Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nyeleneh
Xaviar mencekik leher Celsi lalu berbisik ditelinga Celsi.
" Ingat perkataan Lo dulu yang seolah tau banyak hal dan yah... gue akan tunggu hal menarik itu dalam seminggu "
Xaviar menyeringai setelah itu melepaskan tangannya dan meninggalkan Celsi dengan leher yang penuh darah dari tangan Xaviar yang habis meremas bola mata hingga tidak berbentuk.
Celsi menghela nafas lega setelah Xaviar pergi.
Sungguh Celsi sebenarnya ingin menjalankan misinya hanya menyelesaikan masalah bukan membuat masalah.
Celsi meneguk ludahnya saat melihat tubuh tak bernyawa itu setelah itu ikut pergi dari ruangan menuju kamarnya untuk membersihkan badannya.
Jika seperti ini maka Celsi harus mulai bereaksi agar masalah cepat selesai dan juga selamat.
Celsi akan menghubungi Babang untuk menanyakan letak Casino milik pemeran bunglon dan juga merangkai rencana selanjutnya.
Setelah membersihkan diri dan menghubungi Babang untuk bertemu di restoran Turkey dijalan Batu Angeh dekat Taman Nasional Jakarta Pusat.
Celsi pun otw ke restoran itu dengan mengendarai mobilnya sendiri, Celsi tidak ingin membawa sopir ataupun siapapun agar rencananya berhasil dan tidak ada yang merusak rencananya kali ini yang telah di pikirannya saat membersihkan dirinya dikamar mandi.
Setelah sampai di restoran Celsi masuk ke restoran dan matanya menatap sekeliling dan orang - orang yang berada di restoran hingga akhirnya menatap Babang yang melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya itu.
Celsi langsung berjalan kearah Babang dan duduk di depan Babang.
Menatap Babang dengan serius.
" Serius amat menatapnya, gue tau gue genteng "ucap Babang lalu menyisir rambutnya dengan tangannya.
" Pede amat jadi orang " kekeh Celsi menggelengkan kepala.
Padahal tadi Celsi berusaha cool dan bersikap seperti detektif, namun hal itu telah digagalkan oleh Babang dengan tingkah Babang yang membuat Celsi kesal sekaligus merasa tenang.
" Harus dong, masa minder itu mah rugi amat tidak menghargai diri kita sendiri "
" Betul - betul "
Celsi memberikan kedua jari jempolnya didepan Babang.
" Btw Lo mau pesan apa ? " Tanya Babang yang menyodorkan buku menu di depan tangan Celsi.
" Samain aja sama yang Lo pesan " jawab Celsi yang menatap makanan dan minuman Babang yang sudah tinggal setengah.
" HM oke.."
" Pelayanan..."
" Iya ada apa ?"
" Saya mau pesan makanan ini satu lagi " ucap Babang menunjuk makanannya.
" Baik ada lagi "
" Tidak "
" Baiklah kalau begitu, terimakasih sudah memesan "
" HM"
Celsi sejak tadi hanya memperhatikan Babang yang berinteraksi dengan pelayan cewek itu. Jika di lihat -lihat Babang tanpan juga jika dilihat dengan mata. Ingin sekali Celsi membuat helem kalau bisa.
Babang mengalihkan pandangannya lalu menatap Celsi yang menatapnya juga.
" Ehm..."
Belum sempat situasi saling pandang - pandangan terjadi Celsi lebih dulu berdehem membuat suasana menjadi sedikit canggung.
"Oh ya Lo udah lamanya nunggu gue " tanya Celsi tidak enak kan.
" Tidak juga sih karena tidak membuat rambut gue jadi putih pas nunggu Lo " jawab Babang yang memegang rambutnya.
" Nggak gitu juga prinsip ya mai Munah "
Celsi lagi - lagi dibuat geleng kepala.
" Oh sudahlah ke intinya aja, gue mau nanya Kasino yang sering Lo kunjungi itu tapi yang letaknya di daerah Durian runtuh itu pernah nggak Lo mendapatkan sesuatu hal yang menarik dari yang Lo dengar " ucap Celsi menatap Babang yang menatap Celsi dengan terkejut.
" Kenapa Lo tanya lagi jika Lo udah tau jawabannya?" Tanya Babang sambil melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan badannya di kursi.
"Hanya ingin memastikan saja Lo musuh atau teman " Celsi menyeringai.
Walaupun Celsi anak rumahan dan juga bodoh, namun Celsi cukup cerdik, tidak mungkin orang yang sering baca ataupun membaca masalah hidup orang lain walaupun itu fiksi tidak bisa pintar, pasti sudah memiliki banyak pengalaman. Yah itu bagi orang yang membaca segala hal bukan hanya sekedar membaca doang.
" Lo pasti tau keluarga gue main aman dan tidak mungkin masuk ke lubang " ucap Babang dengan enteng sambil memainkan garpunya.
Sebenarnya Celsi cukup shock saat mendengar dan melihat tingkah Babang yang tidak pernah di ceritakan dalam Novel.
" Yah gue tau itu, tapi gue bisa dengar ulang dong segala sesuatu hal dari mulut teman gue ini "
Celsi tersenyum manis lalu menaik turunkan alisnya.
" Baiklah kalau gitu rahasia apa yang ingin Lo tau " tanya Babang yang kini memajukan badannya dan mensejajarkan dengan wajah Celsi.
" Rahasia besarnya " jawab Celsi enteng.
Babang tersenyum tipis lalu berdiri dari duduknya dan duduk disebelah Celsi dan merapatkan tubuhnya hingga menempel pada tubuh Celsi.
Babang menarik tengkuk Celsi yang membuatnya kini saling memandang dan berjarak cukup dekat hingga deru nafas dari kedua insan bisa dirasakan.
" Yang gue dengar pertama ada wanita yang dicintainya dari Black yang disembunyikan, wanita itu kini lagi diincar oleh para musuh black namun sampai saat ini belum bisa mengetahui siapa wanita itu. Kedua ada sesosok misterius yang ingin menghancurkan Balck dengan perlahan - lahan tapi pasti hancur menjadi debu baik hati, perasaan, tubuh hingga tulang. "
Celsi melotot saat lagi - lagi dibuat terkejut oleh sifat figuran Babang ini, atau mungkin sifat Babang yang seperti ini tidak di ceritakan karena Babang tidak berpengaruh terhadap jalan cerita Black Love.
Celsi menoleh kesamping kini tatapannya tidak lagi menatap Babang namun lebih ke meja.
Sebenarnya Celsi tidak tau tentang rahasia besar apapun di Kasino itu, Celsi hanya mengetahui Babang sering kesana. Itulah yang diceritakan dalam novel.
Niat Celsi hanya ingin mengelabui Babang namun tidak menyangka Celsi mendapatkan kejutan besar ini.
Babang mengelus pipi Celsi dengan sorot mata penuh dengan rahasia.
Celsi memegang pergelangan tangan Babang yang masih mengelus pipi Celsi. Celsi menatap tangan lentik Babang setelah itu mengalihkan pandangannya menatap Babang dengan senyum nakalnya.
" Gue nyakitin Lo udah tau siapa wanita yang di simpan Black itu "
" Heh...betul dan gue tau pas gue jadi monyet itu. Walaupun gue tidak terjun ke lubang permasalahan namun gue harus tau banyak hal agar gue tidak dibodohi, itu betulkan Celsi..." Ucap Babang dengan menaikkan alis tebalnya itu.
" Ehm...maaf tuan dan nona ini pesanannya "
Celsi mendorong dada bidang Babang lalu duduk berjauhan.
" Ehem... Yah makasih " jawab Celsi dengan menetralkan kegugupannya.
Setelah itu Celsi memakan makanannya yang telah sampai itu dengan hening.
Tangan kiri Babang menumpu wajahnya yang menatap Celsi yang kini sedang makan itu.
" Oh ya ngapain Lo tanya itu, apa itu suruhan Xaviar ?" Tanya Babang
Celsi menghentikan makannya lalu menatap Babang dengan alis berkerut.
"Lo tau namanya Xaviar ? Siapa yang ngasih tau Lo ? " Tanya Celsi dengan wajah serius.
"Gue tau dari menguping pembicaraan papa gue sama Vino yang waktu itu minta kerja sama papa gue namun sialnya tidak di setujui sama papa gue dan Vino juga dikabarkan meninggal beserta keluarga besarnya dan perusahaan yang mengkhianati perusahaan Xaviar itu "
" Lo benar - benarnya suka nguping, awas Lo kena karma "
" Yah jangan Lo doain dong "
Babang cemberut hal itu membuat geli Celsi.
" Oh ya Lo tau siapa pemilik Casino itu ? " Tanya Celsi lagi.
" Ehm...nggak tau juga sih siapa pasti pemilik Casino itu, soalnya pemilik Casino itu terlalu misterius. Dari gosip yang beredar pemilik Casino itu ganteng, terus mempunyai banyak cabang perusahaan dan Casino dan juga baik suka membantu itu aja sih yang gue tau " jawab Babang sambil mengingat - ingat ulang .
Celsi menatap kecewa pada Babang, misinya kali ini tidak membuahkan hasil apapun.
" Huft... baiklah kalau gitu gue balik dulu udah sore " pamit Celsi.
" Mau gue anterin "
" Nggak usah gue bawa mobil, kalau gitu yang gue makan tadi Lo traktirnya kan Lo kaya by " ucap Celsi lalu melambaikan tangannya dan berjalan menjauhi tempat duduk Babang.
Babang hanya menggelengkan kepalanya, lalu ikut beranjak untuk membayar makanan yang dimakannya dan juga Celsi.