itu adalah urusan para bawahan? Anggun hanya membutuhkan para model dari perusahaan Entertainment milik Benyamin untuk mempromosikan produk-produk perusahaannya dan itu tentu diurus oleh bagian pemasaran.
"Apakah kamu keberatan jika aku datang?" tanya Benjamin yang langsung duduk di kursi di hadapan Anggun.
"Ah tidak Tuan, bukan itu, bukan seperti itu maksud saya tapi...!"
"Itu berarti kamu senang kalau aku datang ke sini? Baiklah aku akan datang ke sini setiap hari, terkhusus hanya untuk mengunjungimu!" ucapan Ben memotong perkataan Anggun yang bahkan belum selesai.
"Haa..?" mulut Anggun menganga tak percaya dengan ucapan pria di hadapannya ini. Dalam hati Anggun merasa sebal
Apa maksud dari lelaki di hadapannya ini. Narsis sekali dia. Percaya diri sekali menganggap bahwa Anggun merasa senang dengan kedatangannya.
"Pelan-pelan aku akan membuatmu terbiasa dengan kehadiranku. Setelah itu kamu akan merasa tidak terbiasa jika tidak melihatku. Setelah itu kamu akan berharap bisa melihatku setiap hari!" Gumam Ben dalam hati.
Dia tahu Anggun merasa sebal dengan kedatangannya saat ini. Tapi dia tidak peduli. Karena dia memang sudah bertekad bahwa dia yang akan mengejar Anggun. Ibu dari anaknya. Dia akan membuat Anggun terbiasa lalu bergantung padanya.
krik krik krik ...
Beberapa saat suasana menjadi hening. Merasa di awasi membuat Anggun menjadi kikuk. Dia pun mendongak mengarahkan pandangannya ke arah tamu tak diundangnya
"Apa Anda akan terus berada di sana sambil melihat saya? Apakah saya terlalu menarik? Apakah anda tidak lelah?" tanya Anggun mencoba bersikap percaya diri. Walaupun sebenarnya dia merasa nervous di hadapan Tuan Jordan. Tapi dia tidak mau dianggap sebagai perempuan yang rendah diri. Apalagi salah tingkah.
"Kenapa tidak? Memperhatikan gadis yang begitu cantik dan manis sepertimu adalah pekerjaan menyenangkan. Bisa menjadi refreshing untuk otakku yang panas setelah setiap hari diharuskan menghadapi panasnya situasi dunia!" jawab Ben santai. Biar saja gadis itu uring-uringan. Gemes melihatnya.
Anggun ingin menahan wajahnya agar tidak merona. Kalau saja saat ini di mejanya ada tip eks, Anggun ingin mewarnai wajahnya dengan warna putih tersebut, agar tidak berubah merah dan terlihat oleh Tuan Jordan.
Apa tadi? cantik dan manis? Apakah baru saja Tuan Ben memujinya? Oh my God, apakah yang dia dengar tadi itu benar ataukah Tuan Ben hanya ingin mengoloknya saja?
Tetapi ada satu yang diherankan oleh Anggun, Bukankah kabarnya Tuan Ben adalah orang yang sangat kejam dingin dan arogan? Tapi kenapa ya saat ini yang dia lihat adalah Tuan Ben yang berbeda? Bahkan terkesan humoris. Atau Apakah pria di hadapannya ini memang memiliki kepribadian ganda.
Ah masa bodoh lah, pikir Anggun tidak ingin berpikir terlalu jauh. Tidak penasaran juga. Dan juga hal itu bukan sesuatu yang penting untuk dia ketahui.
"Tapi sampai kapan Anda akan terus berada di sana?" tanya Anggun lagi. Dia merasa kesal. Bukannya apa, kehadiran pria itu di dekatnya membuatnya merasa kikuk. Dan membuat jantungnya terasa ingin meledak-ledak. Dia sudah salah tingkah sejak tadi. Berpura pura fokus sedangkan sebenarnya otaknya tiba tiba nge LAG .
"Bukankah kita berdua akan pergi menjemput Arthur?" Benyamin masih mencoba bersikap santai. Menjadikan seolah-olah Arthur adalah tujuan satu-satunya berada di tempat itu.
"Arthur sudah dijemput oleh Nany dia akan pulang bersama dengan Nany dan dijemput oleh sopir. Jadi saya tidak harus menjemputnya dan anda juga tidak perlu repot-repot meluangkan waktu di tengah kesibukan Anda!"
Merasa dirinya di tolak membuat hati Benyamin menjadi mendung. Gadis di hadapannya ini benar-benar luar biasa. Diluar sana dia jadi rebutan. Tetapi Anggun? bahkan meliriknya pun tidak. Tapi Benyamin tidak mau menunjukkan kekecewaannya.
"Tapi aku sudah berjanji pada Arthur untuk menjemputnya lagi kemarin, Dan bahkan Arthur bilang dia ingin aku membawanya mengunjungi perusahaanku! Dan sebagai seorang pria sejati bukankah aku harus menepati janjiku?" Benyamin memberikan alasan yang memang masuk akal sebenarnya.
Anggun menghembuskan nafasnya kasar. Pria di hadapannya ini benar-benar tidak memahami arti kata penolakan.
Anggun tertawa kecil dengan menutup mulutnya menggunakan sebelah tangan.
"Anda itu terlalu serius Tuan Benyamin. Arthur itu hanyalah seorang anak kecil berusia kurang dari enam tahun. Dia tidak akan terlalu fokus pada hal-hal seperti itu. Dan juga tidak akan mengingat segala hal hingga yang terkecil seperti itu!" .
"Mungkin kemarin anda memang berjanji sesuatu kepadanya. Tetapi pasti saat ini dia sudah melupakannya. Karena pastilah Sekarang dia sudah bermain berbaur dengan teman-temannya di sekolah. Anak kecil selalu seperti itu kan? Dia akan melupakan sesuatu jika sudah menemukan mainan baru!" ucap Anggun
"Jadi menurutmu putramu juga seperti itu? Sama dengan anak-anak yang lain? Kamu sebagai ibunya kamu pasti tahu bagaimana kepribadian putramu jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya."
"Kamu pasti juga tahu bahwa Arthur bukanlah seseorang bocah yang begitu gampangnya melupakan sesuatu!" Tandas Benyamin.
"Atau kau ingin mengajarkan pada putramu agar dia juga terbiasa mengingkari janji?"
"Atau apakah mungkin kalau selama ini kamu memang tidak benar-benar memperhatikan putramu? Hingga tidak tahu bagaimana watak putramu?!"
Benyamin berbicara dengan nada mengejek. Walaupun Sebenarnya dia tidak bermaksud mengejek wanita itu. Hanya saja dia merasa geram karena Anggun sama sekali tak pernah mempan untuk didekati.
Di lain pihak sebenarnya Anggun memang merasa bahwa ucapan Benyamin adalah benar. Selama ini Anggun juga merasa bahwa putranya itu sangat cerdas. Arthur bahkan bisa menyelesaikan permainan yang tidak bisa dimainkan oleh teman sebayanya di sekolah.
Dulu pun ketika di negara xx gurunya yang membimbing Arthur ketika di taman belajar, juga mengatakan bahwa Arthur memiliki IQ di atas rata-rata anak seusianya. Bahkan gurunya pernah menganjurkan agar Arthur langsung naik ke tingkat di atasnya.
Jadi Anggun tidak mengelak atas ucapan Tuan Benyamin tersebut. Akan tetapi masalahnya adalah. Pada saat ini Anggun benar-benar tidak ingin bersama dengan Tuan Benyamin.
Sebisa mungkin dia ingin menghindari pria yang telah menanamkan benihnya di rahimnya enam tahun yang lalu itu, hingga tumbuhlah Arthur. Anggun benar-benar bingung bagaimana caranya agar dia bisa menghindari pria itu.
Bagaimana caranya Anggun bisa menghindar, sedangkan sekarang saja perusahaannya malah terikat kerjasama dengan perusahaan milik Tuan Benyamin.
Belum lagi tingkah putranya yang begitu mengidolakan Tuan Benyamin tersebut. Putranya yang Bahkan selalu menyebut nama Tuan Benyamin sebelum tidur. Menyebut namanya dalam setiap ceritanya. Apakah itu memang karena ikatan batin anak dan ayah itu yang begitu kuat.