Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Ajakan ke kantor
Pukul 07.15 Naomi sudah siap untuk melakukan pekerjaannya, dia menatap pantulan wajahnya di depan cermin yang menggantung di atas dinding kamar.
"Biasa saja, Naomi! Kau pasti bisa!" semangatnya pada diri sendiri.
Tapi pipinya kembali memerah saat mengingat bagaimana Gama memeluknya semalam. Tidak munafik, pelukan itu terasa begitu nyaman dan pas.
Naomi keluar kamar untuk melakukan pekerjaannya, di ruang makan sudah ada Tuan Bara yang tengah menikmati sarapan paginya.
"Selamat pagi, Tuan," sapanya basa basi. Tidak sopan jika dia melewati meja makan begitu saja saat ada pemilik rumah di sana.
Tuan Bara mengangguk singkat tanpa menoleh, fokusnya masih ke arah makanan yang ada di depannya.
Naomi melanjutkan langkahnya untuk menuju kamar Gama, dia merutuki kebodohannya. Harusnya sebelum keluar kamar tadi dia menyiapkan pakaian kantor Gama sekalian, dengan begitu dia tidak perlu bertemu dengan pria itu pagi ini.
Sstt! Dia masih malu.
Tok! Tok! Naomi mengetuk pintu kamar sebagai formalitas. Dia sudah mendapatkan akses sepenuhnya dari pemilik kamar, dia bebas keluar masuk kamar tanpa harus meminta ijin.
Saat memasuki kamar, Naomi mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Tanpa lama-lama dia segera menyiapkan pakaian kantor Gama. Di rasa Gama masih betah di dalam sana, Naomi memutuskan keluar dari kamar tersebut.
Seperti biasa, dia akan membersihkan kamar-kamar terlebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan lainnya. Meskipun setiap kamar masih dalam keadaan bersih dan rapi, itu masih harus di bersihkan setiap harinya.
"Heh!" panggil Hana saat Naomi sedang mengambil peralatan bersih-bersihnya.
"Semalam kamu ngapain?" tanya wanita itu.
Pertanyaan aneh, tapi Naomi paham ke arah mana pembicaraan ini. "Tidur," balas Naomi singkat.
"Di mana?"
Naomi tau jika Hana tidak akan puas dengan jawaban itu. "Ya di kamar lah. Gitu aja masih nanya."
Hana menggeram rendah, "Semalam kamu gak keluar kamar kan? Kamu gak ketemu Gama kan?"
Seperti dugaan Naomi sebelumnya, untung saja semalam Hana tidak melihatnya yang sedang mengintipnya di seret pengawal ke kamar. Jika tau bisa-bisa menjadi panjang urusannya.
"Enggak. Setelah "seseorang" merebut pekerjaanku, aku langsung masuk kamar dan tidur," jawab Naomi dengan terselip sindiran.
"Bagus deh! Udah sana lanjutin kerjaan kamu. Jangan malas-malasan!"
Hana ini memang sangat sok sekali, padahal tugasnya saja kadang tidak dilakukan dan menyuruh Ayu atau Sinta untuk melakukannya. Munafik sekali memang.
Tanpa mau berlama-lama Naomi membawa alat kebersihannya, meninggalkan Hana tanpa satu patah katapun.
Saat akan menaiki tangga, dia melihat Gama yang sudah rapi dengan setelan kantornya. "Naomi," panggil pria itu.
Gama mempercepat langkahnya menuruni tangga dan berdiri di depan Naomi yang tidak jadi menaiki tangga.
"Kenapa kau pergi? Kenapa tidak membangunkanku tadi," ucap pria itu.
Naomi menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, melihat sekitar jikalau ada seseorang yang mendengar ucapan Gama. Syukurlah tidak ada satu orang pun di sekitar mereka.
"Maaf. Aku tidak ingin ada yang melihatku tidur di kamar Mas Gama."
Gama mengerti, "Kalau begitu ikut denganku ke kantor ya?" ajaknya.
Ekspresi terkejut tidak bisa Naomi sembunyikan, "Hari ini aku tidak begitu sibuk, jadi aku ingin mengajakmu ke kantor. Sekalian nanti kita makan siang di sana," jelas Gama berusaha membujuk Naomi.
"Tidak bisa, Mas. Kerjaan aku belum beres, baru mau mulai malah," tolak Naomi dengan halus.
Gama mengangguk, dia berjalan melewati Naomi menuju dapur. "Hana! Hana!" panggilnya dengan keras.
Hana yang memang tidak jauh dari dapur segera menghadap Gama dengan senyum bahagia, pasalnya Gama sangat jarang memanggilnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya dengan nada yang sengaja di buat manja.
"Hari ini kau handle pekerjaan Naomi, aku akan mengajaknya ke kantor," perintah Gama.
Ekspresi Hana berubah seketika, "Tidak bisa! Pekerjaanku sudah banyak. Enak sekali dia bisa keluar rumah sedangkan pelayan lain harus menanggung ulahnya."
"Kau membantah perintahku?!" ujar Gama.
"Kenapa jika aku membantah!!" tantang Hana. "Sejak kedatangan wanita itu kau melupakanku! Naomi, Naomi, Naomi!" pekiknya marah.
Naomi yang sedari tadi menyaksikan itu segera mendekat. "Tidak perlu, Tuan. Saya di rumah saja, kasian Mbak Hana kalau harus kerja 2 kali lipat," ucapnya menengahi.
"Aku tidak butuh rasa kasihanmu!!" geram Hana dengan menatap tajam Naomi.
"Aku tidak menerima bantahan. Kau bisa membagi tugas dengan pelayan lain. Jika kau membangkang, maka siap-siap saja angkat kaki dari rumah ini. Selama ini aku sudah terlalu baik padamu."
Setelah mengatakan itu, Gama menarik Naomi menjauh dari sana. "Ayo, kita sarapan di jalan saja," ajaknya.
"Aku gak bisa, Mas!" balas Naomi dan langsung menghentikan langkahnya.
"Kenapa?"
Naomi tau jika Gama ingin membuatnya senang dengan melihat luar, tapi sudah beberapa kali pekerjaannya di kerjakan oleh pelayan lain.
"Kasian yang lain, Mas! Itu kerjaan aku, kalau Mas mau ajak aku keluar bisa pas kerjaan aku udah selesai, kan?" jelas Naomi.
Gama yang pada dasarnya tidak peduli dengan pelayan lain berdecak sebal, "Mereka di bayar, mereka kerja dan di bayar. Bukan seperti kamu yang udah capek-capek kerja tapi gak dapet upah sepeserpun."
Pria itu berbicara tanpa berpikir dulu, dia tidak sadar jika ucapanya sedikit melukai Naomi. "Kamu egois, Mas! Aku gak mau kalau cara kamu kayak gini! Aku emang gak di bayar, tapi aku ikhlas kerjain semuanya."
"Silahkan kalau mau berangkat ke kantor. Saya permisi," lanjut Naomi lalu melepaskan tangan Gama yang memegang lengannya
Setelah itu dia menuju alat bersih-bersihnya yang tergeletak tak jauh dari tangga, lalu dia bawa semuanya menuju kantai atas untuk melakukan tugasnya. Untuk kali ini dia tidak akan menuruti keinginan Gama.
Sedangkan Gama mengusak rambutnya kasar dan berjalan keluar dengan menutup pintu dengan kencang.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini