Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 2 Orang Yang Berbeda
Lihatlah bagaimana ekspresi Trisya yang benar-benar sangat ingin murka dan benar-benar sudah lelah menghadapi orang-orang yang memiliki keanehan di Perusahaan ini. Termasuk Devan yang sejak tadi tidak ada yang bertanya dan dia sibuk mempromosikan diri sendiri.
"Aku tahu kamu pasti begitu takjub mendengar ceritaku. yang memiliki pengalaman yang sangat luar biasa," ucap Devan.
"What!" batinnya sangat tidak menduga dengan tanggapan Devan yang semakin parah.
"Tetapi semua itu adalah kenyataan," sahut Devan dengan mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum.
"Lalu untuk apa mengatakan semua itu kepadaku?" tanya Trisya.
"Itu sebagai motivasi untuk kamu. Agar kamu lebih giat lagi dan lebih semangat lagi di Perusahaan ini. Kamu pasti memiliki keahlian dan mungkin hari pertama kamu bekerja akan mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari beberapa karyawan dan aku juga pernah mengalami hal itu dan itu bukan suatu hal yang harus dianggap tabu dalam dunia pekerjaan. Jadi kamu harus tetap semangat dan membuktikan kepada mereka jika kamu bisa," jawab Devan.
"Astaga aku sangat tidak butuh sekali masukan dan nasehat darinya. Aku justru tidak peduli dengan orang-orang itu," batin Trisya.
"Jangan berkecil hati Trisya. Jika kamu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari rekan-rekan kamu. Kamu harus membuktikan kepada mereka jika kamu mampu," lanjut Devan.
"Baiklah Trisya! kamu tidak perlu berterima kasih atas masukan yang saya berikan. Itu hanya hal simpel saja dan kamu jangan berpikiran jika kamu menjadi orang satu-satunya yang saya berikan masukan, saya melakukan semua itu kepada semua karyawan di sini. Karena saya dikenal sebagai Manager yang humble," ucap Devan.
"Kamu lebih semangat lagi bekerjanya!" Devan yang bahkan menepuk bambu Trisya yang membuat Trisya sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
"Astaga doa benar-benar," umpat Trisya kesal dengan menghela nafas berat yang tidak bisa berkata-kata lagi dia yang lagi-lagi benar-benar harus bersabar atas dihadapkan orang-orang yang semakin aneh dan yang paling aneh adalah Devan dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi alias tukang pamer.
***
Trisya memasuki kamar Lena yang sedang make up di depan kamar yang.
Bruk.
Trisya yang langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan merenggangkan kedua tangannya dan matanya menatap langit kamar.
"Argggghhh semua ini benar-benar gila!" ucapnya dengan sedikit berteriak yang membuat Lena mengerutkan dahi dan melihat ke arah Trisya.
"Kamu kenapa pulang-pulang berteriak nggak jelas seperti itu?" tanya Lena
"Aku tidak tahu sampai kapan harus bertahan di Perusahaan dengan posisiku sebagai karyawan biasa. Mama, tidak tahu apa yang aku hadapi satu hari ini, aku harus menghadapi mulut-mulut orang kantor yang sangat sibuk mengurusi bagaimana cara penampilanku," ucapnya dengan kesal yang mengadukan semuanya.
"Bukankah Mama sudah mengatakan kepada kamu. Jika cara kamu berpakaian seperti itu hanya akan menjadi pembicaraan saja. Kamu tidak mau mendengarkan mama sih," sahut Lena yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Tapi mereka itu disuruh untuk bekerja dan bukan untuk mengurusi kehidupan orang lain dan lihat saja jika aku sudah menjadi pimpinan aku akan mensortir kembali karyawan di kantor dan akan membuang orang-orang yang tidak berguna!" tegas Trisya yang benar-benar emosi.
"Kamu naik jabatan aja belum sudah mau jadi pemimpin," cuit Lena.
"Belum lagi melihat laki-laki itu. Aku baru pertama kali melihat orang yang memiliki tingkat percaya diri yang tinggi seperti itu. Apa dia pikir aku menyukainya. Aku sama sekali tidak bertanya apapun kepada dia dan dia dengan panjang lebar harus menceritakan semua perjuangan dia. Lalu apa dia pikir aku peduli apa," Trisya semakin kesal kala mengingat wajah Devan.
"Kamu jangan mengoceh terus dan sebaiknya kamu temui Kakek kamu, kamu berikan laporan pekerjaan pada dia. Agar dia langsung terkesan pada kamu," ucap Lena.
Trisya menoleh cepat ke arah Lena, "Mama terus saja memerintahkan ku dan mama sendiri tidak bergerak apa-apa dan sekarang mama mau ke mana malam-malam seperti ini?" Trisya yang akhirnya sekarang gantian di interogasi.
"Mama itu ada urusan penting," jawab Lena santai.
"Urusan apa? Urusan yang akhirnya membuat Mama dimarahin sama Kakek. Bagaimana Kakek bisa percaya pada Mama dan tidak membela istrinya. Jika Mama saja tidak bisa mengubah tabiat Mama," kesal Trisya sekarang melampiaskan emosinya pada Lena.
"Kamu jangan ketularan parasit dari mereka semua yang sok tahu. Mama hanya ingin happy-happy saja. Sudah sana kamu mengurusi pekerjaan yang lain dan jangan urusi Mama!" tegas Lena.
Trisya hanya bisa menghela nafas apapun yang dia katakan dan tetap saja yang paling benar adalah Lena.
Trisya pasti merasa sia-sia sekali curhat kepada Lena yang memang tidak menghasilkan apa-apa sama sekali.
****
Trisya menjalani hari-harinya di kantor dengan bekerja sangat ulet. Jika dia sudah masuk ke dalam satu target, maka dia tidak akan pernah main-main. Lihatlah di kantin saja saat orang-orang sedang makan siang dan Trisya yang justru makan sembari bekerja dengan laptop yang fokus di depannya.
Dia sudah terbiasa dengan suasana kantor dan sangat tidak peduli sekali dengan orang-orang di kantor menganggap dia seperti apa dan pasti banyak orang-orang mengatakan jika dia hanya caper saja yang ingin naik jabatan. Trisya wanita yang berusia 25 tahun memang memiliki sifat yang sangat cuek dan masa bodo.
Di tengah keseriusannya dan tiba-tiba saja duduk seseorang di depannya dan tak lain itu adalah Devan. Lagi dan lagi Devan seperti tidak punya pekerjaan yang mengintili Trisya.
"Saya juga seperti ini saat memulai karir dalam dunia bisnis," ucap Devan yang langsung saja memulai obrolan dan dia juga tidak lupa membawa makanannya.
Trisya yang seperti yang tidak ingin menanggapi laki-laki itu yang tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Saya adalah atasan kamu dan apa seperti ini sikap kamu kepada atasan yang jabatannya jauh berkali-kali lipat daripada posisi kamu," kata-kata Devan membuat Trisya mengangkat kepala untuk melihat laki-laki yang sekarang sudah membawa-bawa status.
Trisya lama-lama bisa mencabik-cabik pria dihadapan ini adalah pria yang sangat sombong dengan penuh pujian untuk diri sendiri.
"Kamu pasti kurang merasa nyaman di kantor ini bukan?" tanya Devan.
"Kenapa, Bapak mengatakan hal seperti itu?" tanya Trisya dengan ketus dan saking kesalnya dia harus manggil pria itu bapak.
"Saya sudah mengatakan karyawan baru di sini mungkin memang akan mendapatkan kesulitan untuk bersosialisasi dan itu tergantung bagaimana cara kita untuk bersosialisasi kepada rekan-rekan kita. Mungkin kamu sedikit terlalu cuek sehingga para karyawan menjauhi kamu dan tidak ada yang mau makan bersama kamu," jawab Devan yang mengira bahwa Trisya sengaja dikucilkan orang-orang kantor.
Trisya lagi-lagi tidak bisa memberikan pembelaan dan hanya menghela nafas saja.
"Walau saya seorang atasan. Tetapi saya sama sekali tidak membedakan jabatan saya dengan posisi yang seperti apa, bahkan terbawah sekalipun. Saya cukup dikenal sangat humble dan tidak pilih-pilih orang untuk makan bersama saya,"
Trisya sampai mendengus kasar dengan kata-kata Devan yang lagi-lagi akan menjelaskan bagaimana detailnya diri sendiri tanpa ada yang bertanya.
Bersambung.....
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi